🍁Pergi🍁

143K 11.8K 532
                                    

Skala membuka matanya perlahan, pria itu duduk memegangi kepalanya yang sedikit sakit. Merasa asing dengan tempat ini, Skala melirik kesamping dan menemukan seorang wanita tanpa busana. Namun di samping wanita itu juga ada Roy yang masih terlelap tidak menggunakan apapun.

Dengan perasaan takut, ia menatap tubuhnya. Alangkah terkejutnya saat mendapati dirinya yang tak terbalut sehelai benangpun. "Astaga, apa yang sudah aku lakukan"

Pria itu beranjak dari tidurnya, mencari pakaian nya yang ternyata ada di bawah kasur tersebut. Cepat-cepat Skala memakainya dan membangunkan asistennya itu.

Skala berjalan ke sebelah ranjang, tempat Roy tertidur. "Bangun Roy" Skala mengguncangkan bahu asistennya itu, membuat Roy menggeliat.

"Tuan, kenapa kau ada di kamar ku?" Rancau  Roy setengah sadar, pria itu masih mengucek matanya yang sulit terbuka.

"Sialan! Bangun Roy, cepat lah!" Bentak Skala tertahan, tak ingin membangunkan Vanilla yang masih tertidur nyenyak.

Roy yang sudah sadar, merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Dingin, yah tubuhnya terasa sangat dingin. Dengan pikiran negatifnya, pria itu mulai melirik kearah bawah, bertepatan dengan matanya yang membulat sempurna.

"Astaghfirullah tuan, apa yang kau lakukan padaku" teriak Roy histeris, mencoba menutupi tubuhnya dengan selimut. "Tuan aku tidak menyangka kau—mmpp"

Skala menutup mulut pria itu dengan telapak tangannya, saat melihat Vanilla yang menggeliat. "Ssssttt,,, diam lah Roy! Cepat pakai bajumu, kita harus keluar dari sini"

Roy mengangguk dengan perasaan cemas. Apa keperjakaan nya telah hilang? Sungguh, ia ingin menangis rasanya.

Kini kedua pria itu sudah berada di dalam mobil. Melihat para anak buah wanita itu masih tertidur, membuat Skala dan Roy lebih mudah untuk keluar dari rumah tersebut.

Skala mengusap wajahnya gusar, mencoba mengingat kejadian semalam. Namun ia sama sekali tak bisa mengingat kejadian itu. Rasa takut mulai menyerang saat mengingat wajah Sayna.

Apa ia sudah menghianati istrinya? Apa ia sudah kembali menjadi seorang Casanova? Tidak, itu tidak mungkin.

Skala menjambak rambutnya frustasi. Kepalanya seolah di paksa mengingat kejadian semalam, tapi tetap saja nihil.

Roy melirik takut-takut tuannya itu. Bukan takut melihat Skala yang seperti orang depresi, namun takut dengan sesuatu yang ada di pikirannya saat ini.

"Tuan, apa kau, telah, memperkosaku?" Tanya Roy patah-patah, ia bahkan tak sanggup menanyakannya secara langsung.

Skala menatap asistennya itu tajam. Sialan! Ia sedang mencoba mengingat malah di tanyakan pertanyaan yang sangat menjijikkan. Dia pikir Skala pria apa!

"Tutup mulut MENJIJIKKAN MU ITU ROY!" Teriak Skala di akhir ucapannya. "Kau pikir aku pria apa yang suka dengan tubuh dan dada rata mu! Aku lebih suka tubuh istriku!"

Roy menunduk takut, namun ia merasa lega mendengar jawaban Skala. Sepertinya ia sudah keterlaluan menuduh Skala macam-macam padanya.

"Aaarrghhh sialan! Kenapa aku tak bisa mengingat apapun!" Geram Skala, mengusap wajahnya kasar. "Roy! Apa kau mengingat sesuatu?"

Roy terdiam sejenak. "Aku hanya mengingat saat tanganku diikat dan —ah tuan, dia menyuntikkan sebuah cairan kepada kita" teriak Roy di akhir ucapannya, membuat Skala terlonjak kaget.

"Sialan kau Roy!"

"Maaf tuan"

Hening, kedua pria itu sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Not Perfect Husband || END  Where stories live. Discover now