19th : Alert, My Brother

1.9K 237 20
                                    

Hari ini, rumah tujuh bersaudara itu terlihat sepi. Mereka sang penghuni begitu larut dengan pikiran masing-masing tentang hal yang direncanakan oleh sang ayah. Perasaan waspada kini hinggap didalam diri ketujuhnya. Mereka tahu kalau Erick dapat melakukan apa saja dan kapan saja untuk mendapatkan tujuan awalnya kembali datang kehidupan mereka lagi.

Rasanya aneh, bila rumah yang biasanya ramai dengan kerusuhan para penghuninya. Mendadak menjadi sepi seperti halnya pemakaman umum. Meskipun dalam keadaan waspada, Arkan dan adik-adiknya tetap memperhatikan setiap sudut rumah. Dan benar saja, beberapa jam yang lalu. Sebuah kamera berukuran nano terlihat sudah hancur ditangan Arkan akibat ulahnya sendiri.

Si sulung itu sangat yakin kalau sang ayah lah yang mengirimkan ini. Atau mungkin, kamera nano ini terbang dan menempel ditubuhnya ataupun adik-adiknya. Dan saat sampai dirumah benda kecil ini berpindah ke tempat lebih tertutup agar tidak ketahuan. Kecerdasan buatan yang dijadikan alat mata-mata, hebat juga pikir Arkan kala menemukannya.

Ia tak membuang waktu dan segera memberitahu seluruh adiknya untuk memeriksa seluruh rumah. Ternyata ada jumlah lebih banyak dari yang ia duga.

09.46 WIB,
Rumah––Bandung

"Dari semua hal yang ada, yang bisa kita lakuin cuman satu kak. Jaga Rayn dan yang lain, dia ga akan main-main sama ancaman nya." Reyvan berujar tajam pada si sulung. Memberitahu kalau ia bersungguh-sungguh dengan kalimatnya.

Rey sudah melakukan semampunya. Ia bahkan sampai meminta Nares untuk melacak dan meretas sistem kamera dan mendapatkan lokasi si pemilik. Namun semuanya sudah berjalan dengan rapi, Erick memikirkannya dengan matang. Yang mereka bisa lakukan sekarang hanya membuat benteng lebih tinggi, menyembunyikan Rayn seutuhnya dari manusia bejat itu.

Arkan menghela nafas panjang, mengelus pelan bahu Rey yang mendadak turun. Ia tahu kalau Reyvan sudah berusaha namun tetap sia-sia karena tak menemukan lokasi persembunyian sang ayah. Tangannya yang lain memijat pelipisnya pening.

"Kamu benar, Rey. Ga ada cara selain itu. Tugas kita cuman lindungin Rey dengan sembunyiin dia dari dia," dan Reyvan mengangguk mengiyakan.

🍀

Reno berniat pergi keluar rumah hari ini. Namun ia harus meyakinkan Arkan bahwa dirinya akan baik-baik saja. Pada awal ia meminta izin, Arkan tanpa sadar membentak sang adik. Si sulung itu terlalu frustasi dengan kelakuan Erick selaku ayah mereka. Tapi akhirnya, Reno bisa meyakinkan Arkan. Mengatakan ia bisa menjaga diri dan pulang dengan selamat.

Dengan berat hati, Arkan memberikan izin. Ia memberikan satu syarat kalau Reno tidak boleh pulang dengan luka. Reno menyanggupi, lagipula ia pergi keluar tidak sendirian. Melainkan bersama Abim, teman SMA nya dahulu.

12.32 WIB,
Rumah—Bandung

Chenka menutup bukunya dengan kasar lalu menghela nafas. Ia tidak tahu mengapa dirinya menjadi seperti ini akhir-akhir ini. Tepat setelah kejadian hari itu, wajah Erick selalu membayangi nya dalam setiap hal. Chenka sudah mendapatkan banyak luka dari sang ayah melalui mentalnya.

Yang lain menyadarinya, Chenka menjadi pendiam dibanding biasanya. Ia juga menjadi lebih sering bersama Rayn dibanding berada didalam kamar bermain game sendirian. Kebingungan selalu menyelimuti diri Chenka. Pada awalnya dia sama sekali tak suka menempeli dan ditempeli saudaranya. Ia hanya gengsi. Pikirannya selalu diisi oleh Rayn, Rayn, dan Rayn.

Chenka menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangan. Tidur secara telungkup diatas sofa ruang tengah. Tanpa sadar ia tertidur bahkan tidak menyadari kalau Nares hadir disana setelah lima belas menit ia berposisi seperti itu.

"Lo jadi aneh tau, dek. Kekhawatiran itu ga lo doang yang rasain tapi gue juga, cuman gue ga mengekpresikan nya secara berlebihan dan terang-terangan. Gue khawatir, banget tapi gue gabisa lakuin apapun selain bantu kak Arkan dan Reyvan. Istirahat yang cukup Chenka," ujar Nares pelan.

Setelah pria itu pergi kedalam kamarnya untuk melakukan sesuatu. Lebih memilih menenangkan diri di ruangan pribadi nya itu dibanding diluar. Nares takkan mendapatkan ketenangan, malah nyawanya yang mungkin melayang karena obsesi sang ayah pada sang adik.

—7A's Brother—

7A's Brother✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang