BAGIAN 5

988 199 10
                                    

Asahi terdiam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Asahi terdiam. Manik nya menatap penuh arti langit-langit kelam yang di hiasi dengan kilatan petir.

Benar-benar sama seperti karakter dirinya di dunia, kelam, namun masih tersisa samar-samar penerang yang datang dengan pelit nya─hanya sepersekian detik kilatan, dan sinar tajam itu kembali menghilang.

Kebahagiaan, hanya singgah sementara waktu saja. Itu yang Asahi simpulkan tentang hidupnya, mungkin, mungkin lebih mengerikan lagi.

Pemuda itu menumpu sikunya pada pembatas balkon. Jari-jarinya saling bertaut satu sama lain, lalu surai pirang nya yang di terpa oleh angin malam berbau mistis yang terasa dingin menyapa kulit putih nya.

Manik tajam nya sedikit terlihat berair dengan wajah datar tanpa ekspresi yang masih tetap terlihat tegas.

Mungkin, orang yang baru mengenal nya─bahkan seluruh siswa-siswi di sekolah nya sudah cukup menjadi bukti, bagaimana mereka menilai Asahi sebagai lelaki yang lemah, polos, aneh dan tidak memiliki sesuatu yang patut untuk di banggakan.

─Fakta menyedihkannya. Mereka tidak mengenal Asahi.

Menit berikutnya Asahi merasa ada yang mengusak sebentar rambutnya, setelah kemudian sang pelaku mengambil posisi di sampingnya ikut memperhatikan ke arah yang tengah dia tatap.

"Masalah besok, biarin buat besok."

Asahi tersenyum remeh mendengar nya. "Emang pernah gue di izinin buat hidup tenang?"

"Takdir. Takdir yang ngendaliin semuanya."

Kali ini Asahi tertawa kecil, jatuh nya malah terlihat seperti decihan."Beban, bakalan tetap jadi beban hidup, selama tanggung jawab itu tetap berjalan seumur hidup."

Gantian Yoshi yang tertawa─meremehkan. "Kalau penanggung jawab, nganggep takdir nya itu beban. Berarti dia pecundang, dia belum pantas jadi pemimpin, dia belum siap jadi pemimpin, dan yang terpenting,"

"Dia gak yakin sama diri nya sendiri, entah itu dalam bentuk keputusan yang dia buat, atau tindakan yang dia ambil. Ingat, rasa ragu bisa bikin siapa aja gagal."Pemuda Kanemoto itu menghentikan ucapannya sejenak.

"Jangan lupa, kunci jadi pemimpin ideal itu harus optimis, dan punya pendirian, yakin sama diri sendiri."

Sederhana, namun memiliki banyak makna.

Asahi mendadak terdiam. Seperti ada sesuatu yang menusuk di ulu hati nya.

Yoshi tersenyum simpul, lalu merogok saku celananya sebentar, sebelum kemudian meraih tangan kanan Asahi, meletakan sebuah botol obat mini di atas telapak tangan sang ketua. "Istirahat, besok hari yang panjang."Yoshi menepuk pundak Asahi, setelah nya berlalu pergi.

Sedangkan pemuda Hamada itu masih terdiam, manik nya beralih menatap botol obat yang masih ada di genggamannya.

Itu obat tidur.

RIWAYAT DUNIA ✔️Where stories live. Discover now