3. Sesak

3.6K 322 56
                                    

Dandi terbatuk dengan posisi meringkuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dandi terbatuk dengan posisi meringkuk. Suara mengi mirip siulan lirih terdengar memenuhi kamar yang diselimuti kegelapan. Sudah hampir setengah jam waktu berlalu dan sesak yang menyiksa tak kunjung mereda. Tak parah memang, tapi tetap saja menganggu waktu istirahatnya.

Karena muazin sudah sampai di penghujung lantunan, Dandi pun memaksa bangkit dari pembaringan. Menekan saklar lampu lalu melangkah gontai menuju kamar mandi. Semoga salat bisa menjadi obat atas rasa sakit yang menyiksa.

Hanya butuh waktu lima menit untuk Dandi bersiap dengan seragam ibadahnya. Bermodalkan sarung dan kopiah, remaja itu pun mengangkat takbir dan memulai salat dengan khusyuk.

Dering notifikasi terdengar tepat setelah Dandi mengusap wajah sebagai penutup ibadah. Tanpa merubah posisi, Dandi menekuk tubuh ke kiri. Menggapai gawai berlogo apel tergigit lalu menggulir layar.

Ubaycot.

'Dan, emang bener ya kalau kita bersin bebarengan sama kentut, itu tandanya badan kita lagi di screenshoot?'

"Astaghfirullah." Alih-alih menjawab dengan ketikan, remaja itu malah tertawa. "Iya, juga."

Belum sempat merespon lewat kata, balon obrolan kembali muncul dengan kalimat baru.

'Kasep udah bangun? Temenin majikan sarapan bubur di depan komplek, yuk?'

"Tumben si belegug bisa bangun pagi." Dandi terkekeh kecil sambil menggaruk hidung. Napasnya masih agak berat, tapi sudah lebih baik.

Setelah menjawab pesan Ubay, Dandi beranjak meletakkan perlengkapan salat kembali pada tempatnya. Rambut lepek yang masih basah ia sibak ke sana ke mari agar lekas kering.

"Dingin-dingin gini mah enaknya diselimutin kekayaan."

***

Suara gemercik air berasal dari dapur terdengar begitu menyejukkan pikiran. Kinara bersenandung kecil sambil menyapu buih piring di cucuran air. Wajah mulusnya terlihat berseri diterpa cahaya fajar yang membias. Ibu dua anak itu tampak awet muda dibalut busana serba panjang yang ia kenakan.

"Pagi, Mamah ...."

Suara dengan bass rendah mengalihkan perhatian Kinara. Wanita itu menoleh, mendapati si sulung yang sudah rapi dengan balutan hoodie merah beserta masker putih yang menempel di dagu.

"Um, gantengnya Mamah udah rapi wae. Mau kemana atuh, Kasep?"

Dandi belum menjawab. Masih asyik menelusupkan kepala di pundak hangat sang Ibu. Dua tangannya tampak mengikat pinggang Kinara cukup erat. Tak peduli akan cipratan buih piring yang mencuat.

Dying DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang