18th : Teror

2K 256 29
                                    

Rey membanting kotak paket berukuran sedang itu. Lalu meremat rambutnya dengan frustasi.

Mengumpati sang ayah sejadi-jadinya dalam hati. Ia muak dengan apa yang baru saja dilihat, didalam kotak itu berisi beberapa foto Reno, Chandra, dan Nares yang dilingkari sesuatu berwarna merah. Aromanya menyengat, dan Rey sangat yakin kalau sesuatu itu adalah darah.

Reyvan tak habis pikir dengan langkah awal ayahnya adalah ingin menyingkirkan tiga putranya sendiri. Erick juga menuliskan sesuatu dibelakang lembaran foto berdarah itu,

"Selama apapun kalian menyembunyikan Rayn dari saya, hanya akan berakhir sia-sia. Sebelum itu, saya akan hancurkan tujuh bersaudara ini sampai salah satunya mau berlutut dikali saya."

"Bajingan lo Erick Arion. Dasar psikopat gila," nafas Rey tak beraturan karena emosi yang menyelimuti dirinya. Ayahnya benar-benar sudah hilang akal, ingin mencelakai darah daging sendiri? Dasar gila.

Arkan masih terdiam setelah melihat isi kotak itu. Ia duduk dipinggiran kasur dengan wajah lesu, rasa takut dan amarah menyatu dalam dirinya sekarang. Reyvan sempat mengunci pintu kamar Arkan sebelum adik-adiknya tahu bahwa paket ini adalah teror dari ayah mereka. Mungkin Reno bisa hilang kendali, lalu mencari masalah dengan Erick tanpa pikir panjang nantinya.

Si sulung kembar itu melirik Arkan yang masih diam tak berkutik lalu tanpa bicara keluar dari kamar sang kakak dengan wajah sedikit memerah.

🍀

Arkan berdiam diri dibawah shower seraya memejamkan matanya. Satu kali langkah sang ayah langsung memukul telak dirinya, adik-adiknya yang menjadi sasaran demi mendapatkan si bungsu.

"Ah, sialan. Sial, bajingan, brengsek. Kau sialan," Arkan membenturkan pelan kepalanya pada dinding tempat dirinya bersandar, berkali-kkan Mengumpat dengan lirih untuk menyalurkan emosinya, perlahan tubuhnya meluruh kebawah. Tangis pemuda itu pecah, Arkan menelungkupkan kepala dalam lipatan tangan dan menangis dalam diam.

"Apalagi ini Tuhan? Cobaan apa yang ingin kau berikan pada ku dan adik-adik ku,"

19.21 WIB,
Rumah—Bandung

Terdiam nya Arkan dan Reyvan tentu saja menimbulkan rasa penasaran bagi kelima saudara mereka yang lain. Keduanya baru mau turun dari kamar masing-masing setelah kelima saudara mereka memaksa untuk ikut menonton film diruang keluarga. Hitung-hitung sebagai quality time yang sudah lama tidak terlaksana lagi.

Rayn tidak bodoh untuk tidak menyadari kalau kedua mata kakak tertuanya itu sembab seperti habis menangis. Saudaranya yang lain sudah berusaha menguak tentang apa yang terjadi, namun keduanya hanya membalas tidak apa-apa. Jelas si bungsu sangat merasakan perubahan drastis mood kedua kakaknya. Dan ia sangat yakin kalau hal ini terjadi pasti berhubungan dengan paket yang ia berikan tadi sore pada keduanya.

Akan tetapi, Rayn mengurungkan niat untuk bertanya lebih jauh tentang isi paket itu. Ia tak bisa membuat Arkan dan Rey naik kembali moodnya, maka ia takkan merusak lebih dalam lagi mood itu atau akan terjadi masalah.

22.13 WIB,
Rumah—Bandung

Rey tidur terlentang diatas kasurnya. Baru saja akan memejamkan mata agar bisa istirahat, pergerakan seseorang membuat nya bangkit sedikit. Ia menoleh kesisi samping dimana ada Rayn juga yang ikut menidurkan dirinya. Anak itu menjadikan tangan kanan Rey sebagai bantalan kepala, sementara.

Awalnya Rey ingin abai, ia begitu ingin tidur jika saja suara Rayn tak membuat matanya terbuka kembali. Rey hanya balas berdehem sambil menunggu lanjutan kalimat sang adik.

"Mas Rey?"

"Hm?"

"Mas ga apa-apa?"

"Ga apa-apa, emang kenapa?" Si bungsu menggigit bibir bawahnya ragu. "Em, mas mau tau sesuatu ga?" Yang lebih tua mengernyit.

Ia heran mengapa Rayn bertanya sepatah-sepatah seperti ini. Tangan Reyvan bergerak mengelus kepala adiknya, masih diposisi yang sama. Rayn mulai melingkarkan tangannya pada pinggang sang kakak.

"Tapi, mas Rey gaboleh marah habis dengerin cerita Rayn ini. Oke? Janji dulu?" Jari kelingkingnya dijulurkan, Rey pun langsung menautkan kelingking nya juga. Berjanji tidak akan marah atas cerita Rayn itu.

Namun, beberapa menit setelahnya. Reyvan menghela nafas berat. "Kamu balik ke kamar ya? Istirahat oke?" Suruhnya saat itu juga dan Rayn hanya menuruti tanpa bicara lagi.

Reyvan mana pernah menduga kalau Rayn juga sudah tahu tentang kehadiran sang ayah baru-baru ini. Anak itu bilang ia bertemu Erick disekitar cafeteria kampus saat baru selesai mengerjakan tugas bersama Bimo, teman satu fakultas nya.

Yang membuat Reyvan lebih terkejut adalah kejadian itu terjadi pada dua hari yang lalu. Dimana saat itu, Rayn pulang kerumah dan berjumpa dengan Rey. Wajahnya terlihat takut juga mood yang buruk. Disana, Rey sama sekali tidak sadar kalau Rayn lah orang yang pertama kali berjumpa dengan sang ayah setelah sekian lama.

—7A's Brother—

7A's Brother✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang