BAB 6 (REPOST)

1.1K 254 17
                                    

22 Februari 2019

Pagi itu di tengah kesibukan dalam gerbong Commuterline rute Bekasi-Jakarta Kota,  Gemma berdiri bersandar santai di samping pintu tanpa mempedulikan himpitan-himpitan dari penumpang lain. Kesesakan gerbong kereta, khusus hari itu, tidak terasa sedikitpun baginya.  Maklum, setan kasmaran sedang menggodanya.

S K: Aduh, Gem, please. Jangan baperin aku lagi, tolong. Nanti aku susah move on.

 Gemma: Gapapa. Biar cowok tahu rasanya diPHPin. Jadi kita sama-sama tahu, sakitnya baper itu gimana.

S K: Gitu ya,  kamu. Serius nih, baper pagi-pagi.

 Gemma: Jadi kita sama-sama baper kan?

S K: Aku agak-agak insecure tauk.

Gemma: Kenapa? Ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya ya? 🤣🤣🤣. Tapi aku enggak kok. Aku kan komitmen.

S K: Seriusan? Katanya kamu nggak mau pacaran. Pas chat di MR kan kamu bilang.

Gemma: Emang iya. Males aku pacaran. Makanya aku maunya komitmen. Kan itu janji yang dipegang.

S K: Komitmen sama aku? Ah, nanti kamu kalo ketemu aku lari. Soalnya aku nggak ganteng.

Gemma: Ah, aku kenyang sama orang yang begitu. Let we'll see aja.

Gemma terdiam. Langkahnya seperti hampa bahkan ketika dia transit dari commuterline arah Bekasi-Jakarta Kota menuju ke Bogor-Jatinegara. Kata-kata SK mengecilkan dirinya kembali. Tidak ada yang tahu pasang-surut yang dialami gadis mungil itu. Karena semua Gemma telan sendiri.

Bagaimana kalau keadaannya berbeda? Bukan Gemma yang menghilang dari S K. Tapi S K yang menghilang seperti cowok-cowok yang selama ini mampir di kehidupan Gemma. Menghilang tanpa alasan. Atau lebih tepatnya dengan alasan, Gemma bukan tipe mereka. Ini menyakitkan. Meskipun sudah berpuluh kali Gemma mengalaminya, tapi tetap saja rasa menyakitkan itu ada dan tidak bisa Gemma tahan datangnya. Tetap saja Gemma merasa tidak ada yang bisa dibanggakan. Bahkan di dalam hatinya, dia berkata apalah Gemma.

Pernah Gemma meratap, meski tahu itu dosa. Gemma marah sama Tuhan, kenapa? Dari sekian banyak orang, kenapa harus Gemma yang merasakan ditinggal pergi ayah, dibully orang-orang kampung, dimusuhi teman sekolah tanpa tahu apa salahnya, ditinggal pacar-pacarnya, digosipin jadi jablai sama tetangga kontrakan karena kerja pergi pagi pulang malam, dan entah masih banyak lagi. Kenapa, Tuhan? Hanya satu pertanyaan itu dengan berjuta ingatan pedih setiap malam ketika Gemma benar-benar merasa lelah dengan kehidupannya.

Dan pagi ini Gemma merasa seperti tiba-tiba dirinya terasingkan di tengah hiruk pikuk kesibukan stasiun Manggarai.

S K: Oke. Komitmen ya, apapun nanti, kamu nggak bisa pergi.

Gemma: Seseorang datang karena sebuah alasan. Entah itu hanya sekedar kenangan atau masa depan.

Sebaris kata sok bijak yang Gemma ciptakan untuk melipur hatinya. Menguatkan dirinya. Seseorang bisa pergi dan datang kapan saja. Gemma tidak bisa melarang itu. Karena sifatnya perjalanan hidup, pasti akan bertemu dengan berbagai macam kisah yang memiliki tuannya masing-masing. Meski Gemma sudah berjanji untuk berkomitmen, tapi tidak ada jaminan seseorang bisa menetap di hidupnya bukan? Apalagi S K. Gemma tertawa lirih, kekonyolan apa lagi yang sedang dibuatnya. Berkomitmen dengan seseorang yang belum pernah dia temui.

***

Kamu pulang jam berapa? Aku jemput ya, sekalian ketemuan.

Bola mata Gemma nyaris lepas loncat dari tempatnya begitu membaca pesan Whatsapp dari Eska sore hari menjelang coffebreak. Dia sudah menahan diri untuk tidak mengingat Eska. Namun pria itu malah membuatnya mobat-mabit tidak karuan saat ini hanya dengan sebaris pesannya.

Geser Kanan Jodoh (TERSEDIA CETAK DAN EBOOK)Where stories live. Discover now