18

16 114 54
                                    

Srup...

Terdengar suara seruputan jelas saat Ayesha meminum coffee latte di hadapannya. Siang-siang begini minum yang dingin-dingin memang sangat menyegarkan, ditambah lagi sebelum jam istirahat tadi, Ayesha ujian mata pelajaran matematika yang tak urung membuat kepalanya pusing. Meskipun ia cukup menguasai bidang rumus, namun tetap saja kadang kala ia merasa terhambat.

Hari ini sudah memasuki hari terakhir ujian semester ganjil, yang telah diadakan selama satu minggu belakang. Setelah itu pengambilan rapor di minggu kedua, lalu libur semester selama dua minggu.

Ayesha memijit bahunya sendiri, merasa agak pegal. Entah mengapa ia merasa sangat kelelahan hari ini.

"Jadi lo sama Yesha bakal buka ruko?" Mirza bersuara, membuat Ayesha dan Alfariel menoleh kearahnya.

Saat ini mereka bertiga sedang berada di kantin sekolah, berhubung jam istirahat baru saja berlangsung. Mereka juga ingin membahas masalah bisnis Ayesha dan Alfariel yang semakin hari semakin berkembang pesat. Dua bulan terakhir ini memang bisnis kue sehat yang mereka jual laku keras dalam jumlah yang sangat banyak. Keuntungan keduanya selama dua bulan ini pun meningkat pesat. Bahkan Ayesha sendiri bisa mengirimkan uang untuk keluarganya di Bogor lebih banyak dari biasanya, malahan ia bisa menabung pula untuknya sendiri.

"Rencananya gitu." Alfariel mengangguk. "Besok gue sama Shasa bakal nyari ruko yang strategis sesuai selera kita. Mumpung besok minggu." ucap Alfariel ditanggapi dengan anggukan semata oleh Ayesha.

"Kalian mau nyewa atau beli rukonya?" tanya Mirza lagi.

"Kita mutusin untuk beli." Alfariel menjawab. "Karena gue rasa uang hasil jualan tiga bulan ini sangat cukup untuk beli ruko."

"Ntar gue bantu lo berdua cari rukonya." Mirza melemparkan senyumnya yang mengembang.

Ayesha dan Alfariel sama sekali tidak menyangka jika usaha mereka akan berkembang pesat seperti sekarang ini. Bahkan Ayesha dan Alfariel tidak lagi menitipkan kue mereka di cafe Gilang maupun di ruko-ruko pinggir jalan tempat biasanya mereka menitipkan kue, melainkan kue buatan Ayesha dan Alfariel dibeli langsung untuk dijual karena yakin pasti akan habis terjual. Begitu pula di kantin sekolah, kue buatan mereka dibeli langsung oleh pemilik kantin dalam jumlah yang cukup banyak. Pesanan online pun berdatangan dalam 24 jam. Benar-benar padat pesanan membuat keuntungan keduanya meningkat pesat.

Dan yang membuat Ayesha lebih tenang, Raquel sudah tidak lagi mengganggunya sejak terakhir kalinya ia dan Alfariel sempat bertengkar. Ia mengetahui saat Alfariel menemui Raquel untuk meminta wanita itu berhenti mengganggunya dan ternyata semuanya benar. Sejak saat itu Ayesha merasa hidupnya damai karena tidak terus-terusan terpancing emosi dengan omongan Raquel yang selalu saja menjatuhkannya pada kesalahan yang sama sekali tidak pernah ia perbuat.

Hubungan Ayesha dan Alfariel pun perlahan membaik. Sudah sangat jarang terlihat Ayesha mencaci maki Alfariel habis-habisan, karena ia sadar bahwa Alfariel sebenarnya adalah laki-laki yang baik dan begitu sopan kepadanya. Namun meskipun begitu, Ayesha masih belum bisa memastikan bagaimana bentuk perasaannya terhadap pria yang satu ini, ia tidak mau memulai kehidupan penuh cinta jika ia sendiri masih meragukannya. Terlebih lagi Ayesha tidak berpengalaman dalam hubungan percintaan.

***

"Kayaknya perlu belanja lagi Al, stok bahan di kontrakan menipis." Ayesha tampak memperhatikan ponselnya dengan serius.

Alfariel yang berjalan di samping Ayesha menoleh, lalu mengangguk meskipun Ayesha tidak melihat ke arahnya.

"Pulang dari cafe aja, gimana? Kita mampir ke supermarket untuk beli bahan buat kuenya." Alfariel mengusulkan.

RUMITWhere stories live. Discover now