27

12.2K 646 42
                                    

"Aku janji.. aku akan nurutin semua permintaan kamu."

-Reihan-

---

Keira tersenyum kecut melihat kepergian Reihan dari rumahnya. Dia memang sedari tadi memperhatikan Reihan dari kamarnya ini.

"Temuin Reihan, Kei. Gimanapun juga dia harus menjelaskan semuanya terlebih dahulu. Lo gak boleh pergi gini aja tanpa denger penjelasan dia." Tutur Claudia. Claudia berjalan menuju arah kasir Keira dan duduk di kasir tersebut.

"Gue dah bosen denger penjelasan dia, Clau. Ujung-ujungnya gue juga yang harus ngalah." Keira tidak menatap Claudia. Dia masih tetap melihat kearah luar jendelanya.

"Bukankah didalam pernikahan harus seperti itu? Harus ada yang mengalah Kei.. "

"Lo gak ngerti Claudia. Karena lo  belum  nikah."

Claudia diam mendengar perkataan Keira. Dia memang belum menikah tapi konflik rumah tangga Keira dan Reihan mampu membuatnya mengerti tentang hubungan pernikahan.

"Yaudah lah terserah lo aja. Gue berharap yang terbaik aja." Putus Claudia. Dia menghela panas panjang dan menidurkan dirinya diatas kasur.
Claudia masih tetap memperhatikan gerak-gerik Keira.

"Kei duduk sini. Nanti lo kecapean." Ajak Claudia. Tetapi Keira masih diam tidak bergeming.

Claudia yang melihat itu langsung berdiri dan berjalan menuju Keira. Ia memegang tangan Keira lembut. Tetapi ketika melihat raut wajah Keira yang sedang memegang perutnya dengan sedikit kesakitan, Claudia langsung panik melihat itu.

"Kei.. Lo kenapa? Kei.. Tarik napas.. Buang. Tarik napas lagi.. Buang. Ayok kita duduk dulu." Claudia membawa Keira duduk di kasur.

"Lo harus tetap bernapas ya.. Gue panggil orang tua lo dulu." Claudia segera berlari menuju luar.

Keira mengelus perutnya. Rasa sakit terus ia rasakan. Saat ini Keira sangat membutuhkan Reihan di sampingnya. Tetapi sepertinya Reihan tidak akan berada di samping nya.

---

"Namanya siapa?" Tanya Mama Keira. Mama Keira mengendong cucunya dengan sangat bahagia.

"Rangga Ma.." Balas Keira. Ia tersenyum melihat anaknya yang sangat sehat itu.

Claudia juga sangat bahagia  mendapatkan keponakan yang sangat lucu. Claudia berjalan mendekati Keira. Ia duduk di bangku sebelah kasur Keira.

"Kei.. Lo gak ngasih tau Reihan?" Tanya Claudia. Ia tau Keira sangat kesal kepada Reihan. Tapi bagaimana pun, Reihan harus mengetahui jika anaknya sudah lahir.

Keira yang mendengar pertanyaan Claudia langsung menggelengkan kepalanya. Ia menghela napas panjang. Keira menoleh ke arah kedua orangtuanya yang sedang menggendong anaknya.

"Jangan bahas itu dulu ya, Clau. Gue pasti nanti kasih tau dia." Balas Keira.

Claudia yang mendengar itu hanya bisa diam. Dia berdiri dari duduknya dan berjalan menuju jendela yang menampakkan jalanan kota. Claudia membuka handphone nya. Ia mengirim foto Rangga kepada Reihan.

Foto bayi kecil berpipi merah itu tampak sangat menggemaskan.

Selamat.. Rangga dah lahir.

Tulis Claudia di pesan tersebut. Setelah itu, Claudia kembali menyimpan handphone nya. Ia mengembalikkan badannya dan melihat Keira yang sedang duduk di kasur rumah sakit dan menggendong Rangga. Claudia memang membuat keputusan yang sangat tepat.

Keira mencium pipi Rangga dengan lembut. Ia menatap kedua orang tuanya yang terlihat sangat bahagia itu.

"Ma.. Keira mau pulang aja. Keira udah bosan di sini." Ucap Keira kepada kedua mamanya.

"Kamu kan baru melahirkan semalam, Kei. Lusa aja ya kita pulang." Balas mama Keira. Keira menggelengkan kepalanya. Ia tetap ingin sekarang pulang ke rumah. 

"Yaudah kalau gitu. Biar mama urus kepulangan kamu." Putus mama Keira. Ia pun keluar dari ruangan tersebut diikuti oleh papa Keira. Tinggal Claudia, Keira dan Rangga yang berada di dalam ruangan tersebut.

