[LAST] Special Chapter 3 : Bebas

424 24 0
                                    

09.31 WIB,
Eleven Years Later
Rumah-Bandung

Dua orang anak kecil berlarian ke seluruh penjuru rumah. Membuat seorang wanita berusia tiga puluh tahunan menatap keduanya galak. Mengisyaratkan agar berhenti berlarian didalam rumah. Karena dirumah itu tidak hanya mereka yang tinggal, melainkan masih ada enam saudara dari ayah mereka. Dan hampir semuanya sudah memiliki keluarga sendiri. Alasan tidak mau pindah dari rumah itu dan membangun rumah sendiri adalah agar tidak ada yang terpisah terlalu jauh dari keluarga awal. Juga agar bisa menjaga satu-satunya orang tua yang mereka miliki sekarang ini.

"Ma, kakek kapan datangnya?" Tanya seorang anak laki-laki berusia sembilan tahunan pada ibunya. Airin, yang sudah resmi menjadi istri sah dari Arkan Satya Kevandra. Sudah memiliki dua putra kembar ditahun kedua pernikahan mereka. Disusul oleh Rey di China sana, namun sudah menetap di Indonesia lagi bersama Zia yang dulu menjadi tetangga kini berubah status menjadi istrinya.

Beberapa bulan setelah kelahiran anak kembar Arkan. Reno menyusul membangun keluarga kecilnya juga. Ia meminang Adisya, tetangga tujuh bersaudara dihari ulang tahun gadis itu. Kini Reno bekerja sebagai pelatih tetap disebuah perguruan karate dengan gaji yang lumayan. Chandra menyusul selepas Zia melahirkan buah cintanya dengan Reyvan, yang diberi nama Amran Arjuna.

Tersisa Nares yang masih belum bisa melabuhkan hatinya pada perempuan manapun, padahal sudah banyak wanita yang ingin ia menjadi suami mereka. Tapi Nares menolak dengan halus dan beralasan ia masih ingin bebas, tidak ingin lebih awal terikat dengan ikatan bersama seorang wanita seperti kakak-kakaknya. Bahkan Chenka saja sudah memiliki pacar yang sudah berganti status menjadi tunangan seorang Antares Chenka Cardion.

Bagaimana dengan Rayn sendiri? Jelas saja ia masih melajang. Rayn belum merasa puas bermain dengan semua keponakannya. Biar lah ia menjadi bujang lapuk, tapi ia senang karena melihat kakak-kakaknya sudah menimang bayi. Terkecuali untuk Nares dan Chenka yang masih dalam proses.

Airin memegang pipi tembem anak sulungnya, "Ga lama lagi kok, sayang. Dhika yang sabar ya?"

Andhika Satrya. Putra kembar pertama Arkan dan Airin. Anak itu begitu mewarisi ketampanan sang ayah. Bahkan disekolah nya saja, tidak satu dua orang yang terpikat dengan ketampanannya alias sudah memiliki banyak penggemar. Tak jauh berbeda dengan adik kembarnya, Dhimasraya Mahaputra. Yang satu ahli dalam bidang non-akademik seperti Arkan dahulu. Sedangkan Dhimas, ia lebih sering menghabiskan waktu untuk membaca buku dan menjadi seperti Airin si kutu buku.

Anak itu menghela nafas. Kabar tentang kebebasan Erick sudah sampai di telinga cucu-cucunya. Mereka tak sabar melihat rupa kakek mereka yang sebenarnya. Arkan dan saudaranya yang lain sudah pernah menunjukkan bagaimana rupa ayah mereka. Namun, Dhika dan sepupunya tak puas dengan melihat hanya dari sebuah bingkai foto. Ia jelas ingin bertemu langsung.

"Dhika gausah sedih gitu, kepulangan kakek udah diatur kok. Tinggal tunggu jam aja habis itu Dhika sama yang lain bisa main sama kakek sepuasnya, oke?" Itu Rayn yang baru datang tapi mendengar dengan jelas obrolan antara ibu dan anak itu.

Rayn tidak berbohong. Karena Rey yang memberitahunya. Reyvan menjadi sangat sibuk setelah kepulangan dirinya dari China bersama Chenka. Tapi masih sempat meluangkan waktu untuk keluarga, terutama untuk Zia dan Amran putra tunggalnya.

Dhika hanya mengangguki ucapan sang paman, lantas ia pamit sama Airin juga Rayn pergi bermain keluar rumah. Setelah kepergian bocah cilik itu, Airin menatap Rayn dengan penuh tanya.

"Kamu tau darimana, dek? Bukannya masih sebulan lagi?"

Rayn tersenyum tipis, "Mas Rey itu pandai banget cari orang penting untuk bebasin ayah. Walau kesalahan ayah fatal tapi Mas Rey ga lupa kalau ayah tetap ayahnya."

