🍁ρertαnyααη κοnyοl🍁

227K 21.2K 4K
                                    


"Aduh na.....ini kenapa pipi lo kaya abis di gigit gini?" tanya Intan yang sedang mengobati luka di pipi Sayna. Ya, akhirnya Sayna berakhir di rumah sahabatnya itu. Untung saja Intan bisa dihubungi, jika tidak mungkin ia sudah tidur di trotoar malam ini.

"Ahkkk,,, sakit Tan. Pelan-pelan"

"Iya-iya maaf"

"Eum,,, Tan"

"Kenapa?" Tanya Intan yang sudah selesai dengan aktivitas nya.

"Gua boleh nginep di rumah lo gk? Sehari aja" tanya Sayna ragu. Jujur, ia tidak tau harus kemana lagi selain ke rumah Intan.

"Boleh lah, tapi,,,,," Intan memicingkan matanya "Lo tuh sebenernya kenapa na? Lo ada masalah sama keluarga lo?" Sayna hanya menggeleng pelan.

"Ck, lo tuh anggap gua sahabat bukan sih na? Gua gk suka yah kalo ada masalah kita malah saling gk terbuka. Apa yang lo sembunyiin dari gua sebenernya?" Tanya Intan kesal. "Kalo lo anggep gua sahabat lo, lo gk akan ragu buat cerita ke gua na" Lanjutnya.

"Maaf, bukan gitu. Gua takut kalo gua cerita ke lo yang ada lo jiji sama gua" jawab Sayna.

"Na, kita sahabatan udah lama. Kenapa lo mikir kaya gitu? Mau keadaan lo kaya gimanapun, kia tetep sahabat. Lo anggep persahabatan kita ini apa" jelas Intan "Ceritain ke gua semuanya na"

Sayna menunduk, ia menarik nafas dalam-dalam "Sebenernya, guaーgua udah nikah Tan" ujarnya sangat pelan.

Intan terdiam sejenak "Lo serius?" Sayna hanya mampu mengangguk.

"Gua di jual sama orangtua gua Tan, sama laki-laki yang bahkan umurnya tujuh tahun lebih tua dari gua" Sayna kembali menangis kala mengingat kejadian itu.

Intan tak habis pikir dengan kedua orangtua Sayna yang tega menjual anaknya sendiri. Betapa malang nasib sahabatnya ini memiliki orang tua seperti itu. Sayna gadis yang kuat, Intan tau itu. Mungkin jika ia ada di posisi Sayna, ia akan kabur sejauh mungkin. Membayangkan menikah dengan om-om saja ia sudah bergidik ngeri. Pasti om-om itu berewokan, tua, dan jelek, pikirnya.

Padahal Intan tidak tau saja kalo Skala sangat tampan, Sayna saja sempat memuji ketampanan suaminya itu dalam diam.

"Dan luka di pipi lo ini ulah suami lo na?" Sayna mengangguk membuat Intan menggeleng tak percaya "Gila! Kita harus laporin atas kasus kekerasan dalam rumah tangga na" ujarnya emosi.

"Jangan Tan, nanti status pernikahan gua kebongkar, dan gua gk bisa sekolah lagi,,," Intan langsung memeluk Sayna, mengusap pelan punggung sahabatnya itu, seolah memberi kekuatan.

"Lo yang sabar yah na. Guaーgua gk bisa bayangin kalo jadi lo" Intan ikut menangis di dalam pelukannya, seolah merasakan penderita yang Sayna alami.

"Lo jangan balik lagi ke apartemen suami lo, tinggal aja disini sama gua selama yang lo mau"

"Makasih Tan"

Intan mengangguk, mengelap ingus yang keluar dari hidungnya dengan kaos baju yang ia kenakan. Lihat saja, ia sudah bertekad akan melabrak suami Sayna jika bertemu.

Dasar aki-aki jelekkk, geramnya

•••••

Pagi-pagi sekali Sayna sudah keluar dari rumah Intan, rapih dengan seragam yang Intan berikan. Untung saja sahabatnya itu memiliki beberapa seragam sekolah. Ia menghampiri tukang ojek yang sudah menunggunya. Hari ini ia piket, dan harus berangkat pagi agar tidak kena denda. Sedangkan Intan, sahabatnya itu masih mandi, katanya akan berangkat agak siangan.

Ojek itu melaju dengan kecepatan sedang. Tanpa Sayna sadari, ada sebuah mobil yang mengikutinya dari belakang. Skala, ya pria itu dengan mudah menemukan kemana Sayna pergi. Dengan menyuruh beberapa bodyguard yang jumlahnya cukup banyak, ia berhasil menemukan istrinya.

Tanpa Sayna bercerita, ia pun sudah tahu siapa itu Intan dan latar belakang keluarganya. Alasan mengapa ia mencari tahu, Skala hanya ingin memastikan bahwa Sayna aman. Mengingat betapa bodohnya gadis itu.

