02

61 325 7
                                    

Dari awal memasuki pekarangan sekolah, sampai sekarang Ayesha berada di ruang kelasnya, ia hanya mendengar anak Holten membahas tentang anak baru. Katanya, hari ini sekolah mereka kedatangan siswa baru yang berasal dari kalangan atas. Mereka sering melihat siswa baru itu di televisi karena ayahnya yang merupakan seorang pengusaha properti terbesar di Indonesia, juga memiliki restoran yang buka cabang dimana-mana. Tak cukup sampai di situ, segala aset yang ia miliki tidak hanya berlokasi di dalam negeri saja, tetapi juga tersebar di beberapa negara luar.

Ayesha yang tidak mengetahui apa-apa, menjadi sangat bingung dengan keadaan. Bisa-bisanya siswa baru itu menggegerkan sekolahnya. Ayesha jadi penasaran, seperti apa rupa siswa baru yang telah menjadi buah bibir masyarakat Holten di pagi hari ini.

"Apaan sih, rame banget?" Ayesha melirik ke arah Mirza yang baru saja datang. "Lo denger kan, siswa di luar pada heboh banget?"

Mirza mengangguk sembari menempati kursinya. "Iya gue juga denger. Katanya sih, ada siswa baru di sekolah kita. Perdana loh, ada siswa baru tapi hebohnya selangit. Bakal populer kayaknya tuh anak." Mirza datang lalu menjelaskan.

Ayesha tampak manggut-manggut, mendengar dengan serius.

"Anak orang kaya masuk sekolah kita mungkin wajar, ada banyak juga di sini. Cuma kali ini beda, karena bokapnya termasuk dia sering muncul di tv. Terkenal banget keluarganya. Kalau nggak salah, nama bokapnya Gior Danendra." Mirza kembali menjelaskan, membuat Ayesha manggut-manggut.

"Tapi kenapa laman fun page sepi amat, ya?" Ayesha menyodorkan ponselnya ke arah Mirza. Tidak ada berita apa pun menyangkut pria itu di sana. Biasanya, anak-anak Holten akan membicarakan apa pun mengenai sesuatu terkait dunia persekolahan di sana. Namun entah mengapa berita tentang anak baru itu tidak ada yang mengunggah. Terlihat aneh. "Bukannya biasanya anak Holten, apa lagi yang cewek-cewek, bakal heboh banget kalau liat cowok kaya atau ganteng?" Ayesha mengedikkan bahunya.

"Itu juga lagi diperbincangin sama anak-anak Holten. Gue denger-denger, anak baru itu emang ngelarang apa pun tentang dia di ekspos ke internet," Mirza menjelaskan, "udah ada yang nyoba share foto anak baru itu, tapi selalu gagal dimuat. Foto-fotonya susah ditemuin di internet, kebanyakan cuma foto waktu dia sekolah dasar. Trus katanya, anak-anak Holten juga udah berusaha buat grup chat untuk ngebahas soal anak baru itu, tapi grupnya terblokir secara otomatis dan nggak berhasil dibuat."

"Tapi barusan lo bilang, anak baru itu sering muncul di tv." Ayesha menaikkan sebelah alisnya.

"Muncul di tv sekedar nunjukin diri aja kalau dia anak bokapnya yang kaya itu. Tapi berita apa pun soal dia, nggak bisa dimuat sama sekali di internet, atau sumber mana pun. Bahkan foto-foto di instagramnya nggak bisa di screenshot."

Obrolan mereka berakhir ketika sang guru bidang studi datang untuk mengajar. Disusul oleh siswa-siswi yang lain untuk masuk ke dalam kelas. Akhirnya pembelajaran pun dimulai meskipun sesekali masih terdengar teman sekelas yang membahas masalah anak baru tersebut.

***

Ayesha berjalan menuju ke perpustakaan seorang diri. Biasanya saat jam istirahat ia sudah berada di kantin untuk bekerja, namun sekarang berbeda. Ayesha sudah tidak bekerja di kantin lagi, jadi ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Tidak lupa ia membawa bekal yang ia persiapkan dari rumah. Irit uang dengan tidak jajan di kantin. Justru masakannya lebih sehat.

Perpustakaan tidak begitu ramai, Ayesha memutuskan untuk duduk di bangku paling pojok. Depan belakang terdapat rak buku, dan di sebelah kanannya terdapat tembok tinggi dengan jendela besar di sampingnya. Ayesha duduk tepat di samping jendela tersebut. Sembari makan, Ayesha juga membaca buku. Dan ini sangat menyenangkan.

RUMITWhere stories live. Discover now