Animism//Zansell

656 65 12
                                    

A/n :

Haiii, ini chapter terakhir animism yaa! makasih untuk yang udah vomment(s) cerita ini dari awal sampai akhir, hehehehe=)

-Hansell-

"Hansell, apa kau sudah siap?" Tanya Louis yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

Apa kalian tahu? kini, aku akan segera bertunangan dengan Harry.

Waktu memang berlalu dengan sangat cepat. Saat aku kembali ke Los Angeles, tiba-tiba saja, Ayah mengatakan rencananya mengenai pertunangan antara aku dan Harry.

Pada awalnya, aku sempat menolak rencana Ayah, tersebut. Akan tetapi, saat aku mencoba untuk kembali berpikir, aku sudah tidak memiliki harapan untuk bersama dengan Zayn, bukan?

Lagipula, Zayn sudah terikat dengan Perrie.

 "Hansell. Apa yang kau tunggu?" Aku pun tersadar dari lamunanku, dan segera mengekor Louis yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Mungkin, ini sudah saatnya untuk benar-benar melupakanmu, Zayn.

Aku mengigit bibir bawahku saat melihat cukup banyak tamu undangan yang hadir. Padahal, ini hanyalah sebuah pertunangan.

"Lou, apa mereka semua tamu undangan?" Tanyaku pada Louis yang berdiri tepat disampingku.

"Tidak, mereka adalah rakyat jelata yang sedang menunggu antrian sumbangan." Aku memutar kedua bola mataku, mendengar jawaban konyol dari Louis.

Ia memang tidak pernah bisa untuk bersikap serius.

"Sudahlah, lebih baik kau segera keluar, dan temui Harry-mu." Ucap Louis sambil sedikit mendorong bahuku.

Harry tengah berdiri dengan balutan tuxedo hitam miliknya. Wajahnya terlihat begitu tampan dari biasanya.

Aku pun berusaha untuk tersenyum. Walaupun, pada kenyataannya sangatlah sulit untuk melakukannya.

Bagaimana jika Zayn menyaksikan pertunanganku dan Harry?

Kenapa disaat-saat seperti ini, lelaki itu tetap berada didalam pikiranku? lagipula, Zayn sudah bersama gadis lain.

"Hansell!" Aku sedikit tersentak karena, suara berat milik Harry.

Astaga, aku hampir saja terjatuh karena terus melamun.

"Uh—maaf." Ucapku sambil kembali mengimbangi langkahku. Memalukan sekali. Pasti, semua orang sedang mengulum tawa mereka karena, tingkah bodohku, tadi.

"Lain kali, jangan melamun." Aku pun mendongak, dan mendapati Harry yang sudah berada dihadapanku.

"Maafkan aku." Harry hanya tersenyum sambil menautkan jari jemari kami.

 "Tidak masalah, Hansell." Kami pun semakin mengeratkan tautan jari kami.

"Uhm, Hansell?" Aku pun mendongakan kepalaku kearah wajah Harry.

"Wanna hear a joke?"

"Of course!"

"Knock-knock."

"Knock-knock?" Aku mengerutkan keningku, dan itu membuat Harry terkekeh.

"Saat aku mengatakan Knock-knock kau harus menjawabnya dengan kata who's there?" Jelas Harry panjang lebar.

"Knock-knock."

"Who's there?"

"Marry."

"Marry who?"

Animism//z.mWhere stories live. Discover now