Animism//0.1.

624 87 4
                                    

-Hansell-

        "Zayn?" Aku pun menghampiri Zayn yang tengah melambaikan tangannya kearahku. Zayn adalah satu-satunya orang yang mau berteman denganku. Walaupun, semua orang sudah berusaha untuk menjauhkan Zayn dariku tetapi, tetap saja Zayn selalu berpihak padaku.        

        "Mereka menggejekmu lagi, ya?" Tebak Zayn saat melihat raut kesedihan pada kedua bola mataku. Sebenarnya, aku sendiri tidak mengerti darimana Zayn dapat mengetahui isi hatiku hanya melalui kedua bola mataku ini.

        Mungkin, ia ditakdirkan sebagai pembaca pikiran? atau seorang peramal masa depan?

        "Kau percaya padaku, bukan?" Tanyaku pada Zayn walaupun, aku sudah sangat yakin bahwa ia selalu mempercayai setiap kata yang keluar dari mulutku.

        "Tentu saja aku mempercayaimu, Han. Tetapi, kau saja yang tidak pernah mau percaya padaku." Celetuk Zayn sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

        "Hey, aku percaya padamu." Protes-ku. Terkadang, Zayn dapat berubah menjadi seseorang yang sangat menyebalkan dan, aku benci itu.

        "Kalau begitu, apa kau percaya bahwa aku adalah orang tertampan yang pernah kau temui, hmm?" Tanya Zayn sambil mengangkat alis kanannya naik.

        "Tidak." Aku cepat-cepat menggelengkan kepalaku. Zayn pun mendengus kesal mendengar jawabanku.

        "Itu namanya kau tidak mempercayaiku, Hansell." Ucap Zayn sambil merengut.

        "Aku hanya mempercayai fakta, Zayn. Bukan mitos seperti itu." Ucapku sambil terkekeh. Zayn pun tertawa tetapi, tertawa hambar.

        "Setidaknya masih banyak orang-orang diluar sana yang memujiku."  Zayn benar-benar tak mau kalah. Aku memutar kedua bola mataku mendengar ucapan Zayn. Lagipula, sama sekali tak ada gunanya terus-menerus berdebat dengan Zayn. Karena, perdebatan ini tidak akan pernah berakhir sampai kapan pun.

        "Zayn!" Zayn pun menoleh kearah sumber suara yang menyerukan namanya. Ya, itu adalah Harry, kapten basket disekolahku. Salah satu sahabat Zayn tetapi, bukan sahabatku. Walaupun begitu, setidaknya Harry tidak pernah menggejekku.

        "Kurasa aku tidak bisa mengantarmu ke kelas, Hansell." Ucap Zayn sambil memasukkan kedua tangannya kedalam kantung celanannya.

        "Tidak masalah, lagipula aku sudah terbiasa dengan semua cibiran itu, Z." Zayn pun tersenyum mendengarnya.

        "Kalau begitu, sampai jumpa Hansell." Zayn pun segera menghampiri Harry yang tengah menunggunya.

        Kurasa, para gadis menyebalkan itu akan kembali menggejekku. Ditambah lagi tidak ada Zayn yang biasanya selalu menemaniku. Yeah, Zayn bagaikan seorang penyelamat untukku.

A/n : Maaf ini gak jelas dan pendek, hehe.
        Vomments!

        

Animism//z.mWhere stories live. Discover now