14

15 174 90
                                    

Ayesha menyeka keringat yang mengalir membasahi pelipisnya. Cukup melelahkan, sebenarnya, saat ia harus mondar-mandir mengantarkan pesanan pelayan di cafe Gilang. Semakin hari cafe Gilang semakin maju, ada banyak pengunjung yang datang untuk mencoba menikmati menu di cafe tersebut. Bahkan Gilang sudah menambah beberapa fasilitas pendukung serta mendekor beberapa bagian cafe agar terlihat lebih menarik. Dan faktanya, itu semua sukses membuat pelanggan cafenya bertambah banyak dalam waktu singkat.

"Meja nomor 06!"

Ayesha yang saat itu tengah berdiri bersandar dengan dinding, terperanjat kaget dengan teriakan rekan kerjanya. Dengan cepat Ayesha langsung mengambil makanan yang akan diantarkan untuk meja nomor 06 itu.

"Perlu gue bantu nggak, ncess?" Alfariel menawarkan diri saat mereka berpas-pasan di pintu dapur.

"Di dalam masih banyak pesanan yang perlu dianter." setelah mengutarakan penolakan secara tidak langsung itu, Ayesha segera bergegas mengantarkan pesanan pelanggannya.

Dari jauh, Ayesha dapat melihat dengan jelas seorang perempuan tengah duduk sembari memainkan ponselnya di meja nomer 06, dimana makanan yang ia bawakan sekarang adalah pesanan wanita tersebut.

Setelah menghembuskan nafas panjang, Ayesha langsung bergegas menghampirinya.

"Silahkan dinikmati." Ayesha menata rapi piring dan gelas tersebut di atas meja, selanjutnya Ayesha langsung memeluk nampan dan hendak bergegas kembali ke dapur.

Saat Ayesha akan beranjak pergi, ucapan sang wanita justru menghalangi niatnya.

"Gue kira lo udah mati."

Ucapan tersebut membuat Ayesha langsung memutar tubuhnya dan berhadapan langsung dengan Raquel, ya, mantan pacar Alfariel yang mendadak sering mengganggunya dan menganggapnya telah merebut Alfariel.

"Maksud lo?" Ayesha menatap Raquel datar.

Raquel tersenyum lebar lalu melemparkan pandangannya ke arah lain sejenak, sebelum ia kembali memperhatikan Ayesha, "Kasian banget ya, lo? Tiap hari kerja beginian, udah bau, kucel lagi." Raquel mengibas-ibaskan tangannya dan menatap Ayesha rendah. Seolah-olah Ayesha terlihat sangat menjijikkan.

Ayesha tersenyum tipis, lalu menghembuskan nafasnya perlahan, "Tapi gue lebih kasian sama lo. Dari sekian banyaknya kegiatan positif yang bisa lo lakuin, lo justru milih untuk ikut campur urusan gue. Sepenting itu ya, gue buat lo?"

Senyum Raquel yang tadinya mengembang, kini berubah menjadi datar. Ayesha memang tidak pernah gagal membalasnya telak.

"Jaga omongan lo, miskin! Nggak pantes banget lo ngomong gitu sama orang kaya kayak gue, nggak sebanding." Raquel menyentak kesal.

Ayesha terkekeh pelan, ia tau Raquel pasti sangat kesal mendengar sindirannya. Masa bodo dengan itu semua, Ayesha juga tidak bisa membiarkan harga dirinya terus-terusan direndahkan oleh Raquel.

"Meskipun gue miskin, seenggaknya harga diri gue mahal." Ayesha menjawab lagi. "Dan lo juga nggak pantes ngerendahin gue, karena gue nggak lebih rendah dari lo."

Kali ini Raquel benar-benar sangat marah. Ingin rasanya ia menjambak-jambak rambut Ayesha, membogem wajahnya dan menyumpal mulutnya agar tidak terus-terusan melawannya. Namun Raquel tidak bisa melakukan itu. Ralat, Raquel belum bisa melakukan itu.

"Lo-"

"Raquel?"

Ucapan Raquel terhenti saat tiba-tiba saja Alfariel datang dan langsung menengahi pertengkaran mereka. Alfariel menatap Raquel tajam, ternyata wanita itu masih belum puas mengganggu Ayesha.

RUMITWhere stories live. Discover now