4. Peraturan ketat

2.3K 274 24
                                    

"Tumben-tumbenan maneh pake masker

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tumben-tumbenan maneh pake masker. Lagi musim hujan padahal," tanya Ubay.

"Iya, disuruh pake sama si mamah." Dandi mulai menghidupkan mesin motor. Menginterupsi Ubay agar lekas bersiap lalu segera membelah jalan.

Hari ini upacara, dan bisa-bisanya ia bangun telat tadi. Untung Ubay juga kesiangan, jadi kalau pun terlambat, Dandi tidak sendiri. Padahal tadi malam mereka tidak main game bersama.

"Hahaha, kamu bawa bekal minum? Ya Allah." Suara cekikikan yang berbaur dengan ribut angin terdengar samar di telinga. Dandi melirik wajah bahagia Ubay dari kaca motor.

"Nggak tau itu si mamah. Kemaren pulang-pulang bawa masker satu pack, vitamin, nyuruh nggak boleh ini, nggak boleh itu. Astaghfirullah."

"Aduh-aduh, kasep-nya mamah Kina. Hahaha." Ubay kembali terbahak. Untung Dandi pakai masker, kalau tidak mungkin ia bisa melihat raut kesal anak itu melalui kaca motor.

Dandi memilih bungkam. Menarik gas lebih kencang guna meluapkan kekesalan. Demi Tuhan, kalau tahu mamanya akan seberlebihan ini, lebih baik ia tidak bilang pasal sesaknya kemarin.

***

Chika mencuri-curi pandang melalui ekor mata. Upacara sudah memasuki pertengahan kegiatan dan bisa-bisanya dua curut itu baru sampai. Gadis itu mencibir pelan, tak habis pikir dengan dua insan yang berdiri di antara jajaran petugas upacara itu.

Sementara itu, di tempatnya Dandi sudah merutuk dalam hati. Hari ini cuaca begitu panas dan mereka di tempatkan tepat menghadap matahari. Masker yang ia pakai sudah menghilang entah kemana. Mungkin hilang sewaktu turun dari motor tadi. Keduanya sempat panik melihat tatapan garang Bu Imel, guru BK killer kebanggaan SMA Nurul Huda.

"Bubar barisaaan ... jalan!"

Suara debas terdengar saling bersahutan. Hanya memakan waktu beberapa detik, lapangan panas itu pun mulai kosong. Semua penghuninya tadi terlihat berbondong-bondong mencari tempat berlindung yang teduh.

Sejujurnya, Dandi dan Ubay juga inginkan hal yang sama. Namun, tatapan mata seksi Bu Imel benar-benar menggetarkan jiwa. Jangankan mencari tempat teduh, bergerak saja mereka takut.

"Bergadang terus 'kan, kalian? Main game sampai pagi. Lupa waktu kalau kalian itu masih jadi beban keluarga."

Keduanya menunduk. Ubay sesekali mencubit paha Dandi guna melampiaskan gugup. Sumpah, di antara semua guru, vibes wanita berkaca mata ini benar-benar menakutkan.

"Saya capek ngurus murid-murid nggak tahu diri macam kalian. Di sekolahin sama orang tua malah aneh-aneh aja kelakuannya. Mau jadi apa kalian kalau begini terus?" Wanita itu bersedekap. Sesekali membenarkan letak kaca mata yang merosot menggunakan telunjuk.

Dying DreamWhere stories live. Discover now