"Lo udah ngasih tau Reihan kan, kalau Rangga dah lahir?" Tanya Keira kepada Claudia. Claudia yang mendengar pertanyaan itu langsung menelan ludahnya susah payah. Ia menatap Keira dengan gugup.

"Gu.. gue.. gue gak bermaksud unt--"

"Gue udah bilang kan? Jangan ikut campur urusan gue, Clau.. Ini cara gue untuk ngadapin masalah gue. Lo harusnya nanyak dulu ke gue." Ucap Keira. Ia menatap Claudia tajam.

"Kei.. lo gak boleh egois gini. Reihan juga harus lihat anaknya." Balas Claudia. Ia berjalan mendekati kasur Keira. 

"Iya gue egois. Gue mau lihat gimana kehidupan dia tanpa gue dan Rangga. Gue harap kedepannya lo bertanya dulu sama gue."  Putus Keira. Ia kembali menatap Rangga dengan sayang. Claudia hanya bisa diam. Dia tidak berani untuk melanjutkan berdebat dengan Keira.

---

Claudia kembali menghubungi Reihan. Ia berkata jika Keira dan rangga sudah kembali ke rumahnya. Claudia juga meminta maaf karena tidak bisa menghalangi Keira. 

Reihan hanya bisa diam. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Jika sudah berada di rumah, Keira pasti tidak ingin bertemu dengan dirinya. Dan benar saja. Ia sudah berada di depan rumah Keira dari dua jam yang lalu. Dan seperti perkiraannya, Keira tidak ingin bertemu dengan dirinya.

Keira menatap handphonenya yang sedari tadi berdering. Reihan sedari tadi mencoba untuk menghubungi dirinya. Keira menghela napas panjang. Ia mengambil handphonenya. Dan detik berikutnya ia menjawab panggilan Reihan.

"Kei? Kei tolong jangan putuskan panggilannya. Aku mohon sama kamu.. aku ingin melihat anak kita. Kei.. kasih aku kesempatan lagi.." Ucap Reihan. Suara Reihan yang terdengar sangat prustasi itu sempat ingin membuat Keira goyah.

Tetapi Keira mencoba untuk tidak terpengaruh oleh Reihan. Ia tidak berbicara sepatah kata pun. Keira hanya diam mendengar perkataan Reihan.

"Kamu gak mau bicara sama aku, Kei? It's ok.. aku ngerti. Kamu anggkat panggilan ini aja aku dah senang. Kei.. Aku akan jelasin semuanya sama kamu. Aku bersumpah aku gak pernah melakukan hal-hal aneh sama Riska. Dia udah aku anggap adik aku, Kei. Aku gak mungkin hamilin dia. Ku mohon.. kembali lah Kei. Rangga butuh kita. "

Keira meneteskan air matanya mendengar ucapan Reihan. Ia mencoba untuk tidak mengeluarkan isakan tangisnya.

"Aku janji.. aku akan nurutin semua permintaan kamu. Kalau kamu mau kita pindah dari kota ini, atau dari negeri ini, akan aku turuti. Kei.. aku butuh kamu. Aku butuh Rangga. Kembali sama ku, Kei.."

OEK..OEK..OEK..

Suara tangisan Rangga mengalihkan pikiran Keira. Tidak tau kenapa, Rangga yang tadinya sangat lelap tertidur sekarang malah menangis dengan sangat kencang.

"Kei.. itu Rangga? Rangga tau papanya nelpon. Bahkan dengar suaranya aja aku udah senang Kei. Sepertinya dia juga ingin bertemu deng--"

tutt tutt..

Keira langsung memutuskan panggilan Reihan. Ia tidak sanggup lagi menahan tangisannya. Ia tau ia sangat jahat sekarang. Tapi semua keputusan yang ia buat sudah tepat. Rangga nanti akan mulai terbiasa tanpa sosok ayah dalam hidupnya.

---

Hei yooo! Aim kambek egen!!

Gimana part kali ini ges? Menurut kelen Apakah yang dilakukan Keira pantas atau udah keterlaluan?

Sori agak lama updatenya.. Lagi gak nemu mood yang pas aing mah.. Heheh harap dimaklumi ya guys. InsyaAllah Just  me akan tamat bulan ini. Heheh..

Jangan lupa untuk kasih bintang, komentar dan juga tambahin Just Me ke Reading list kalian ya!!

Love u all!

Medan, 2 Juli 2021

Just Me? [Sequel Me Or Your bestfriend]  {END}Where stories live. Discover now