30

19 24 9
                                    

Duduk di kursi yang berada tepat di samping pintu kelas, Ayesha tampak mengayun-ayunkan kakinya yang menggantung, sambil mulutnya yang terus menyeruput minuman botol menggunakan sedotan. Sekarang sudah jam istirahat, dan Ayesha memilih untuk duduk sebentar di depan kelas sebelum ke perpustakaan nanti. Ya, Ayesha tidak berniat untuk ke kantin hari ini, kondisi perutnya pun sedang tidak lapar.

"Nggak ke kantin, Sha?"

Ayesha menoleh ke kanan, didapati olehnya Mirza yang berdiri di bibir pintu kelas. Lalu Ayesha menggeleng.

"Gue mau ke perpus."

"Belajar mulu lo, nggak capek?" Mirza bergerak menduduki bangku yang sama dengan Ayesha. Tepat di sebelah kanan gadis itu.

"Gue nggak mau nilai gue ada yang turun setiap semester. Kalau nilai gue selalu naik, gue bakal gampang lolos jalur SNMPTN ntar pas daftar kuliah." Ayesha menjelaskan. "Kan lo tau sendiri, beasiswa dari sekolah bakal dikasih ke tiga orang siswa doang yang juara umum. Itu pun kalau berhasil lolos jalur pertama."

Mirza dapat melihat keseriusan dari gadis itu. Ayesha sangat berharap ia bisa mendapatkan beasiswa penuh untuk ia kuliah kelak. Setidaknya ia hanya perlu memikirkan biaya hidupnya saja, tanpa perlu memikirkan uang untuk bayar uang kuliah semester.

"Gue dukung lo." Mirza tersenyum, yang langsung dibalas oleh Ayesha dengan senyuman pula. "Yaudah, gue ke kantin ya? Lo nggak ikut, kan?"

Ayesha menggeleng, lantas Mirza pergi meninggalkan Ayesha yang masih duduk di sana. Tidak lama setelahnya, Ayesha memutuskan untuk segera menuju ke perpustakaan. Ia akan menghabiskan jam istirahatnya di sana.

Bug!

Saat berbelok koridor, Ayesha dengan tidak sengaja menabrak dada bidang seorang laki-laki yang menggunakan almamater UM.

"Sorry, Kak." Ayesha cepat-cepat membungkukkan badannya sebagai bentuk permintaan maaf, bahkan sebelum sempat melihat wajah orang yang ditabrak olehnya.

"Yesha? Lo sekolah di sini?"

Dahi Ayesha mengernyit, buru-buru ia menoleh, lalu mendapati wajah tampan yang dimiliki oleh Mondy. Ya, teman SMP yang mengaku menyukainya dulu, bahkan hingga sekarang.

Sudah dua hari yang lalu sejak terakhir kali mereka bertemu di Healthy cafetaria, dan ternyata mereka kembali bertemu hari ini, di sekolah Ayesha. Ayesha sempat kaget melihat kehadiran pria itu di sekolahnya.

"Mondy?" Ayesha mendesis pelan. Panggilan 'Kak' yang tadi ia gunakan, kini ia batalkan dengan hanya menyebutkan nama Mondy saja. Karena kedekatan mereka saat SMP, Mondy dulu melarang Ayesha memanggilnya dengan embel-embel 'Kak'. Mondy bilang, ia merasa kurang akrab jika disapa begitu. "Jadi sosialisasi pengenalan kampus yang lo bilang itu, di sekolah ini?"

Mondy mengangguk dua kali, "Sebenernya ada beberapa sekolah. Gue mulai sosialisasi pengenalan kampus dari kemarin. Dan hari ini emang jadwalnya di sekolah ini. Ternyata justru ketemu sama lo di sini."

"Keren banget lo, bisa mewakili kampus untuk ke sekolah-sekolah elit."

"Gue yakin lo bakal ada di posisi gue juga nanti. Lo kan, pinter." Mondy bergerak mendekat ke arah Ayesha, lalu mengelus rambut Ayesha pelan, membuat Ayesha terdiam sejenak.

"Gue harapnya gitu." Ayesha terkekeh pelan, sembari perlahan mundur agar Mondy tidak bisa meraih kepalanya lagi. Ia merasa agak risih karena posisinya juga sedang di sekolah. Apalagi ini sudah jam istirahat. Anak-anak Holten masih berkeliaran di sekitaran lingkungan sekolah.

"Oh iya, Sha. Kemarin gue sempet mampir ke kontrakan lo. Tapi tetangga lo bilang katanya lo udah pindah. Emang bener?"

"Iya, Mond. Gue udah pindah lumayan lama, sih."

RUMITWhere stories live. Discover now