16th : Dad pt. 2

1.9K 279 8
                                    

Sejak kejadian kemarin, yang baru tahu akan kehadiran ayah mereka lagi hanya Arkan karena diberitahu oleh Rey, Reyvan sendiri dan Chenka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak kejadian kemarin, yang baru tahu akan kehadiran ayah mereka lagi hanya Arkan karena diberitahu oleh Rey, Reyvan sendiri dan Chenka. Mungkin kali ini empat saudara mereka belum tahu, tapi Rey sangat yakin kalau pria berusia setengah abad itu akan menampakkan wujudnya yang hilang dulu kembali pada empat saudaranya.

Reno, Chandra, dan Nares sudah berangkat ke kampus pagi tadi dan lebih awal. Mereka ada kelas pagi yang harus diisi cepat sebelum dosen-dosen galak itu menurun kan nilai mereka. Rey sendiri masih punya waktu sampai sebelum pukul sebelas siang nanti, kelasnya hanya satu hari ini. Sedangkan, Arkan dan kedua bungsu itu tak ada kegiatan hari ini. Namun Arkan tetap harus pergi ke suatu tempat yang Rey tahu kalau itu kantor polisi. Kakaknya memang keras kepala.

Layaknya mengurus bayi kembali, Rey bilang pada Arkan untuk tidak berlama-lama diluar karena kedua anak itu sama sekali tidak boleh ditinggalkan sendiri. Ayah mereka bisa berbuat apa saja jika ia mengetahui lokasi rumah yang sejak lama Arkan dan Rey coba siasati. Arkan menyetujuinya dan bilang akan pulang sebelum Rey berangkat ke kampus. Dan sebuah kebetulan juga tiga kembaran Rey selesai di jam yang sama, hingga mereka bisa kembali dengan cepat.

"Mas Rey?!" Rey menoleh malas pada si bungsu yang sedari tadi tak bisa bergerak karena pelukan yang Chenka berikan.

"Apa, dek? Apa?" Jengah Rey. "Aaa, suruh Chenka lepasin pelukannya. Gerah mas, Rayn mau rebahan." Rengek Rayn lagi. Rey menghela nafas dengan perubahan adik bungsu keduanya itu, ia menjadi lebih lengket dengan si bungsu sejak bangun pagi tadi. Ketiga kembaran nya dan Arkan saja sampai heran.

Dengan terpaksa Rey beranjak mendekati, menarik pelan lengan putih Chenka dari pundak Rayn. Memeluknya erat sampai Chenka tak dapat berontak dan melepaskan diri.

Chenka langsung merengek tidak mau, tapi Rey menulikan pendengaran nya. Rayn langsung beranjak menjauh sedikit untuk merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku karena peluka Chenka tadi. Sementara yang lebih tua, mencebik kesal karena Rey tak melepaskan tangannya dari bahunya hingga membuatnya tak bisa mendekati Rayn.

09.44 WIB,
A7 Corp [CEO'S ROOM]
Bandung-Jawa Barat

Arkan sibuk membolak-balikkan halaman laporan keuangan perusahaan, memastikan tidak adanya kesalahan yang karyawan-karyawan nya perbuat. Serta memantau kondisi keuangan selama ia tinggal pergi dinas ke Surabaya.

"Ini sudah bagus. Kerja dengan teliti lain kali, jangan ada kesalahan atau pekerjaan kalian yang jadi taruhannya." Sang karyawan mengangguk mengerti. Ia pamit dan keluar dari ruangan, setelahnya Arkan langsung menghempaskan tubuhnya pada sandaran kursi. Membuang nafas berat karena lelahnya bekerja.

Jujur saja Arkan pusing. Memikirkan hal tentang kembali nya sang ayah membuat tidur Arkan sama sekali tak nyenyak. Pria bejat yang sudah menorehkan luka tak kasat mata itu kembali hadir tanpa ada perasaan bersalah diwajah yang selalu ingin Arkan pukuli itu.

'ibu, kasih tau cara biar Arkan hukum bajingan itu'

🍀

09.57 WIB,
Universitas Padjadjaran
Bandung-Jawa Barat

Chandra berjalan sendirian di koridor kampus. Dua kembarannya entah menghilang kemana dan anak itu sedang malas mencari keberadaan mereka. Lalu sekarang ia tengah berjalan dengan mata tertuju pada ponsel. Ia menabrak seseorang saat matanya terlalu fokus ke benda kotak itu.

