Lebih Baik

665 90 20
                                    

Cahaya matahari pagi yang menembus jendela kamar membuat kedua mataku terbuka perlahan. Suara kicauan burung yang merdu terdengar jelas di telingaku.

Kurenggangkan tubuhku dan memijat kepalaku. Aku merasa lebih baik sekarang. Badanku sudah tidak menggigil lagi, kepalaku tidak terasa pusing lagi, dan aku merasa lebih sehat sekarang.

Aku turun dari ranjangku dan pergi keluar kamar. Lalu aku bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Badanku terasa lengket karena lupa mandi semalam.

Setelah puas membersihkan diri, aku pergi menuju dapur. Disana ada Gempa dan Thorn yang sedang memasak sarapan pagi. Thorn terlihat sangat bersemangat dan lincah. Aku tersenyum tipis melihatnya.

"Eh, Taufan. Kamu sudah bangun?" tanya Gempa ketika menyadari keberadaanku di belakang mereka.

"Belum kak, belum bangun. Ini lagi kayang," ucapku dalam hati.

Sudah jelas sekali aku bangun dan berdiri disini. Tapi kenapa masih bertanya aku sudah bangun atau tidak?

Sabar Taufan, itu hanya sekedar basa basi.

Aku hanya menanggapi pertanyaan Gempa dengan anggukan kecil.
"Kamu mau bantu?" tanyanya. "Ayo kak, kita buat sarapan pagi bersama-sama!" ajak Thorn dengan semangatnya.

Aku menghampiri mereka berdua yang sedang bergelut dengan peralatan masak.
Aroma nasi goreng yang nikmat menyeruak di hidungku.

"Kamu sudah sehat?" tanyaku kepada Thorn.
"Iya kak! Thorn kan anak yang kuat!" jawabnya.

Lihatlah betapa lincahnya anak ini.. Aku baru sadar kenapa aku, Blaze dan Thorn dijuluki Trio Trouble Maker. Itu karena sifat kami yang terlalu lincah, jahil, dan konyol.

***

Sarapan pagi sudah dihidangkan di meja makan. Ini waktunya aku memanggil yang lainnya untuk sarapan bersama.

Sepertinya, suasana sudah nampak lebih baik sekarang. Setelah sarapan nanti, aku akan pergi keluar untuk bertemu Destro.

"Hei para saudara-saudara yang kusayangi! Sarapan pagi sudah siap!" teriakku dengan kencang. Tidak butuh waktu lama, meja makan pun penuh dikelilingi oleh para manusia yang penuh kelaparan.

"Kak! Bisa gak sih your voice itu dikecilkan sedikit volumenya?! Ini telinga hampir terbang ke alam baka karena teriakanmu itu!" oceh Blaze dicampuri dengan logat bahasa inggris.

"Jangan lebay," tanggapku. "Lebay darimananya?! Telingaku memang mau terbang kok tadi!" ucap Blaze tak mau kalah.

"Emang situ saya pikirin?" tanyaku tak mau kalah juga.

"Kakak jangan cari masalah ya sama aku!" amuk Blaze.
"Lah kok ngamuk?" aku menyahut lagi.

"Ka-"
"Sudah, sudah.. Lebih baik kalian diam saja. Pagi-pagi kok sudah ribut? Dasar bikin malu kalian," potong Halilintar.

"Terus! Potong terus sampai mampus!" sindir Blaze.

"Nyindir kakak nih ceritanya?" tanya Halilintar pura-pura tidak tahu. Blaze yang tersulut emosi hanya bisa bersabar dan memakan sarapannya.

"Dasar Kak Blaze, punya mulut kok tidak bisa dipakai? Bukannya digunakan untuk berbicara yang lembut, eh malah digunakan untuk teriak-teriak tidak jelas," ujar Thorn sambil berkacak pinggang.

"Iya, iya, kakak salah. Sampai kucing bertelur pun kakak pasti akan selalu salah," ucap Blaze.

"Lah, baru nyadar?" tanyaku sengaja mencari keributan.

"Ja-" "Ssstt, waktunya makan bukan berdebat," potong Ice seraya menguap.

"Sabar ya nak, anak sabar mukanya ganteng," batin Blaze.

***

"Kak Taufan!" panggil Solar.
"Apa dik?" tanyaku.

Aku sedang berada di teras rumah dan bersiap-siap pergi mendatangi Destro.
Tapi si cahaya ilahi memanggilku, jadi aku terpaksa menanggapinya.

"Kak Taufan mau pergi kemana?" tanya Solar.

"Kakak mau pergi ke taman sebentar," bohongku. Tidak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya bukan?

"Ke taman? Kakak mau beli es krim?" Aku hanya mengangguk. "Oh yaudah, sana pergi!" usirnya dengan memeragakan kedua tangannya seolah sedang mengusir kucing jalanan lalu masuk ke rumah kembali.

Wah, wah. Jadi adik kok tidak punya akhlak? tanyaku dalam batin.

Aku segera melangkahkan kakiku keluar. Tetapi panggilan Halilintar membuatku memberhentikan langkah kakiku.

Ada apa lagi kulkas berjalan??

Aku membalikkan badanku dan menghadap Halilintar.
"Wih, rapi sekali. Kamu mau pergi kemana?" tanyanya.

Ingat, kulkas berjalannya akan mencair ketika bersama saudara-saudaranya saja. Jika bersama orang lain, sifatnya berubah menjadi dingin seperti kulkas.

"Pergi ke rumah Dora," jawabku asal-asalan. Kesabaranku hampir hilang karena tidak bisa pergi daritadi.

Kapan hamba-Mu ini bisa pergi keluar, Ya Tuhan??

"Ck, aku sedang tidak bercanda," kesalnya.

"Dan aku sedang tidak ingin ditanya," jawabku dengan kedua alis yang dinaik-turunkan.

"Eumm, kakak cuma mau minta maaf," ujarnya.
"Minta maaf?" tanyaku.

"Iya, kemarin kakak tidak sengaja menghinamu karena kamu pergi meninggalkan Thorn begitu saja. Saat itu kakak sedang emosi sekali, jadi tidak menyadari bahwa kakak sudah menghinamu," sesalnya.

Aku tersenyum dan menepuk pundaknya. "Its okay, my walking fridge."



Tbc.

Jangan lupa vote, comment, & follow yaa

Makasi banyak" buat yang udah baca n vote cerita author!

Makasi juga buat yang udah follow author n masukkin cerita author di reading list kaliann

Semoga kalian gak pernah bosan ya sama cerita inii^^

See u next!

Painful Life [END]Where stories live. Discover now