22. Moodbooster

1.6K 205 53
                                    

"Boleh play lagu di atas buat nemenin eps kali ini. Enjoy, Gais."

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Aa teh belum mau cerita sama Dira?"

Tidak ada siapa-siapa di kamar nuansa abu itu kecuali si empunya kamar dan Dira. Kinara dan Bagus entah kemana. Semenjak kejadian cukup menegangkan siang tadi, semuanya seolah saling menghindar. Kecuali Dira yang cukup sering menjenguk Dandi hanya untuk sekadar memastikan kakaknya tetap baik-baik saja.

"Udah malem, Neng. Mending kamu tidur."

Dandi terbatuk kecil dengan posisi duduk bersandar di kepala kasur. Wajah tampannya masih berselimut rona pucat. Padahal oksigen portable yang Dira belikan sore tadi sudah mulai terasa ringan. Namun, napasnya masih saja memberat.

"Aa jangan ngehindar. Kasih tau Dira, kenapa Papah sampe mukul Aa."

"Siapa yang bilang papah mukul Aa?"

"Itu dada Aa sampe biru gitu."

Hening sejenak. Dandi menarik napas sedalam mungkin. Bukannya ingin menutupi, tapi ia rasa Dira tak perlu tahu. Dandi takut Dira akan menganggap dirinya tak lebih dari pecundang. Sering memberi nasihat perihal pacaran, tapi malah melakukannya di belakang.

Dira menatap Dandi penuh harap. Sedikit kecewa sebab yang ditunggu tak juga membuka suara. Masih setia menunduk. Suasana seketika berubah menjadi begitu hening. Dira sedikit merasa bersalah. Mungkin kakaknya punya alasan untuk tidak memberi tahu dirinya.

Semilir angin malam masuk melalui pintu balkon yang terbuka. Takut akan kondisi Dandi yang masih sakit, Dira tergerak beranjak menutupnya beserta jendela- jendela yang masih terbuka. Sampai dahinya mengernyit melihat beberapa keanehan.

"Loh, gitar Aa mana?"

Dandi mendongak, ikut menatap sudut yang sedang dilihat Dira. "Di rumah Ubay."

"Aa jual?"

"Enggak."

Dira tak lagi bertanya sebab raut wajah Dandi seolah telah menjawab segala pertanyaannya. Ada raut kecewa yang begitu mendalam di sana. Tak ada sedikitpun aura semangat yang menguar. Hanya ada tatapan kosong, hampa dan penuh tekanan. Dira jelas tahu penyebabnya.

"Dira, kamu tau apa yang lebih menjengkelkan dalam hidup selain diatur-atur?"

Tak ada jawaban. Dira malah fokus menatap wajah kacau Dandi dari jarak dua meter.

"Diri sendiri." Dandi tertawa kecil lalu terbatuk. Sudut matanya berair. "Aa benci diri Aa sendiri. Terlalu mengedepankan ekspetasi sampai ekspetasi menghancurkan segalanya."

***

Suasana pagi kali ini hening banyak mendominasi. Bahkan suara susu yang Kinara tuang ke gelas-gelas terasa lebih keras dari biasanya. Bagus masih dengan wajah tegasnya. Mengunyah sambil melirik satu per satu anggota keluarga di sekeliling. Semua tampak berbeda. Terutama Dandi yang masih menatap makanannya dengan tatapan kosong.

Dying DreamWhere stories live. Discover now