Animism//1.0.

598 62 10
                                    

-Hansell-

"Kau curang, Daisy!"

"Itu karena kau lamban seperti siput, Phoebe." Daisy pun menjulurkan lidahnya kearah Phoebe. Alhasil, kedua gadis kembar itu pun saling menggejar satu sama lain.

"Whoa, ada apa ini?" Tanya Louis yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Hanya pertengkaran kecil, Lou." Louis pun mengangkat kedua alisnya kearahku, setelah itu ia mendaratkan tubuhnya tepat disampingku.

"Kupikir kau pergi bersama Mom." Aku menggelengkan kepalaku, mendengar ucapan Louis.

"Tidak, lagipula aku harus berangkat ke kampus beberapa jam lagi." Aku pun menoleh kearah jam dinding yang menunjukan pukul sepuluh pagi.

Ck, kenapa aku harus memiliki jam kuliah pada saat makan siang?

"Lou, Hansell, apa kalian mau bermain bersama kami?' Teriak Phoebe dan Daisy bersamaan. Aku dan Louis pun saling bertukar pandang.

"Baiklah." Kami pun segera menghampiri Daisy dan juga Phoebe yang tengah duduk bersila diatas karpet.

"Apa yang akan kalian mainkan?" Tanya Louis sambil menopang dagunya.

"Truth or Dare." Hah? ternyata, anak kecil seperti mereka juga menyukai permainan konyol tersebut. Yeah, menurutku permainan itu adalah permainan yang menjebak. Jadi, aku tidak begitu menyukainya.

Bahkan, terakhir kali aku memainkannya sudah bertahun-tahun yang lalu. Dan, pada saat itu aku bermain bersama Zayn.

Ngomong-ngomong soal Zayn, sudah bertahun-tahun aku tak pernah menghubunginya lagi. Ya, aku sibuk dengan kehidupanku yang baru.

Terkadang, aku masih merindukannya. Akan tetapi, jarak dan waktu yang telah memisahkan kami.

"Hansell, giliranmu." Lamunanku pun buyar akibat suara milik Louis.

"Truth or Dare?" Tanya Daisy dengan kedua tangan yang terlipat didepan dadanya.

"Truth." Jawabku penuh keyakinan.

"Siapa orang yang kau sukai, Hansell?' Pertanyaan dari Louis membuatku tersentak. Mana mungkin aku menceritakan tentangnya. Lagipula, aku masih memiliki rasa malu.

"Hansell, jangan membuang-buang waktumu." Tegur Phoebe disusul anggukan dari Daisy.

"Umm, a--aku ... aku menyukai--" Louis pun memutar bola matanya sambil berdecak sebal.

"Sudah, cepat katakan. Lagipula, kami adalah saudaramu, bukan?" Aku hanya bisa menganggukan kepalaku mendengar perkataan Louis.

Baiklah, aku akan mengatakan yang sebenarnya.

"Zayn." Ucapku dengan wajah memerah. Bagaimana tidak? aku merasa sangat malu untuk mengatakan hal ini didepan Louis dan juga, kedua gadis kembar itu.

"Whoa, siapa dia?" Pekik Daisy sambil mengulas sebuah senyum menggoda diwajah manisnya itu.

"Apa dia tampan?" Phoebe tak kalah hebohnya dengan saudari kembarnya itu.

"Kau harus menggenalkannya pada kami, Hans." Louis pun menyunggingkan senyuman liciknya. Astaga, sepertinya aku benar-benar salah bicara.

Kini, aku sudah dapat beradaptasi dengan keluarga Tomlinson. Mungkin, pada awalnya Louis  terlihat dingin dan menyebalkan. Akan tetapi, setelah cukup lama aku berada didalam satu atap bersamanya, ia memiliki sisi baik juga.

Phoebe dan Daisy, gadis kembar itu sudah bersikap manis padaku sejak awal pertemuan kami. Bahkan, tak jarang dari mereka yang sering menceritakan banyak hal kepadaku.

Animism//z.mWhere stories live. Discover now