O5

2.6K 664 85
                                    

Mashiho berjalan lurus saat sebuah mobil tiba-tiba melewatinya dengan kecepatan tinggi. Itu hampir saja, sedikit lagi Mashiho bisa aja tertabrak. Tapi untunglah, setidaknya Mashiho pernah sekali merasakan apa yang namanya menjadi makhluk favorit Tuhan.

Tapi masalahnya tidak sampai situ, pengendara itu tiba-tiba membuka kaca mobilnya dan membuang sampah minuman dingin, dan itu tepat mengenai wajah Mashiho.

Sakitnya sih nggak seberapa, emosinya itu loh sampai ke ubun-ubun. Mashiho udah mencak-mencak, teriak-teriak nggak terima dari balakang, tapi mobilnya nggak ngehirauin dan terus jalan.

Beneran minta disumpahin sama Mashiho.

"Dih, kok lo sendiri?" tanya Jeongwoo begitu melihat Mashiho tiba sendirian ke rumahnya.

"Banyak omong."

Mashiho masuk melewati Jeongwoo begitu saja yang berada di depan pintu, padahal ini kan rumahnya Jeongwoo, tuan rumahnya serasa nggak ada harga dirinya.

"Dih, nggak ada adab ya lo Kak?"

Ini udah kedua kalinya Mashiho dikatain begitu, tapi ya namanya Mashiho, dia bodo amat aja dan merebahkan diri di sofa Jeongwoo dengan kaki yang diselonjorkan.

"Wah, berasa rumah sendiri ya, tuan putri," sindir Jeongwoo yang baru saja menutup pintu rumahnya.

"Ya iya lah, tamu kan raja. Gimana sih, gitu aja nggak tahu."

"Lo jalan kaki Kak ke sini?"

"Nggak, gue pakai kursi roda."

Jeongwoo menghela napasnya aja, giliran ia sensi ia dimaki-maki sama teman-temannya. Tapi giliran mereka yang sensi, kayaknya Jeongwoo harus terima.

"Gue tanya serius. Lo masak ke rumah gue jalan kaki, sendirian lagi? Bahaya tahu."

''Ya elah, yang penting kan gue sampai sini selamat."

"Tapi muka lo kenapa?"

Aduh, bahas itu bikin Mashiho tambah badmood. Ia lalu hanya mendengus sebelum akhirnya memejamkan matanya.

"Lo kenapa nggak naik kendaraan, Kak?" tanya Jeongwoo.

"Ck, nggak ada uang gue," jawab Mashiho asal.

"Lah? Perasaan Kak Mashiho nggak miskin deh, masak bayar buat kendaraan aja nggak bisa."

"Udah deh, lo banyak nanya."

"Ya emang, kenapa? Nggak terima gue tanyaiin?" balas Jeongwoo yang ikut-ikut sensi.

Mashiho manggut-manggut aja, nggak tahu tujuannya apa. "Gue sendiri soalnya Junghwan nggak mau diajak."

"Kalau Haruto?"

"Nggak tahu tuh bocah. Paling takut keluar rumah, diajak pergi nggak mau."

"Idih, masak gitu doang takut," cibir Jeongwoo. Dia nggak ngaca aja.

"Emangnya lo nggak takut?" tanya Mashiho.

"Biasa aja sih." Jeongwoo mengendikan bahunya. "Menurut gue mati itu normal-normal aja. Semua manusia juga pasti bakalan mati kan pada akhirnya, jadi gue nggak begitu mikirin."

"Jeongwoo."

"Apa?"

"Kalau lo ngomong kayak gitu, mending dari awal lo nggak usah lahir!"













































Junghwan menatap layar ponselnya yang menampilkan percakapan terakhirnya dengan Doyoung. Beberapa jam sebelum Doyoung ditemukan tewas, ia sempat mengirimkan beberapa chat kepada Junghwan.


Mr. Killer | Treasure ✔जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें