05

53 194 52
                                    

Hari ini terasa cukup melelahkan. Beres-beres barang lalu membawanya ke tempat baru ternyata tidak semudah itu. Belum lagi nanti Ayesha musti membereskannya ulang, menata segala perkakasnya di kontrakan yang baru saja ia dapatkan.

"Dengan terpaksa gue ucapin makasih sama lo karena udah bantuin gue hari ini. Mulai dari bawa gue ke apartemen lo dan ngobatin luka-luka gue, anterin gue pulang ke rumah dan nyelamatin gue dari bokap tiri gue, bahkan sampai sekarang lo anterin gue ke kontrakan baru yang sangat nyaman dan murah ini." Ayesha berujar panjang lebar, mengucapkan terimakasih atas bantuan Alfariel hari ini.

Bahkan sampai malam begini, Alfariel masih belum pulang juga. Mereka baru sampai di kontrakan baru Ayesha dan menurunkan barang-barang Ayesha dari mobil milik Alfariel.

"Sama-sama, princess. Udah jadi keharusan gue untuk bantuin calon istri gue." Alfariel mendesis pelan, lalu tersenyum lebar.

"Stop panggil gue princess, dan stop juga ngehalu kalau gue bakal jadi istri lo." Ayesha mendengkus ucapan Alfariel barusan. Ia sama sekali tidak pernah berfikir untuk menjadi pacar apalagi menikah dengan Alfariel.

"Terserah gue dong, mau manggil lo apaan." Alfariel menjulurkan lidahnya ke arah Ayesha, lalu tertawa kecil.

"Bodo amat lah, terserah lo." Ayesha menggeleng-gelengkan kepalanya frustasi. "Eh, By the way, lo dari pagi sampai malem gini sama gue, emang lo nggak masuk kerja?"

"Kan tanggal merah, pinter." Alfariel menyentil jidat Ayesha menggunakan jarinya. "Jadi gue nggak kerja. Kalaupun hari ini gue masuk kerja, gue bakal cuti sehari buat lo."

"Oh iya, gue lupa." Ayesha nyengir kuda. "Yaudah lo sana pulang, gue mau istirahat."

Alfariel mendengus, "Nggak nyuruh gue masuk dulu?"

"Nggak, udah malem. Nggak enak diliat tetangga." Ayesha menjawab ketus. "Lagian gue ogah kontrakan baru gue dimasukin sama cowok sinting kayak lo."

Alfariel menatap Ayesha sembari tersenyum tipis. Gadisnya ini memang sangat berbeda. Alfariel benar-benar sangat mengagumi Ayesha dari segala sisi. Wajahnya cantik, hatinya juga baik. Alfariel pasti akan sangat beruntung jika ia berhasil meluluhkan hati Ayesha dan menjadikan hatinya sebagai labuhan terakhir untuk gadis itu.

"Lo nggak mau gue bantuin beres-beres dulu?" Alfariel menawarkan jasa tenaganya, namun langsung ditolak oleh Ayesha.

"Gue bisa sendiri, Alfa..."

"Yaudah deh, gue pulang. Lo istirahat ya? Besok sekolah gue jemput." Alfariel berbalik badan hendak meninggalkan Ayesha.

"Nggak perlu, gue sendiri aja." Ayesha lagi dan lagi menjawab ketus. "Ngabisin waktu seharian sama lo bener-bener buat gue eneg."

Alfariel terkekeh melihat wajah Ayesha yang sangat menggemaskan menurutnya.

"Gue pulang, i love you princess." Alfariel berjalan mendekati mobilnya, hendak masuk ke dalam sana setelah ia mengucapkan cintanya kepada Ayesha.

"Fuck you, prince!" Ayesha membalasnya dengan mengacungkan jari tengahnya. Bodo amat Alfariel akan sakit hati dengan ucapannya atau tidak.

Faktanya Alfariel tidak peduli. Yang ia tau, ia ingin memiliki Ayesha sepenuhnya. Ia yakin pasti bisa.

***

Malam ini Ayesha menerima gaji pertamanya setelah genap sebulan ia bekerja di cafe Gilang. Sejumlah uang yang akan sangat berguna untuknya. Membayar utangnya kepada Alfariel, dan juga membayar uang sewa kontrakan untuk bulan selanjutnya. Sisanya nanti bisa ia gunakan untuk keperluan sehari-hari.

RUMITDonde viven las historias. Descúbrelo ahora