Pria

490 67 20
                                    

Selamat Membaca

Sungkem dulu yuk

"Kak! Kita istirahat dulu yuk! Aku sudah lelah sekali," ajak Thorn sambil menetralkan napas.

"Iya kak, aku juga merasa haus daritadi," sahut Solar. Blaze juga merasa letih karena habis dikejar para fans nya.

Biasalah, kaum hawa. Lihat yang bening sedikit saja, langsung lupa diri.

Kami duduk di meja paling pojok sebelah kanan. Karena disana lebih teduh dan tidak terlalu ramai.

"Kalian mau pesan apa?" tanyaku. "Biar kakak pesankan,"

"Aku mau es krim dan sosis!" seru Thorn.
"Kita juga kak," ucap Blaze dan Solar berbarengan.

Aku mengangguk dan segera berdiri dari tempat dudukku. Lalu aku menghampiri stand yang menjual es krim dan sosis.

"Pesan 4 es krim dan 4 sosis ya pak," ucapku kepada si penjual.

"Oke."

Aku menunggu pesananku datang dengan berdiri di depan stand.

"Aduh!" ringisku.

"Eh, maaf, maaf. Aku tidak sengaja. Kamu tidak terluka kan?" panik seorang pria yang tidak sengaja menabrakku tadi.

Aku mendongak menatap wajahnya.

Mukanya seperti tidak asing bagiku, batinku.

"Oh, aku tidak apa-apa," ucapku sembari tersenyum.
"Syukurlah, aku duluan ya," pamitnya lalu pergi meninggalkanku dengan langkah kaki terburu-buru.

Aku merasa tidak asing dengan pria itu.

"Dek,"

Aku merasa sering melihat wajahnya.

"Dek?"

Tapi dimana ya?

"Put your hand in mine! You know that I want to be with you all the time!!" nyanyi si bapak penjual dengan keras.

Aku terkejut saat mendengar nyanyiannya yang keras.
"Ya ampun pak, jangan keras-keras dong nyanyinya! Kan bisa panggil saya saja pak!" kesalku.

"Saya sudah dua kali panggil adek, tapi tidak adek tanggapi," jelas pak penjual.

"Hehe, maaf ya pak. Tapi, bapak gaul juga ya," ujarku.

"Jelas dong dek! Biar tidak ketinggalan zaman," serunya.

Aku terkekeh dan segera meninggalkan stand tersebut. Aku yakin saudara-saudaraku sudah mati kelaparan disana.

🤍🤍🤍

"Nih, makanannya," ucapku sambil meletakkan pesanan kami di atas meja.

"Akhirnya datang juga nih makanan! Asal kakak tahu ya, kami sudah seperti cacing kelaparan!" heboh Blaze sambil melahap sosisnya.

"Kamu saja kali," ucap Solar lalu melahap sosisnya.

"Wah, enak sekali kak sosisnya! Es krimnya juga!" senang Thorn. Aku tersenyum menanggapinya.

Aku melahap sosisku sambil menghadap ke depan melihat pria tadi yang berada jauh dari meja kami.

Dia seperti sedang tergesa-gesa. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya, tapi aku yakin dia sedang terburu-buru.

Kapan ya aku melihat muka pria itu? Batinku sambil menatap kepergian pria itu.

"Kak! Hei, kak!" teriak Blaze seraya melambai-lambaikan tangannya di hadapanku.

Aku menyingkirkan tangannya dengan kuat.

Menganggu pemandangan saja!

"Kamu lagi lihat siapa sih? Lihat cewek ya? Mana? Mana?" kepo Blaze sambil celingak-celinguk.

"Mana ada! Jangan asal tuduh kamu!" kesalku.
"Bilang saja kak, jangan malu-malu," ucapnya dengan senyum jahil.

Aku memutar bola mata malas. "Tobat nak, tobat!" teriakku.

Solar hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah kami berdua.

"Kak! Aku juga mau dong punya cewek! Beli dimana?" Ucap  Thorn sambil mengerjap polos.

🤍🤍🤍

"Sudah pulang?" tanya Gempa ketika menyadari keberadaan kami. Kami sedang duduk di sofa sambil merenggangkan tubuh.

"Belum kak, kami lagi mendaki gunung," jawabku asal.

"Ada-ada saja kamu,"

"Bagaimana rasanya? Senang?" tanya Halilintar seraya menghampiri kami.

"Bukan senang lagi kak! Aku sangat bahagia!" seru Thorn dengan senyumannya yang lebar. Halilintar tersenyum dan menepuk pucuk kepala Thorn dengan pelan.

"Kalian tidak bawa snack?" tanya Ice yang baru saja bangun tidur.

"Untuk apa?" tanyaku.

"Untuk aku dong. Masa saudara se-cool ini tidak dikasih makanan," sewot Ice.

"Sewot banget sih kamu! Makanya jangan rebahan melulu! Mau mati apa mau hidup?!" teriak Blaze.

"Heh! Yang sopan ya kamu! Aku lebih tua darimu!"

"Alah, cuma beda 5 menit, jangan belagu!"

"Bodo ah! Aku mau tidur!" teriak Ice lalu menutup pintu kamarnya dengan kuat.

"Tuh kan, si kebo molor lagi," gumam Blaze.

"Sudah-sudah, lebih baik kalian tidur. Sudah malam," lerai Gempa.

Kami pun memasuki kamar masing-masing. Aku tidak bisa tertidur. Aku sibuk memikirkan pria yang menabrakku tadi.

Siapa pria itu?

Kira-kira siapa ya pria yang dimaksud oleh Taufan?

Kalau ada yang bisa jawab dan jawabannya benar, author bakal up part selanjutnya lagi nih

Vote, comment, n follow

See u next!

Painful Life [END]Where stories live. Discover now