29

22 33 28
                                    

Hari sudah malam, dan Ayesha masih berada di Healthy cafetaria miliknya. Ayesha yang bertugas untuk bekerja hari ini di cafe, sementara Alfariel tetap masuk kerja di cafe Gilang.

Kalau dipikir-pikir, padahal bisa saja Ayesha dan Alfariel berhenti bekerja di cafe Gilang karena sekarang mereka sudah mempunyai tanggung jawab terhadap cafe sendiri. Namun keduanya kompak memilih untuk tetap bekerja, karena bagaimana pun juga, Gilang sangat berjasa untuk mereka. Terlebih lagi Ayesha yang sempat bertahan hidup dengan mengandalkan gajian per bulannya dari bekerja di cafe Gilang.

"Sha, ini kuncinya."

Ayesha menoleh ke arah seorang wanita yang lebih tua darinya. Wanita itu merupakan salah satu pekerja di cafenya itu. Kedua pekerja itu akan bergegas pulang setelah mereka menutup cafe, karena memang jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Kebetulan pengunjung juga sudah pada pulang.

"Makasih, Mbak. Besok jangan lupa datang pagi ya, Mbak." Ayesha melemparkan senyum manisnya, di anggukkan oleh kedua pekerja itu sebelum akhirnya mereka bergegas pulang.

Setelah kepergian kedua pekerja itu, Ayesha lantas meraih ponsel yang ia letakkan di atas meja. Saat ini Ayesha sedang menunggu kabar dari Mirza, katanya pria itu akan datang menjemputnya. Mengingat bahwa Ayesha akan pulang malam, dan Mirza tidak bisa membiarkan Ayesha pulang sendirian.

Ayesha memandangi langit yang sekarang ini tanpa satu pun bintang yang terlihat. Sangat gelap, sepertinya hujan akan turun. Ia sangat kelelahan hari ini, customer sangat ramai yang datang sampai-sampai para pekerjanya tidak mampu meng-handle berdua saja, dan mau tidak mau Ayesha harus ikut membantu. Dengan keadaan yang mendung seperti ini, serta dirasa hujan deras akan turun, maka akan sangat nikmat jika digunakan untuk tidur.

"Permisi Mbak."

Ayesha dikejutkan dengan kehadiran seorang pria berumur yang tiba-tiba saja datang menyapanya. Pria itu menggunakan seragam serba hitam, yang Ayesha yakini beliau ini adalah seorang supir pribadi.

"Iya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?" Ayesha balas menanggapi dengan ramah.

"Saya mau nanya, ini benar Healthy cafetaria bukan, Mbak?"

Ayesha langsung mengangguk, "Iya, Pak. Benar. Kenapa ya, Pak?"

"Udah lama tutupnya, Mbak? Soalnya ada majikan saya mau beli." Bapak tersebut menunjuk ke arah mobil BMW hitam yang terparkir di depan cafe tersebut, memberitahukan bahwa sang majikannya ada di dalam sana.

"Kalau jam segini udah tutup Pak, baru aja pekerja-pekerja saya pulang. Kalau mau datang, usahakan lebih awal, Pak. Cafenya dibuka dari pagi, cuma kalau udah jam sebelas malam, biasanya udah tutup." Ayesha menjelaskan.

"Mbak pemiliknya?"

"Iya, Pak. Saya pemilik Healthy cafetaria ini." Ayesha menganggukkan kepalanya sembari tersenyum ramah.

"Ternyata masih sangat muda ya, Mbak?" Bapak tersebut terkekeh, begitu pula dengan Ayesha. "Yasudah, kalau gitu saya permisi ya Mbak. Besok saya datang lagi."

Ayesha menganggukkan kepalanya, mengiyakan ucapan bapak tersebut. Namun, belum sempat bapak itu melangkah, ia menggagalkan niatnya karena ternyata majikannya datang menyusul.

Seorang pria muda dengan jeans berwarna hitam, serta menggunakan sweater yang berwarna hitam pula, datang menghampiri mereka. Pria tersebut menggunakan kacamata hitam. Postur tubuhnya cukup tinggi, dipadu dengan kulitnya yang putih mulus. Tergolong sangat tampan.

"Gimana, Pak?" sang pria melangkah mendekati mereka. "Ada?"

"Udah di tutup, Tuan. Ini pemiliknya."

Reflek, sang pria menoleh ke arah Ayesha. Ayesha yang menyadari, lantas tersenyum sembari sedikit membungkukkan tubuhnya. Bentuk ramah yang selalu ia berikan kepada customer-nya.

RUMITWhere stories live. Discover now