BRUK!

"Ah, maaf. Saya ga--

Ia mendadak membeku. Ketika orang didepannya mulai mengangkat kepalanya. Chandra terdiam dengan wajah terkejut juga amarah yang datang tiba-tiba.

Pria asing tadi mendadak menyeringai, "Halo putra ku yang lain, long time no see, my son."

Disisi lain Nares menggerutu kesal, ia mengusak kepalanya frustasi. Dirinya bersama Reno tengah mencari saudara mereka yang gembul itu, menghilang bagai angin tanpa permisi lebih dulu.

"Cari kemana lagi sih, Ren? Gue capek bego," keluhnya lelah.

"Cari aja disekitar sini dulu, terus--

Seketika Nares menoleh pada Reno yang mendadak terdiam. Ia mengibaskan tangannya didepan wajah sang saudara lalu mengikuti arah pandang sang kakak yang juga turut membuatnya membeku. Didepan sana, tak jauh dari keduanya. Ada Chandra tengah berdiri berhadapan dengan seorang pria yang begitu familiar.

Erick menatap jauh kearah Reno dan Nares, lantas tersenyum untuk kedua kalinya. "Lagi dan lagi ya? Takdir tuhan mempertemukan saya dengan kalian bertiga, my son." Jari telunjuk Erick mengarah ke belakang dimana Reno dan Nares berdiri. Membuat Chandra turut menengok untuk memastikan kebenaran.

Ekspresi mereka tak jauh berbeda dari Chandra, syok dengan apa yang mereka lihat.

"Kalian pun sama ya? Ga mau peluk ayah kalian ini? Serius?" Erick terkekeh remeh, ia geli sendiri dengan ucapannya. Pria itu lanjut berbicara, "Kayaknya kalian belum tau kalau keberadaan saya sudah diketahui oleh dua saudara kalian. Apa mereka ga bilang apa-apa sama kalian, hm?"

Reno, Chandra dan Nares tetap diam mendengar celotehan sang ayah. Mendadak rasa takut muncul direlung hati masing-masing, suara berat yang sudah lama tak didengar itu menjadi ketakutan tersendiri bagi ketiganya dimana ayah mereka itu tak jauh dari kata pembunuh berdarah dingin atau mungkin psikopat.

Erick terkekeh lagi, kali ini ia menatap ketiga putranya dengan senyum remeh. "Usaha kalian akan tetap gagal, beritahu itu pada Arkan dan Arjuna, Angkasa. Jangan naif, hidup Rayn akan lebih baik kalau dia bareng sama ayah. See you the next time, son."

10.00 WIB,
A7 Corp [CEO'S ROOM]
Bandung-Jawa Barat.

BRAK!

Arkan tersentak ketika pintu ruangannya dibuka kasar oleh Luke, teman polisnya. Pemuda itu mengelus dadanya sendiri karena terkejut, jantungnya serasa mau lepas dari tempatnya. Refleks ia menyentak sang teman.

"Bisa ga buka pintunya pelan-pelan aja, lo bikin gue hampir jantungan."

Luke menyengir, mengatakan maaf lewat isyarat mata. Lalu duduk didepan meja kerja Arkan tanpa disuruh dulu oleh pemilik ruangan. Seketika wajah terkejut milik Arkan berubah menjadi serius. Luke tahu temannya ini akan meminta apa, jadi ia langsung berkata.

"Ada perkembangan sih, walaupun sedikit. Gue ga tau ini penting buat lo apa engga tapi, ini berguna banget buat nangkep siapa dalang kecelakaan itu." Ujar Luke serius.

Arkan mendengarkan dengan seksama setiap hal yang keluar dari bibir Luke. Mengolah kata demi kata dan petunjuk yang Luke dapatkan selama proses penyelidikan hari ini. Dan Arkan sangat puas dengan kinerja teman lamanya itu.

"Lo cuman perlu waktu sedikit lagi buat bisa naikin kasus ini ke persidangan, Arkan.."

-7A's Brother-

[A/N]

Halo ges, hehe😁

7A's Brother✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang