Animism//1.4.

411 67 5
                                    

Zayn's pov

Aku menatap gadis dihadapanku dengan intens. Wajahnya sama sekali tidak berubah, masih tetap sama seperti dulu.

Akan tetapi, kedua bola mata cokelatnya itu seolah-olah menyembunyikan sesuatu.

"Zayn, aku ingin mengatakan sesuatu." Ucap Hansell tiba-tiba. Dan itu membuat lamunanku buyar.

"Ya, katakan saja." Aku menyeruput minumanku dan kembali menatap wajah gadis itu.

"A—aku ... akumerindukanmu." Aku mengeryitkan keningku, bingung.

"Apa yang kau katakan? Aku tidak dapat mendengarnya, Hans." Hansell menatapku takut-takut, ia juga mengigit bibir bawahnya seakan-akan ada sesuatu yang terganjal didalam hatinya.

Aku mengetahui semua itu karena, aku sudah cukup lama mengenal gadis itu.

"Lupakan saja, Z. Lagipula, itu tidak begitu penting." Aku hanya tersenyum, mendengarnya.

Jika itu tidak penting, lantas kenapa ia seolah-olah bersikap sedang menyembunyikan sesuatu dariku?

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan keluarga barumu itu?" Aku pun mengalihkan topik pembicaraan kami.

Yeah, agar tidak terkesan canggung. Aku tahu, Hansell sangat tidak menyukai suasana canggung seperti ini.

"Menyenangkan. Mereka dapat menerimaku dengan baik." Syukurlah, akhirnya Hansell dapat merasakan apa yang dinamakan dengan 'bahagia'.

"Aku turut senang mendengarnya." Hansell pun tersenyum singkat. Pandangan gadis itu kembali terarah kepada ponselnya.

Mungkin, layar ponselnya jauh lebih menarik dari wajahku.

Astaga, bahkan aku hampir lupa jika, aku sudah memiliki seorang istri. Yang sebenarnya, aku sendiri tidak mencintainya.

Apa terdengar kejam?

Tetapi, itu adalah sebuah fakta.

"Hansell .." Gadis itu pun mendongakan kepalanya kearahku. Akhirnya, ia mengacuhkan benda berbentuk persegi panjang ditangannya itu.

"Aku minta maaf soal pesta pernikahanku." Hansell menatapku dengan tatapan yang sama sekali tidak bisa diartikan.

Namun, selang beberapa detik kemudian, gadis itu mengulas sebuah senyuman pada wajahnya tersebut.

"Tidak masalah, Z." Aku tahu, sebenarnya ada kekecewaan dibalik senyuman Hansell.

Aku sendiri juga akan merasa sangat kecewa jika, Hansell melakukan hal serupa kepadaku.

Dan, jika itu benar-benar terjadi, mungkin itu adalah sebuah karma, untukku.

 "Maaf aku tidak mengundangmu, dan aku minta maaf setelah 3 tahun belakangan ini, aku tidak pernah memberimu kabar. Apalagi, tentang pernikahanku dan Perrie."

Dapat kulihat, raut wajah Hansell berubah saat mendengar nama Perrie. Tetapi, itu tidak berlangsung lama karena, ponselku bergetar.

Ah, ternyata Perrie.

Menganggu saja.

"Halo?"

"Ada apa?"

"Kau ini membeli makanan atau bersenang-senang? huh. Kau tidak tahu ya? perutku ini sudah keroncongan, tahu."

"Kalau kau terlalu banyak protes, lebih baik, kau membeli makanan sendiri saja."

"Zayn ... kau tega melihatku berdesak-desakan dan mengantri ditengah kerumunan banyak orang? apa kau tega, Zayn?"

Sebenarnya, aku ingin mengatakan kata 'Tentu saja aku tega. Kau juga tega, telah merusak momen-momenku dengan Hansell.'

Animism//z.mWhere stories live. Discover now