Bukit Akar

481 58 9
                                    

Selamat Membaca












Sudah sebulan Taufan pergi dari rumah dan selama itu pun pula Taufan tidak menyalurkan energinya kepada Akai. Yang artinya, Thorn tidak mendapatkan saluran energi sama sekali.

Tubuh Taufan melemah dan tenaganya semakin berkurang, bisa dikatakan... tinggal menunggu takdir.

Ditambah dengan pikiran-pikiran buruk yang selalu menghantuinya, membuat kekuatan tubuhnya menurun.

Dia mencoba untuk tidak memikirkan hal-hal buruk. Dia mencoba untuk tidak terlalu berpikir berlebihan dengan kesehatan Thorn sekarang. Tetapi tetap saja tidak bisa.. perasaanya semakin kacau dan gelisah. Bayang-bayang Thorn yang akan meninggalkan dirinya semakin terlihat di pikirannya.

Dia berusaha untuk tenang agar bisa menyelamatkan Thorn dan memastikan dirinya sendiri untuk kuat. Tapi, nihil... kegelisahan dan ketakutannya semakin menambah. Pikirannya semakin meburuk. Dan membuat dia jatuh melemah.

"Fokus, Taufan! Fokus! Jangan berpikiran buruk terhadap Thorn!" jerit Taufan kepada dirinya dalam hati.

"Kamu bisa! Aku tau kamu pasti bisa!"

"Aargh!"

"S-sesak," lirih Taufan sembari memegang dadanya kuat.

"Aku p-pasti bisa! Cepat keluarkan e-energimu, Taufan! Tolong!" ucap Taufan.

Taufan mulai mengeluarkan energi kuasanya kembali untuk disalurkan kepada Akai. Tapi...

"Aakh! SAKIT!! AKU TIDAK BISA, HIKS!"

Gagal, gagal, dan gagal. Sekuat apapun dia mencoba selalu saja gagal.

"Aku harus lakukan apalagi agar bisa menyalurkan energi ini?" Lirih Taufan.

"Dasar lemah! Tidak becus! Lebih baik aku mati!" Maki Taufan kepada dirinya sambil memukul kepalanya kuat.

"GAGAL! SEMUANYA GAGAL! AKU HANCUR!!!"

"ASTAGA TAUFAN! APA YANG KAMU LAKUKAN?!" teriak Rio terkejut.

"Hentikan! Jangan sakiti dirimu seperti ini!" Rio segera memegang kedua tangan Taufan yang sedari tadi memukul kepala tak henti-hentinya.

"Jangan paksa aku, Rio! Aku memang sudah ditakdirkan untuk hancur! Aku sudah tidak kuat lagi! Aku hanya tinggal menunggu takdir memanggilku," ujar Taufan.

"Jangan asal bicara, Taufan! Cukup tenangkan dirimu dan yakinkan bahwa kamu bisa bertahan dan selamatkan Thorn!" Ujar Rio.

"T-tidak, aku tidak bisa,"

"Kamu bisa!"

"Aku.. aku ingin meminta tolong padamu. Tolong antar aku ke suatu tempat, tolong.. anggap ini adalah permintaan terakhirku," pinta Taufan.

"M-maksudmu? Apa yang sedang kamu bicarakan?!" Tanya Rio bingung.

"A-aku hanya ingin kamu mengantarkanku ke suatu tempat yang dimana ucapan manis terlontar dari mulutku," jawab Taufan pelan.

Rio mengernyitkan dahinya. Dia tidak mengerti apa yang Taufan katakan.

"Antarkan aku ke bukit yang dipenuhi akar menjalar. Kamu tahu kan dimana bukit itu?"

"Bukit Akar maksudmu?" Tanya Rio.

Taufan hanya mengangguk lemah.

Rio pun mengerti dan segera mengambil sepedanya dengan Taufan yang ada di boncengannya.

"Semoga dengan ini kalian bisa bahagia,"

✨✨✨

"Kakak! Dadaku terasa sangat sesak!" Teriak Thorn kesakitan.

Painful Life [END]Where stories live. Discover now