21

10 107 61
                                    

"Saya nggak suka kamu ada di sini."

Seuntai kalimat singkat yang terlontar langsung dari mulut Elsa, berhasil membuat dada Ayesha terasa seperti tersentak. Ada sesuatu tak terlihat yang sedang mencabik-cabik hatinya saat ini. Meskipun Ayesha sudah tau bagaimana tanggapan Elsa dengan kehadirannya, namun tetap saja rasanya sakit. Harusnya memang Ayesha tidak perlu mendengarkan omongan Alfariel untuk masuk ke dalam, dan menuruti saja apa yang dikatakan ibunya agar tetap di rumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

"Kamu nggak dengar, apa yang saya bilang?" Elsa menegur Ayesha kembali yang sedari tadi belum memberikan respon apapun.

Ayesha yang tadinya menarik-narik ujung bajunya senbari menunduk karena merasa takut, kini menoleh ke arah Elsa.

"Saya dengar, Tante." Ayesha mendesis pelan, penuh dengan rasa sakit yang menjalar.

"Jangan karena kamu partner kerjanya Alfa, kamu pikir saya bisa dengan senang hati nerima kamu di rumah saya." Elsa menatap Ayesha dengan sinis. Penuh kebencian, "Kamu tau kan, kalau kamu nggak sebanding dengan Alfa?"

Ayesha menganggukkan kepalanya dua kali, lalu kembali menunduk. Ah, andai ia bisa, ingin rasanya ia menghilang saja dari pijakannya yang sekarang. Ia sadar kalau ia benar-benar salah menuruti keinginan Alfariel untuk ikut dengannya ke rumah. Tapi sekarang sudah terlambat, nasi sudah menjadi bubur.

"Kalau kamu tau kamu nggak sebanding dengan anak saya, harusnya kamu punya kesadaran untuk nggak perlu datang ke rumah saya." Elsa melanjutkan, bahkan tak terlihat raut wajah kasihan darinya. Semua perkataan Elsa diucapkan tanpa difilter sedikit pun, tidak peduli jika itu akan menyakiti hati Ayesha atau tidak. "Bahkan kaki sama tangan kamu terlalu kotor dan nggak layak sama sekali untuk menyentuh apapun yang ada di rumah ini."

"Maaf, Tante." Ayesha lagi dan lagi hanya dapat menggumam pelan. Ia tidak tau akan seperti apa marahnya sang ayah kalau sampai tau bagaimana ia diperlakukan oleh Elsa.

"Kamu mau dekatin Alfa karena mau harta keluarga saya, kan? Karena kamu tau Alfa anak kesayangan papanya, kan?" tanya Elsa, lebih tepatnya Elsa memberikan pernyataan yang mengarah pada penuduhan dengan embel-embel sebuah pertanyaan.

"Maaf, Tante. Tapi sedikit pun saya nggak pernah punya pikiran untuk ambil harta-harta keluarga Tante, apalagi manfaatin Alfa. Saya juga nggak deketin Alfa, Tan. Saya cuma teman sekolah sama teman kerjanya Alfa aja, nggak lebih dari itu. Saya juga sadar dengan posisi saya, Tan." Ayesha mencoba memberi pembelaan atas dirinya sendiri, karena memang apa yang dituduhkan oleh Elsa, sama sekali tidak pernah muncul di benaknya.

"Saya bisa tebak jawaban kamu. Ya kalau kamu jujur, bilang yang sebenarnya, kamu nggak akan dapetin apa yang kamu mau." Elsa berkacak pinggang, lalu membuang muka sejenak, "Saya mau kamu berhenti bekerja sama dengan Alfa untuk mengembangkan usaha kalian. Dan saya juga nggak mau kamu nerima tawaran suami saya untuk ngasi modal untuk usaha kalian."

Ayesha hanya diam saja mendengarkan ucapan Elsa. Untuk tidak menerima tawaran Gior, Ayesha bisa saja melakukannya, namun untuk berhenti berbisnis dengan Alfariel, ia tidak mungkin melakukannya sekarang. Terlebih lagi mereka baru saja membeli ruko untuk mereka berjualan tetap. Mana bisa ia mengakhiri kerja sama ini begitu saja.

"Saya tau itu tujuan kamu datang ke sini. Karena kamu tau suami saya suka dengan pebisnis, terus kamu cari muka di hadapan suami saya." Elsa kembali memberikan penuduhan yang bahkan Ayesha sendiri tidak pernah memikirkannya. Ia sama sekali tidak tau kalau Gior menyukai jika anaknya memulai bisnis dari nol, dan ia juga tidak tau tentang Gior yang menyukai seorang pebisnis. Bertemu dengan Gior juga baru hari ini, perdana di rumah Gior sendiri. "Kamu bakal terima akibatnya kalau kamu nggak mau mendengarkan apa yang saya katakan."

RUMITWhere stories live. Discover now