"Jadi?"

"Hukuman ayah diringanin, jadi bisa pulang dalam beberapa jam lagi. Mas Rey juga bilang kalau ayah ga akan dijaga polisi lagi karena masa tahanannya udah habis," jelas pria itu lagi.

Airin mengangguk mengerti. "Syukur deh. Kakak harap ga ada kejadian apapun yang buat hubungan keluarga ini retak lagi,"

🍀

11.33 WIB,
Perguruan Karate Pusat
Bandung-Jawa Barat

Reno sibuk membolak-balikkan satu file dimana seluruh nama anak muridnya tertera. Termasuk nama-nama para keponakannya.

Mereka yang ingin masuk kedalam perguruan ini. Karena kapan lagi kan punya paman yang memiliki kemampuan keren seperti bela diri karate ini. Semuanya dicetuskan oleh Dhika selaku anak dari putra paling tua dirumah itu. Disusul oleh Dhimas kembarannya, Amran putra tunggal Reyvan, Adista putri Reno, serta Ansel dan Arian anak Chandra.

Tak lama, dering ponselnya membuat Reno harus menghentikan sejenak aktivitas nya.

"Halo, kenapa Rey?"

"Lo masih di perguruan? Gue butuh bantuan soalnya buat atur kepulangan ayah hari ini."

Seketika Reno melotot, "Sumpah? Ga boong, mas?"

Diseberang sana Rey memutar matanya malas. Ia sedikit lupa memberitahukan kepulangan ayah pada mereka hari ini. Karena yang baru ia beritahu hanya Arkan, Rayn dan Chenka saja.

"Ga, ga boong. Ini serius, lo tau kan cucu-cucunya ayah udah ga sabar liat wajah kakek mereka. Jadi gue berencana bawa ayah ke rumah sore ini, cuman karena kak Arkan ada tugas dari pimpinannya. Dia gabisa bantu,"

"Bisa aja sih, gue tutup kelas juga jam dua siang nanti. Kasih tau aja gue harus kemana dan ngapain," kata Reno setelah melihat jam tangannya.

"Yaudah, gue tunggu ya. Jangan lupa jemput anak-anak."

"Iya, mas!"

Pip!

16.54 WIB,
Penjara Pusat
Bandung-Jawa Barat

Sore hari menjelang. Kabar tentang kepulangan dan kebebasan Erick setelah enam belas tahun di penjara telah menyebar dikalangan anggota keluarga. Nares dan Chandra langsung menangis terharu mendengar nya. Meskipun memiliki masa lalu keluarga yang kelam, jujur saja Chandra dan Nares sama sekali tak memiliki niat untuk membenci sang ayah sampai mati.

Sekarang, Rey bersama Reno sudah berada dihalaman depan penjara pusat. Setelah lima tahun mendekam di penjara Kapolda, Erick dikirim oleh tim kepolisian ke penjara pusat. Disana perubahan perilaku pria itu berubah perlahan menjadi lebih baik. Dan syukur nya, walaupun Rey berada di China saat itu. Ia tetap memantau sang ayah dari jauh sana.

Srang!

Pintu pagar dibuka, menampilkan seorang petugas sipil bersama seorang pria dengan baju khas tahanan penjara pusat. Rey dan Reno mematung begitu melihat mimik wajah sang ayah yang jauh lebih ramah dibanding dahulu yang penuh dendam.

"Ini pak, saudara Erick Arion sudah dibebaskan dan mulai hari ini tidak akan ada lagi polisi yang menjaganya. Selamat atas kebebasan anda, saudara Erick." Kata petugas itu singkat sebelum berlalu pergi kembali masuk ke dalam.

Reyvan dan Reno beralih menatap ayah mereka yang tanpa sadar semakin hari semakin bertambah tua. "Selamat kembali, ayah." Ujar Reno singkat. Ia lalu menyalim tangan sang ayah. Berbeda dengan Rey yang langsung memeluk Erick erat.

"Makasih, udah mau nerima ayah lagi anak-anak ayah." ucap Erick dalam pelukan Reyvan. Keduanya hanya mengangguk sebelum membantu menuntun Erick menuju mobil.

"Dirumah nanti ayah bakal seneng, karena disambut sama cucu-cucu ayah yang lucu." -Rey

"Dan setelah ini hanya kebahagiaan yang akan melingkupi keluarga kita, anak-anak ayah. Ayo kita bangun keluarga kita yang dulu hancur itu, makasih semuanya." -Erick

—7A's Brother; END

Oke, segitu aja

CUTTT!!

THANK YOU YANG UDAH MAMPIR🍀

7A's Brother✓Where stories live. Discover now