20. Special Ramadhan!

2.2K 225 101
                                    

"Foto siapa yang kamu pamer-pamerin di sosmed ini, ha?"

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Foto siapa yang kamu pamer-pamerin di sosmed ini, ha?"

Adalah kalimat penyambut terketus yang pernah Dandi dengar. Belum saja benar-benar duduk. Bahkan tas sekolah masih tertempel apik di punggungnya. Apa lagi ini?

"Jawab!"

Sedikit tersentak, kemudian mencoba tetap tenang. Bagaimana pun, watak keras Bagus tidak boleh dilawan dengan kekerasan pula. Dengan sabar, Dandi coba menarik napas cukup dalam. "Foto apa, Pah?" jawabnya kemudian.

"Ini!"

Keram menguasai badan, Dandi sempat terdiam beberapa detik. Sejak kapan ayahnya tau perihal akun instagram miliknya? Seingat Dandi, ia telah mem-private akun itu sebelum kehilangan sandi dan tak lagi bisa mengaksesnya.

"Jawab, dia siapa?"

Suara rendah penuh amarah itu seketika menguras seluruh keberanian Dandi. Napasnya yang belum pulih betul lagi-lagi ia paksa untuk bekerja normal. Terus berpikir alibi apa yang cocok untuk diutarakan. Jika dipikir kembali, mungkin ada seseorang yang sengaja memberikan informasi itu pada ayahnya. Yang bisa jadi merupakan salah satu dari pengikutnya.

"Jawab, Dandi! Kenapa diam? Bisu kamu?" bentak Bagus. Suaranya menggelegar, mengundang fokus Kinara dari sisi Dapur. Perempuan itu lalu mendekat panik dengan sedikit tergesa.

"Itu ... bukan Dandi, Pah."

"Bukan kamu bagaimana? Jelas-jelas ada muka kamu di sini. Foto profil kamu. Balasan-balasan komentar kamu!" Bagus nyaris tak terkendali. Matanya memerah. Pria itu berbicara cukup lantang hingga urat-urat leher yang sedikit mencuat.

Dandi setia menunduk. Ia mengerti Bagus tidak suka ditatap jika sedang marah, apalagi diam. Namun, ia juga bingung harus memberi pembelaan apa. Kalau pun berbohong, sulit. Mengingat bukti yang ada cukup kuat. Apalagi mengaku, mungkin akan lebih parah. Bagus benci apapun yang berbau maksiat. Terutama pacaran.

"Kamu pacaran sama anak ini 'kan?" tanya Bagus. Kini nada suaranya turun satu oktaf, tak lagi sekencang tadi. Terdengar lantunan istighfar dari mulutnya. Pria itu mencoba mengendalikan diri dengan menyamankan dudukan di kepala sofa.

"Bukan, Pa."

"JAWAB JUJUR!"

Suasana yang baru saja tenang tiba-tiba kembali memanas. Bagus kalap, membanting handphone ke meja di hadapan Dandi. Sayangnya, benda itu memantul, mengenai tepat dada Dandi.

Anak kurus itu meringis, menekan dada cukup kuat dengan posisi meringkuk. Padahal badannya masih lemas habis kena serangan di sekolah tadi. Rasanya, sakit di tubuh terasa bertubi-tubi.

"PAPA CUKUP!" pekik Kinara.

Suasana ruangan seketika berubah. Kinara langsung mendekati Dandi, mengusap Dada remaja itu sambil memberikan usapan-usapan kecil. Sudut matanya berair. Melirik sinis ke arah suami.

Dying DreamOnde histórias criam vida. Descubra agora