25. Capek

1.4K 212 45
                                    

"Chi, sini dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Chi, sini dulu."

Cewek itu melirik sinis kemudian melepas paksa pegangan Tristan dari tangannya. Datang ke rumah pagi buta hanya untuk cari perhatian ibunya dan meminta untuk mengantarkan ke sekolah, Chika tak habis pikir apa yang sedang cowok itu rencanakan.

"Apa lagi sih!"

Chika memekik cukup kencang, mengundang tatap beberapa siswa yang hendak memasuki gerbang. Apalagi dengan mobil hitam milik Tristan yang terparkir sembarangan di pinggir jalan.

"Kamu kenapa, Chi? Jangan gini dong. Selama ini kita baik-baik aja loh. Kenapa kamunya malah berubah gini?"

Chika sudah cukup risi dengan tatapan orang-orang di sekeliling, ditambah dengan ucapan melankolis Tristan. Rasa-rasanya ia ingin cepat lari, akan tetapi takut Tristan akan nekat mengejarnya seperti adegan beberapa FTV yang ia lihat. Sungguh menggelikan.

"Say-"

"Ets ...." Chika menginterupsi Tristan untuk diam. "Kamu nggak berhak manggil gitu. Kita nggak ada hubungan apa-apa. Mending sekarang kamu berangkat kerja, udah jam segini."

"Terus kita selama ini apa?"

"Ya kamu rasa?"

"Kamunya aku tembak nggak mau, ya gi-"

"Eh, Dandi." Chika tersenyum sumringah lalu mendekati Dandi yang kebetulan baru datang. Dan untungnya, tidak ada Ubay di sana. "Barengan masuknya yah?"

Air muka Tristan langsung berubah. Tatapannya berubah tajam nan menusuk ke arah Dandi. Orang yang tak pernah ia sukai keberadaannya.

Dandi tak merespon apapun kecuali memperhatikan gerak cowok di hadapan. Laki-laki itu tampak begitu tak menyukainya sampai berlalu tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

Setelah mobil hitam Tristan lenyap dari pandangan, Chika langsung membuat jarak antara dirinya dan Dandi. Berdehem kecil lalu menyelusupkan sedikit rambut ke belakang telinga.

"Hm ... maaf ya, Dan."

"Aku nggak suka ya kamu bertingkah seolah-olah kita masih ada hubungan di depan cowok itu. Aku anggap tadi yang terakhir."

Cukup sarkas dan menusuk. Dandi lekas berlalu masih dengan tangan kiri menelusup di saku celana. Pagi ini di rumah sudah cukup menguras emosi. Untuk yang ke sekian kalinya, Bagus dan Kinara kembali mengedepankan keinginan mereka. Membuat keputusan tanpa boleh dibantah.

'Mulai sekarang penggunaan hape mamah batasi, yah. Kamu harus lebih fokus menghafal. Karena begitu lulus, kamu akan ikut program tahfiz. Seenggaknya harus punya hafalan minimal dua juz.'

Dandi memejamkan mata sembari menarik napas. Bak kaset rusak, ucapan Kinara tak kunjung berhenti menjajahi pikiran. Benar-benar merusak suasana hatinya pagi ini.

Dying DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang