Animism//1.2.

374 60 6
                                    

-Zayn-

"Hansell, tunggu!" Aku terus berusaha mengejar jejak gadis itu. Akan tetapi, percuma saja. Karena, langkahku terhalangi oleh banyaknya tamu undangan.

Kalau tahu begini, aku tidak perlu repot-repot mengundang tamu-tamu undangan yang kebanyakan dari mereka adalah teman Perrie, kekasihku. Dan, kini gadis itu sudah resmi menjadi istriku.

"Z, kenapa kau tergesa-gesa seperti itu?" Tanya Perrie yang tiba-tiba saja berada disampingku.

"A—aku, aku harus menemui teman lamaku." Aku tidak mengatakan bahwa, Hansell-lah yang akan kutemui.

Karena, bisa-bisa Perrie mengamuk dan melarangku untuk menemuinya.

"Apa dia seorang perempuan?" Lihat saja, pasti ia akan melarangku jika, mengetahui yang sebenarnya.

"Laki-laki. Kalau begitu, aku pergi menemuinya terlebih dahulu." Aku pun segera pamit, meninggalkan Perrie yang masih sibuk menyapa tamu-tamu undangan lain.

Astaga, aku sudah kehilangan jejak Hansell. Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk padanya?

Jujur, aku merasa sangat bersalah padanya. Pertama, aku lupa untuk mengundangnya ke acara pernikahanku. Yang kedua, aku merasa telah mengecewakannya. Karena, setelah hampir 3 tahun kami tidak bertemu, tiba-tiba saja aku sudah bertunangan dan pada akhirnya, aku menikah.

Sebenarnya, pernikahan ini juga kulakukan karena terpaksa.

Yeah, kalian tahu? perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuaku dan Perrie.

Padahal, aku sudah bersikeras untuk tidak menerima perjodohan itu. Akan tetapi orangtuaku terus memaksa.

"Zayn!" Lamunanku pun membuyar, akibat sebuah suara milik Harry.

"Kau sudah menemukan Hansell?" Tanya Harry dengan raut wajah paniknya. Aku hanya bisa menghela napas panjang sambil menggelengkan kepalaku.

"Astaga, aku sangat khawatir padanya." Gumam Harry sambil mengacak-acak rambutnya.

Asal kau tahu, aku merasa jauh lebih khawatir daripada Harry sekalipun. Karena, aku menyayanginya. Ralat, sangat teramat menyayanginya.

Bahkan, aku jauh lebih menyayangi Hansell dibandingkan dengan Perrie.

"Kenapa tiba-tiba ia bisa kabur seperti itu?" Tanya Harry masih dengan wajah paniknya.

Aku hanya mengangkat kedua bahuku naik. Padahal, aku jelas-jelas mengetahui alasan kenapa gadis itu tiba-tiba saja berlari menjauhiku.

Pasti, ia merasa kecewa karena semua ini.

Ya, ia kecewa padaku.

"Harr .." Harry pun menatapku, menunggu kalimat yang akan keluar dari mulutku.

"Kenapa kau bisa bertemu dengan Hansell?" Aku benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi pada gadis itu, setelah hampir 3 tahun kami tidak bertemu.

"Aku bertemu dengan Hansell saat sedang berada di perpustakaan sekolah. Dan, aku sama sekali tidak menyangka jika, gadis itu berada di universitas yang sama denganku." Jelas Harry, membuatku mangut-mangut pertanda mengerti.

"Lalu, kenapa gadis itu bisa berada disini?" Harry yang mendengar pertanyaanku malah mengerutkan keningnya.

"Jadi, kau tidak mengundangnya?" Tanya Harry penuh selidik. Bodoh. Kenapa aku malah melontarkan pertanyaan bodoh?

"Entahlah, Harr. Kau tidak akan pernah mengerti." Aku tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya pada Harry, bukan?

"Zayn, kau mendengarku?" Aku menganggukan kepalaku sambil menghela napas.

"Kau tahu, aku merasa bersalah padanya." Harry pun menepuk-nepuk pundakku, berusaha memberiku semangat.

"Lebih baik, kau segera menemui Hansell secepatnya. Aku yakin, ia tidak mungkin kembali ke L.A. secepat ini." Ucap Harry sambil tersenyum.

