04

45 257 0
                                    

Ketika sadar, Ayesha merasakan denyutan yang sangat keras di bagian kepalanya. Kepalanya benar-benar terasa berat. Bahkan untuk menoleh saja ia tidak mampu karena nyerinya semakin bertambah.

Melihat sekeliling, Ayesha tidak mengetahui dimana keberadaannya sekarang. Ruangan luas bernuansa krim yang sama sekali tidak pernah dilihat olehnya. Dipenuhi dengan barang-barang mewah yang benar-benar sangat jarang disaksikan secara langsung oleh mata indah milik Ayesha.

Ayesha berusaha bangkit dari baringannya. Namun kepalanya terasa sangat sakit, benar-benar sangat menyiksa. Namun meskipun begitu, ia tetap memaksakan diri untuk duduk. Penasaran dimana ia berada sekarang.

"Lo tiduran aja, nggak usah bangun."

Ayesha menoleh, kedua matanya membulat sempurna ketika melihat Alfariel yang keluar dari pantry. Pria itu membawakan secangkir teh hangat, lalu menyimpannya di atas nakas, tepat di samping king springbed yang digunakan oleh Ayesha saat ini.

"Kok lo bisa ada di sini?" Ayesha menatap Alfariel penuh kekesalan.

"Jelas gue ada di sini, kan ini apartemen gue, Shasa." Alfariel menaikkan kedua alisnya, lalu menempati sebuah sofa yang berhadapan langsung dengan ranjang.

"Apartemen lo?" Ayesha masih bingung dengan apa yang terjadi. Otaknya belum mampu mencerna dan mengingat kejadian terakhir sebelum ia pingsan. "Kok gue bisa ada di sini?"

"Lo lupa, semalam lo lompat ke tengah jalan trus gue tabrak?" Alfariel mencoba mengingatkan Ayesha tentang kejadian semalam. "Lo sengaja ya, nabrakin diri?"

Ah, Ayesha baru mengingatnya. Semalam ia berlari dan terpaksa menabrakkan diri untuk menghindar dari Jaka, Ayah tirinya. Ayesha benar-benar tidak menduga jika mobil yang semalam menabraknya ternyata pemiliknya adalah Alfariel.

"Iya, gue baru inget." Ayesha menghembuskan nafas berat.

"Lo ngapain nabrakin diri semalam?" Alfariel menaikkan dagunya ke arah Ayesha. "Itu kan ngebahayain lo, princess. Ntar kalau lo kenapa-napa, gue gimana dong?"

Ayesha menoleh, heran dengan perkataan Alfariel barusan. Jelas ia dan Alfariel tidak ada hubungannya sama sekali. Kalaupun ia mati, itu tidak akan menjadi masalah atau berurusan dengan pria itu. Dasar aneh.

"Gimana apaan? Emang lo siapa gue?" Ayesha mengedikkan bahunya bodo amat, terlihat gadis itu pun memutar bola matanya jengah.

"Calon suami lo." Alfariel menjawab santai. Seakan ia benar-benar akan menikah dengan Ayesha suatu hari nanti.

"Nggak usah mimpi." Ayesha melirik sinis ke arah pria jangkung itu.

"Lo ngapain sih, bunuh diri semalam? Udah bosen hidup?" tanya Alfariel penuh rasa heran. "Kan ada gue, Shasa. Gue yang bakal buat hidup lo lebih berwarna."

Ayesha membuang nafas kesal. Alfariel memang tidak pernah bosan menggodanya, "Nggak usah ngelantur." Ayesha menjawab ketus. "Lagian siapa juga yang bunuh diri? Gue justru berusaha nyelamatin diri gue sendiri."

Alfariel menautkan kedua alisnya, "Nyelamatin diri dengan cara lompat ke mobil dengan tujuan biar ketabrak? Itu nyelamatin diri? Yang ada itu mendekatkan diri sama yang maha kuasa, princess."

"Lo kalau nggak tau apa-apa mending diem, deh. Sok tau banget," decak Ayesha kesal.

"Gue serius nanya, Sha. Lo kenapa semalam? Nggak mungkin tanpa alasan lo lompat ke tengah jalan kayak semalam." Alfariel mulai memperlihatkan raut wajah keseriusannya.

"Gue dikejer bokap tiri." Ayesha menjawab singkat. "Hampir aja gue dilecehin, semalam."

Jawaban Ayesha sukses membuat Alfariel kaget. Laki-laki dengan postur tubuh tinggi itu langsung melangkah mendekati Ayesha.

RUMITWhere stories live. Discover now