07

52 171 248
                                    

Minggu cerah menyapa hangat para makhluk bumi. Langit menampakkan warna birunya yang indah, mentari pun bersinar tak kalah terangnya. Suara kicauan burung terdengar bersahut-sahutan. Namun itu tidak berlangsung lama, karena suara kendaraan terdengar lebih memekakkan telinga. Suara klakson yang bersahut-sahutan memenuhi jalan. Biasanya, saat weekend, orang-orang memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan bersama keluarga. Namun tidak sedikit juga yang memilih untuk hanya di rumah saja.

Hampir jam sebelas Ayesha baru bangun dari tidurnya. Tidurnya benar-benar sangat nyenyak karena kelelahan.

Tidak membuang waktu, Ayesha langsung ke kamar mandi, sekedar hanya untuk membilas wajahnya dengan air dan sedikit sabun muka agar terlihat fresh meskipun tidak mandi.

Kegiatan utamanya hari ini adalah memasak nasi dan lauk khusus untuknya sendiri. Kemudian ia melanjutkan beres-beres kontrakan yang hanya bisa ia lakukan sekali dalam seminggu, ya saat hari libur seperti sekarang.

Mencuci baju, membersihkan halaman rumah, mengepel, sampai membersihkan sarang laba-laba yang menggantung di plafon kontrakannya.

Pukul satu siang, Ayesha sudah bersiap-siap dengan pakaian rapinya. Sebenarnya tadi ia hendak ke cafe untuk bekerja. Namun Gilang baru saja menelfonnya, dan bilang kalau hari ini cafe tidak buka, jadinya Ayesha tidak perlu ke cafe untuk bekerja.

Mumpung weekend, Ayesha ingin pergi ke perpustakaan buku yang terletak tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Memang setiap libur Ayesha selalu menghabiskan waktunya di sana untuk menimba ilmu. Setidaknya membaca dapat membuatnya lupa dengan banyaknya masalah yang tengah ia hadapi.

Ayesha menyusuri trotoar dengan berjalan kaki. Di komplek tempat tinggalnya tidak ada pangkalan ojek. Jadi ia harus berjalan kaki sekitar sepuluh menit untuk menuju ke pangkalan ojek yang dekat dengan supermarket.

"Ikut, om!"

Ayesha tersentak kaget saat seseorang mencekat tangannya dengan sangat kuat.

Ayesha menoleh, mendapati Jaka yang kini kembali datang untuk menangkapnya. Entah muncul dari mana laki-laki itu sampai ia bisa mengetahui keberadaan Ayesha saat ini.

"Nggak mau!" Ayesha berusaha sebisa mungkin untuk melepaskan tangannya dari pegangan Jaka, namun sama sekali tidak membuahkan hasil. Kali ini Jaka benar-benar tidak akan membiarkan Ayesha kabur lagi.

Berulang kali Ayesha meminta tolong kepada pengendara yang berlalu lalang, namun hasilnya nihil. Inilah Jakarta, jarang ada orang yang mau membantu. Ayesha sampai kebingungan sekaligus takut jika sampai Jaka berhasil menangkapnya, lalu berbuat senonoh kepadanya.

"Lepas, Om!" Ayesha masih terus berusaha keras agar Jaka tidak lagi menariknya. Namun Jaka sama sekali tidak peduli.

"Kali ini kamu nggak bakal bisa lolos, om udah nggak sabar pengen nikmatin badan kamu." Jaka terus menarik tangan Ayesha. Bahkan ia tidak membiarkan Ayesha melawan sama sekali.

Sebuah motor ninja berhenti tepat di dekat Ayesha. Motor yang sangat dikenali oleh Ayesha bahwa pemiliknya adalah Alfariel.

Benar saja, saat membuka helm fullface yang dikenakannya, terlihatlah dengan sangat jelas wajah marah Alfariel di sana. Dengan cepat Alfariel turun dari motornya dan langsung memberikan bogeman khas untuk Jaka.

Bugh!

Jaka oleng, ia tersungkur ke bawah setelah menerima serangan dari Alfariel yang tepat mengenai sudut bibirnya hingga mengeluarkan darah segar.

"Om bener-bener minta dimasukin penjara?" Alfariel menaikkan dagunya. "Kalau emang itu yang Om mau, saya lapor polisi sekarang juga."

Tanpa berkata-kata, Jaka langsung berlari meninggalkan Ayesha dan Alfariel yang masih berdiri pada pijakan masing-masing. Sebelumya Jaka sempat mendecak kesal, karena kehadiran Alfariel. Entah mengapa pria itu harus hadir disaat ia hampir mendapatkan Ayesha.

RUMITWhere stories live. Discover now