Animism//0.5.

433 70 3
                                    

-Hansell-

"Kau sudah melanggar perintahku, Hansell. Dan, kau berhak mendapatkan hukumannya." Lottie pun menyeretku secara paksa kedalam gudang sekolah.

"Kalau kau berani-berani mengadu pada Zayn, aku tak segan-segan untuk memberi hukuman yang jauh lebih kejam dari ini!" Ancam Lottie sambil menatapku dengan tatapan sinisnya.

"Lebih baik, kita tinggalkan si gadis gila itu." Lottie dan ketiga temannya pun meninggalkanku sendirian didalam gudang yang sempit dan gelap ini.

Aku hanya dapat memeluk lututku, sambil membenamkan kepalaku kedalam kedua lututku ini. Gudang sekolah yang pengap dan tidak berventilasi ini, membuat keringat mengucur membasahi sekujur tubuhku. Dan, yang lebih menyakitkan lagi, keringat itu mengenai bekas sayatan-sayatan itu.

Rasa perih itu pun kembali menjulur disekitar lenganku.

Dan, sebuah cairan hangat perlahan-lahan keluar dari kelopak mataku, dan membasahi kedua pipiku.

Kenapa hidupku ini harus begitu menderita? disaat aku memiliki teman, semua orang berusaha menjauhkannya dariku. 

"Apa tidak ada yang lebih kejam dari ini?" Bisikku sambil tersenyum pahit.

Aku meraih sebuah buku tebal, yang kira-kira sudah tersimpan selama 5 tahun didalam gudang ini. Sepertinya, aku dapat menceritakan malangnya kisah hidupku pada buku tersebut.

"Hey." Sapaku pada buku lapuk itu.

"Apa kau mengenal Lottie dan ketiga temannya? sepertinya, kau baru melihat mereka tadi. Ya, mungkin ini pertama kalinya mereka berempat memasuki gudang sekolah. Apalagi kalau bukan untuk mengurungku didalam sini?" Aku pun membuka halaman demi halaman dari buku tua tersebut.

"Apa kau pernah merasa tidak memiliki teman? apa kau pernah merasa semua orang seakan-akan membencimu?" Tanyaku sambil menyeka air mataku yang terus menerus keluar.

"Aku selalu bertingkah seolah-olah aku sanggup untuk hidup sendirian. Pada nyatanya, aku sama sekali tidak bisa .. aku hanyalah seorang gadis rapuh yang hanya bisa menangis, dan menyakiti diriku sendiri." Sambungku, memejamkan kedua kelopak mataku yang sepertinya sudah mulai membengkak.

"Aku harap, hidupku akan berubah .. walaupun, hanya sesaat." Ungkapku, sambil menahan isakan.

Tiba-tiba saja, pintu gudang terbuka. Menampakan sesosok wajah yang begitu familiar dimataku.

"Siapa yang mengurungmu didalam sini?" Tanya sosok itu sambil berlutut, menyamakan tingginya denganku.

"A--aku .." Belum selesai aku melanjutkan ucapanku, orang itu sudah menarik lenganku untuk segera keluar dari gudang.

"Kenapa kau bisa berada didalam sana?" Tanya orang itu lagi.

"A--aku .. aku dikurung oleh Lottie dan ketiga temannya." Jawabku tanpa berani menatap langsung kedua bola mata hijau yang begitu indah milik Harry.

Ya, orang itu adalah Harry, salah satu teman Zayn.

"Kurang hajar, kenapa mereka berani-beraninya mengurungmu? memangnya, dimana Zayn?" Tanya Harry sambil mengeram kesal. Apa ia juga kesal kepada Lottie dan teman-temannya?

"Mereka mengurungku didalam gudang karena, aku telah melanggar perintah mereka." Harry pun menatapku, meminta penjelasan lebih lanjut.

Aku pun menceritakan semuanya kepada Harry. Sampai-sampai air mataku kembali menetes. Beruntung, Harry memberiku sapu tangan miliknya.

"Lebih baik, kita ceritakan semua ini pada Zayn. Aku akan segera menegur Lottie." Namun, belum sempat Harry bangun dari posisi duduknya, aku sudah menahan lengan Harry.

"Tidak perlu, Harry. Jika kau menegur mereka, aku yang akan terkena imbasnya." Harry pun menghela napas panjang.

"Tetapi, mau sampai kapan mereka menggejekmu, Hansell? sampai kapan?" Tanya Harry, berusaha menahan luapan emosi.

"K--kenapa kau begitu baik padaku, Harry?" Entah kenapa, pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibirku. Padahal, aku sama sekali tak berniat untuk mengatakannya.

"Karena .. karenaselamainiakumenyukaimu." Aku menatap Harry bingung. Harry pun menggaruk tengkuknya sambil mengigit bibir bawahnya.

"Kau berbicara terlalu cepat, Harry. Apa yang kau katakan?" Tanyaku membuat Harry tersenyum kikuk.

"Uh--itu, aku tahu ini kedengarannya agak aneh. Tetapi, aku menyukaimu sejak pertama kali Zayn mengenalkanmu padaku."

DEG!

Harry seorang anak yang tergolong cukup populer disekolah, menyukaiku?

"Kau serius dengan perkataanmu barusan?" Tanyaku, sedikit tak percaya. Bagaimana mungkin?

"Y--ya, aku tahu itu terlalu frontal. Tetapi, aku hanya menyukaimu. Tidak lebih dari itu." Ucap Harry jujur, membuatku tersenyum singkat.

"Terimakasih." Harry pun menoleh sambil menautkan kedua alisnya.

"Terimakasih? terimakasih untuk apa?" Tanya Harry yang masih menautkan kedua alisnya.

"Terimakasih karena kau telah mengeluarkanku dari gudang, dan terimakasih kau sudah jujur pada dirimu sendiri." Harry yang mendengar perkataanku pun tersenyum.

Tiba-tiba saja, terdengar suara pecahan vas bunga dari arah ruang kelas yang terletak didekat gudang.

Astaga!

Bagaimana bisa dia berada disini?

"Z--Zayn?"

Vomments! hehe..

Animism//z.mWhere stories live. Discover now