"Apa itu artinya ia datang kesini hanya untuk menghadiri pernikahanku?" Tanyaku, Harry pun menganggukan kepalanya.

"Padahal, kau sendiri lupa untuk mengundangnya." Sial, perkataan Harry membuatku semakin merasa bersalah.

Aku sama sekali tidak pernah melupakan Hansell. Hanya saja, aku tahu ia pasti akan sangat kecewa padaku karena, telah memilih Perrie. Huh, entahlah, itu hanya perasaanku saja.

Mungkin, Hansell akan berpikiran lain.

"Lalu, apa yang harus kulakukan sekarang?" Tanyaku sambil mengacak rambutku, kesal.

Bagaimana tidak? aku masih terikat dengan acara terkutuk ini. Tetapi, bagaimana dengan nasib persahabatanku dan Hansell?

Ck, ini semua karena acara bodoh nan terkutuk ini.

"Kau bisa menemuinya besok. Mungkin, malam ini aku yang akan menemui Hansell dan berbicara padanya." Apa? malam ini ia yang akan menemui Hansell? hey, kenapa Harry bertingkah seolah-olah ia adalah kekasih Hansell?

Tidak, itu tidak boleh terjadi.

Tetapi, kau sudah menikah dengan Perrie, Zayn.

Persetan dengan kalimat yang kedua.

**

-Hansell-

Aku terus berlari, tanpa menghiraukan panggilan dari Zayn maupun Harry. Napasku sudah terengah-engah, bahkan, detak jantungku sudah mulai tidak beraturan.

Aku memutuskan untuk kembali kerumah Granny dengan taxi. Penampilanku benar-benar kacau.

Bahkan, sopir taxi yang kutumpangi sempat berpikir dua kali, sebelum pada akhirnya mempersilahkanku naik.

Aku menghempaskan diriku diatas sofa lapuk milik Granny. Yang dapat kulakukan hanyalah menangis dan menangis.

Aku belum siap untuk bertemu dengan Zayn disaat-saat seperti ini.

Apalagi, saat melihat sikap dinginnya, tadi. Mungkin, Zayn sudah benar-benar melupakanku. Bahkan, ia tidak mengundangku ke acara pesta pernikahannya.

Aku menyesal telah hadir pada pesta itu. Sangat menyesal.

"Hansell .." Tunggu, suara siapa itu? bukankah hanya aku yang berada didalam rumah ini? sial.

Aku memberanikan diriku untuk menoleh kearah sumber suara.

DEG.

"B—bagaimana bisa?" Bulu kudukku sudah berdiri, ditambah lagi dengan permukaan kulitku yang mulai terasa dingin akibat sosok Granny dihadapanku.

Bukankah Granny sudah meninggal dunia?

"Hansell, aku sangat merindukanmu. Akhirnya, kau kembali kesini." Granny pun melangkahkan kedua kakinya yang nyaris tak menapak pada lantai itu kearahku.

"Granny—Granny, jangan mendekat—" Namun, perkataanku terputus karena, sosok Granny sudah berada dihadapanku.

Aku pun mengerjapkan kedua kelopak mataku, pasti semua ini hanyalah bagian dari halusinasiku saja.

Benar saja. Sosok yang menyerupai Granny itu pun menghilang seketika. Aku segera bangkit, untuk menyalakan lampu ruang tengah.

Kenapa hidupku kembali sial setelah aku meninggalkan L.A.?

Aku memutuskan untuk segera beristirahat. Aku tidak ingin kembali melihat penampakan aneh seperti tadi. Apalagi, kembali mengingat wajah Zayn dan kekasihnya, Perrie.

Mereka terlihat begitu bahagia dan, itu membuatku merasa iri.

Seharusnya, aku yang berada di posisi Perrie. Huft, pemikiran yang sangat egois.

Lebih baik, aku segera kembali ke L.A. secepatnya. Aku tidak sanggup jika harus kembali bertemu dengan Zayn.

Karena, itu hanya akan menyiksaku.


 

A/n : Haii, maaf ini aneh dan gak jelas. Juga kebanyakan di skip, hehehe... 

   Vomments, ya..

Animism//z.mWhere stories live. Discover now