Dan untuk dua bodyguard yang ia tugaskan menjaga Sayna kemarin, sudah ia pecat saat itu juga karna lalai menjaga istrinya.

"Siapa pria yang memboncengnya itu Roy" tanya Skala kesal pada roy yang tengah mengemudi. "Apa pria itu selingkuhan nya? Apa gadis itu punya pria lain di belakang ku?"

"Itu hanya tukang ojek tuan"

"Siapa tukang ojek itu, berani-berani nya dia membawa istriku"

"Sepertinya nyonya memesan ojek untuk berangkat ke sekolah"

"Jadi dia memesan laki-laki lain hanya untuk mengantarnya ke sekolah?" Tanya Skala tak terima.

Roy menjambak rambutnya dengan satu tangan frustasi, tak habis pikir dengan Skala yang mengira tukang ojek itu adalah selingkuhan Sayna. Semalam saja ia harus menahan Skala yang uring-uringan karna Sayna yang pergi. Padahal gadis itu pergi karna ulahnya sendiri.

"Lihat lah Roy, kau lihat dia berbicara dengan pria itu" kesalnya, karna Sayna yang sepertinya tengah mengobrol dengan tukang ojek. Ralat, bukan mengobrol, tukang ojek itu hanya menanyakan tempat yang Sayna tuju.

"Bisa-bisanya dia naik motor dengan pria tua itu. Apa dia tidak melihat jika suaminya ini sangat tampan, kenapa dia tidak memintaku untuk mengantarnya saja" gerutu Skala emosi sendiri "Lihat saja, aku akan mendapatkan informasi tentang pria itu" katanya tajam.

Tuan, bahkan kau seperti remaja yang tengah cemburu, batin roy lelah.

"Mungkin Nyonya masih takut atas kejadian semalam tuan, makannya ia tidak meminta mu mengantarnya" jawab Roy dengan kepala dingin.

"Memang semalam aku melakukan apa. Kenapa dia jadi takut kepadaku" decak Skala. Pria itu memang tidak mengingat kejadian semalam saat dirinya bersikap kasar kepada Sayna.

"Tuan, semalam kau hampir saja menampar nyonya, kau juga bahkan membuat pipinya terluka karna kuku-kuku mu" jelasnya, membuat Skala terdiam.

"Roy" panggilnya lirih "kenapa aku tidak bisa mengendalikan tubuhku?" Nada bicaranya sekarang menjadi sendu "aku tidak ingin memiliki sikap seperti ini Roy" mata Skala sudah memerah menahan air mata. Percayalah, jika membahas soal ini ia akan menjadi pria lemah.

"Tuan, apa kau ingin aku antar ke psikolog?" Tanya roy hati-hati. Skala bungkam, masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia bahkan tak percaya dengan tangannya yang sudah menyakiti Sayna. Kejadian sendu itu tak berlangsung lama, karna Skala yang kembali mencak-mencak.

"Kenapa pria itu mengendarai motornya sangat pelan sekali? Apa dia sengaja ingin berlama-lama dengan istriku?"

ASTAGFIRULLAH

Sudah cukup, Roy frustasi di tempatnya. Jika saja ia sedang tidak menyetir, sudah di pastikan ia akan keluar dari mobil dan lebih memilih lari mengejar Sayna dari pada harus mendengarkan pertanyaan tuannya yang sangat tidak masuk akal.

"Roy"

Ray Roy Ray Roy, diam lah! Andai ia bisa berkata seperti itu, jeritnya dalam hati

Membuang nafas pasrah, Roy menghadap kearah Skala sebentar "Iya tuan?"

"Berhentikan mobil, ini sudah sampai" tanpa Roy sadari, Sayna sudah berjalan memasuki gerbang.

"Syukur lah nyona, setidaknya tuan tidak akan menanyakan pertanyaan aneh yang bersangkutan dengan ojek itu lagi" batinya bernafas lega.

"Roy, siapa pria berkumis yang sedang ia salami itu! Kenapa dia menyalami tangan pria lain selain tanganku!" Kesal Skala saat melihat Sayna yang menyalami tangan seorang guru pria "Kau harus cari tau tentang pria itu Roy"

Menarik nafas dalam, Roy mengeluarkan nya secara perlahan. Ia menghadap ke arah tuannya itu dengan senyuman lebar yang di paksakan.

"Itu hanya seorang guru piket tuan" jelasnya sabar.

"Kenapa dengan senyuman mu itu Roy, kau jangan membuatku geli! Bahkan sedikit pun aku tak tertarik pada mu!" Dengus Skala mendelik tajam asistennya itu.

"Saya masih normal tuan" 😭

🍁🍁🍁

Not Perfect Husband || END  Where stories live. Discover now