🍁Kemαrαhαη Skαlα🍁

246K 19.5K 1K
                                    


"Semua laporan tentang anak laki-laki yang bernama Arthur sudah saya kumpulkan tuan" Roy menyerahkan data-data yang sudah terkumpul di beberapa lembar kertas itu.

Skala membacanya satu-persatu. Cukup menarik, ternyata laki-laki itu seorang ketua geng yang bernama BlackLion. Terdiam sejenak, Skala kembali melanjutkan acara membacanya.

Kertas-kertas tersebut berisi data-data Arthur, bahkan sangat lengkap. Mulai dari latar belakang, orangtua, bahkan hal pribadi pria dengan julukan paketu itu sangat mudah bagi Skala untuk mendapatkan nya.

Di sana terdapat satu kalimat yang membuat Skala cukup emosi. Yang bertuliskan, jika Arthur sudah sejak lama menyukai istrinya. Sial! Skala saja tidak tau kenapa ia jadi emosi saat membaca kalimat tersebut. Dengan rahang yang sudah mengeras, ia merogoh ponsel yang berada di saku celana, kemudian menghubungi seseorang.

"Selamat siang tuan, ada yang bisa saya bantu?" Ucap seseorang di sambungan telepon tersebut.

"Perketat keamanan Sayna, jangan biarkan laki-laki lain sampai mendekatinya"

"Baik Tuan"

•••••

Entah bagaimana bisa, Sayna saat ini sedang duduk di motor besar Arthur. Niatnya akan mengerjakan kerja kelompok di salah satu rumah temannya, namun laki-laki ini datang dan menawarkan tumpangan. Di belakangnya ada motor Tian yang sedang membonceng Intan, dan tak lupa dua laki-laki petakilan yang mengikutinya juga.

Motor itu melaju cukup lambat. Mungkin Arthur memang sengaja melambatkan laju motornya agar bisa berlama-lama dengan Sayna, mengingat gadis itu yang akhir-akhir ini sulit untuk diajak jalan.

Menikmati anginnya sore di atas motor, sepertinya Sayna lupa akan satu hal. Ah, dia lupa mengabari suaminya. Depan cepat ia mengambil ponselnya di saku seragam sekolah. Menyadari akan hal itu, Arthur melirik Sayna lewat kaca spion.

"Jangan main ponsel, bahaya" tegurnya halus. Bukannya apa-apa, ia hanya takut terjadi yang tidak-tidak dengan gadis itu. Bisa saja kan ada jambret yang mengambil ponselnya secara tiba-tiba.

"Ah, iya" Sayna memasukan kembali ponselnya. Niatnya ingin menghubungi suaminya setelah sampai di rumah temannya. Lagi pula memang bahaya jika bermain ponsel di jalan.

Hanya butuh waktu lima belas menit, tiga motor ninja itu berhenti tepat di depan rumah yang cukup ramai. Sepertinya teman-teman yang menjadi anggota kelompoknya sudah sampai terlebih dahulu. Sayna turun dari motor itu diikuti Intan yang juga turun dari motor Tian.

"Makasih yah Ar" ucap Sayna.

"Iya sama-sama" Arthur menuruni motornya membuat Sayna terheran. Peka akan hal itu, Arthur mengulas senyum dan mengusap pucuk kepala Sayna "Gua tungguin sampe pulang"

Sayna membulatkan matanya "Eh, gk usah Ar. Nanti ngerepotー"

"Ssstttt,,, siapa sih yang ngerasa di repotin" Arthur memotong ucapan Sayna "Pokonya gua tunggu sampe pulang" katanya tak terbantahkan.

Sayna gelisah sendiri. Bukannya apa-apa, masalahnya ia sekarang tinggal di apartemen Skala, dan pasti Arthur akan menanyakan soal tempat tinggalnya itu. Bisa saja Sayna menjawab jika ia tinggal dengan saudaranya di sana, namun bagaimana jika suaminya itu melihat ia pulang dengan seorang laki-laki? Apakah pria itu akan marah?

Yah walaupun ia tidak tau apakah suaminya itu perduli atau tidak jika dirinya pulang dengan laki-laki lain, namun yang jelas sekarang ia sudah menjadi seorang istri. Ia hanya tidak mau Skala berpikir yang tidak-tidak tentangnya, dan,,,,, tak ada salahnya kan jika ia menjaga perasaan suaminya?

Menyadari kegelisahan di wajah Sayna, Arthur menaikan sebelah alisnya bingung "Kenapa?" Tak biasanya Sayna seperti ini. Jika ia mengajak gadis itu pulang, Sayna akan menerima tawarannya walaupun tak enak hati. Tapi kenapa sekarang Arthur melihat kegelisahan di wajah Sayna.

Not Perfect Husband || END  Where stories live. Discover now