Animism//0.9.

396 62 3
                                    

-Hansell-

"Hansell." Dapat kurasakan seseorang menguncang-guncang tubuhku, membuatku membuka kedua kelopak mataku perlahan.

"Uh, ini masih pagi, Z." Keluhku sambil merengangkan otot-otot tanganku.

"Maaf, tetapi ada yang bertamu diluar sana." Ucap Zayn sambil mengarahkan telunjuknya kepada pintu rumah. Ya, Zayn memang sengaja menetap dirumahku selama beberapa saat. Ia mengatakan bahwa, ia bertugas untuk menjagaku disaat Granny sudah tiada. Padahal, aku bisa menjaga diriku baik-baik.

Tetapi, tidak apa. Itu membuatku merasa senang karena bisa lebih lama berada didekatnya.

Aku pun menyeret kedua kakiku kearah pintu rumah. Siapa yang bertamu sepagi ini? benar-benar tidak tahu waktu.

"Selamat pagi, Ms.Wacktuards." Sapa dua orang lelaki dengan tuxedo hitam keabuan yang mereka kenakan.

"Maaf, kalian siapa?" Tanyaku tanpa berbasa-basi. Lagipula, untuk apa aku berbasa-basi kepada orang yang sudah menganggu waktu tidurku?

"Anda harus segera meninggalkan rumah ini, dan menetap bersama Tn.Amberg bersama keluarganya di New York." Jelas salah satu lelaki yang memiliki rambut brunette.

Aku pun kembali teringat dengan percakapan melalui telepon-ku kemarin mengenai hal serupa.

"Siapa itu Tn.Amberg?" Tanyaku pada kedua lelaki dihadapanku.

"Astaga, kau tidak mengenalnya?" Pekik lelaki yang satunya. Aku tidak tahu persis seperti apa ekspresi orang itu karena, wajahnya tertutupi oleh sebuah kacamata hitam.

"Josh, jaga ucapanmu." Ucap lelaki berambut brunette sambil menyikut lengan lelaki berkacamata hitam itu.

"M--maaf, Ms. Wacktuards. Tn.Amberg adalah Ayah kandungmu."

DEG.

"Apa kau baik-baik saja, Ms.Wacktuards?" Aku menggelengkan kepalaku, cepat-cepat bergegas masuk kedalam rumah. Namun, semua itu terlambat karena, kedua lelaki itu menahan lenganku.

Aku terus berusaha untuk melepaskan cengkeraman mereka. Namun, aku hanya seorang gadis lemah yang tak memiliki kekuatan besar untuk melawan dua orang lelaki seperti mereka.

"Kumohon, lepaskan." Sayangnya, mereka tak memperdulikanku.

"Hey, apa yang terjadi?" Tanya Zayn yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah. Ck, dasar pahlawan kesiangan.

"Z, tolong aku!" Bukannya membantu, Zayn hanya memberikan tatapan datarnya kepada kedua lelaki itu.

"Zayn, kau ini bagaimana?" Protesku kesal. Tetapi, Zayn malah menundukan kepalanya lemah. Ada apa dengannya?

"Mungkin, ini sudah saatnya kita untuk berpisah, Hans." Hey, apa maksud dari perkataannya barusan?

"A--apa maksudmu, Z? kenapa kau mengatakan bahwa, kita akan berpisah?" Tanyaku tak mengerti. Kenapa tiba-tiba saja ia berkata seperti itu?

"Ayahmu sudah menjemputmu. Lagipula, kau akan hidup jauh lebih baik di New York." Aku tersentak mendengarnya. Jadi, selama ini Zayn sudah mengetahuinya?

"Kenapa kau tak pernah memberitahuku, Zayn? kenapa?" Aku menatap Zayn dengan penuh rasa kesal. Sementara itu, Zayn hanya memberikan senyuman manisnya.

"Aku berjanji, suatu saat nanti kita pasti bisa kembali bertemu. I promise." Zayn pun menarikku kedalam dekapan hangatnya. Membuatku menangis sejadi-jadinya di dada bidang milik Zayn.

"Shh, jangan menangis, Hansell." Aku hanya bisa tersenyum pahit sambil menyeka air mataku yang sudah tak dapat terbendung lagi.

"A--aku, aku menyayangimu, Zayn." Ucapku sambil menundukan kepalaku, tanpa berani menatap wajah Zayn secara langsung.

Animism//z.mKde žijí příběhy. Začni objevovat