Bentak

603 98 15
                                    

Haiii
I'm backk
Maaf ya karena aku udah lama gak update cerita soalnya tugas sekolah numpuk hhe

Jadi buat nembus kesalahan aku yang ghosting kalian :v double update for you all!

Gimana? Udah puas?
Atau pengennya triple update?
Yang mau, vote sama comment dongg hahaha

Selamat membaca

"Aku pulang!" teriakku. Badanku terasa lelah karena bermain bersama Akai terlalu lama.

"Aku pulang!" teriakku lagi.
Sunyi. Tidak ada yang menjawab sahutanku. Aku melihat Ice yang sedang tertidur di sofa ruang tamu. Blaze sedang duduk di bawah lantai sambil membuat pesawat kertas.

"Blaze," panggilku. Dia tidak menoleh dan tidak menanggapi panggilanku. Dia diam seolah-olah aku tidak berada disini, di rumah ini. Aku mengernyit heran.

Ada apa dengan mereka?

Aku mendekati Blaze dan menyentuh pundaknya. "Ck," decak Blaze dengan muka jutek. Dia menepis tanganku yang berada di pundaknya. "Hei, Blaze. Ada apa dengan dirimu?" tanyaku.

Blaze hanya diam dan sibuk dengan pesawat kertasnya. Aku mengedarkankan pandanganku ke sekeliling rumah. "Kak Gempa," panggilku saat melihat Gempa keluar dari dapur. Aku menghampirinya dengan berlari kecil.

Gempa menatapku dengan pandangan datar. Mulutnya tertutup rapat. "Kenapa kalian ini? Apa yang terjadi?" tanyaku bingung.

"Kamu tanya saja dengan Thorn," jawabnya lalu meninggalkan aku.

Aku segera memasuki kamar Thorn secara perlahan. Aku melihat Thorn yang sedang tertidur dengan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya.

Tubuhnya bergetar. "Hiks," isak Thorn. Aku terkejut setelah mendengar isakannya.

Dia menangis? Tapi kenapa?

***

Aku mendekati tubuh Thorn yang terbaring di ranjang. Aku berjongkok sedikit untuk mesejajarkan kepalaku dengan tubuhnya.

Aku mengelus puncak kepalanya. Tapi... Thorn langsung menepis tanganku persis seperti apa yang Blaze lakukan kepadaku tadi.

Jantungku berdegup kencang. Aku yakin pasti ada suatu masalah yang membuat mereka seperti ini. Aku menarik napas sebentar lalu memegang tangan Thorn.

Thorn berusaha melepasnya tetapi cengkramanku yang kuat membuat dia diam. Kusibakkan selimut tebal yang menutupi wajahnya.

Deg!

Matanya berkaca-kaca, hidungnya memerah, dan pipinya penuh dengan air mata yang mengalir.

"Thorn! Apa yang terjadi denganmu? Katakan kepada kakak sekarang!" Aku panik melihat kondisi Thorn yang acak-acakan seperti ini.

"C-cukup k-kak. Sebaiknya kakak hiks tinggalkan aku saja hiks. A-aku bukanlah adikmu lagi kan hiks?" ucapnya sambil terisak.

"Apa maksudmu Thorn? Kakak tidak mengerti,"

Kriett

"Lebih baik kamu keluar dari kamarnya," ucap Halilintar dingin. "T-tapi kenapa kak hiks?" tanyaku sambil menahan tangis.

"Kenapa? Atas apa yang kamu lakukan di taman tadi itu apa?!" sentak Halilintar.

"Kakak pergi ke taman?" tanyaku.

"IYA, KAKAK PERGI BERSAMA THORN! DAN KAMU HANYA SIBUK BERMAIN BERSAMA AKAI TANPA MEMPERDULIKAN THORN YANG BERADA DI RUMAH!" bentaknya.

"Hiks, k-kakak salah p-paham. Aku t-tidak bermaksud begitu hiks." Pecah sudah tangisku. Aku sama sekali tidak bisa dibentak. Thorn semakin memperkuat tangisnya.

"A-aku bisa jelaskan semuanya kak," ucapku.

"APA YANG HARUS DIJELASKAN?! KAMU LEBIH MEMILIH AKAI UNTUK BERMAIN BERSAMAMU DARIPADA MEMILIH THORN, ADIKMU!" bentaknya lagi.

Aku hanya menangis kencang. Sekarang kamar Thorn penuh dengan suara tangisanku dan Thorn.

Gempa, Blaze, Ice, dan Solar memasuki kamar Thorn saat mendengar suara tangisan kami berdua.

"MAUMU APA HAH?! SAAT ITU KAMU MENINGGALKAN THORN YANG KESAKITAN. DAN SEKARANG KAMU LEBIH MEMILIH AKAI UNTUK BERMAIN BERSAMAMU! KENAPA TAUFAN? KENAPA?" bentak Halilintar.

"A-aku bisa jelaskan kak. Tolong d-dengarkan aku dulu. A-aku tadi-"

"TIDAK ADA YANG BISA KAMU JELASKAN SEKARANG! KELUAR DARI KAMAR INI SEKARANG!!" bentaknya lagi. Ucapanku dipotong olehnya.

Aku melihat saudara-saudaraku satu persatu untuk meminta tolong. Tetapi apa yang kudapat? Aku hanya dipandang mereka dengan tatapan datar.

"TUNGGU APA LAGI?!! KELUAR SEKARANG!"

***

Sekarang aku berada di dalam kamarku. Kututupi diriku dengan selimut tebal. Hatiku sakit mendengar ucapan dan bentakkan kakakku itu.

Kenapa mereka selalu bersikap gegabah seperti ini?

Kenapa mereka tidak mau mendengarkan penjelasanku dulu?

Hari-hari ini mereka selalu memandangku sebelah mata. Mereka tidak memperdulikan perkataanku. Apa salah jika aku memberikan penjelasan?

Aku menangis terus menerus. Selama ini Halilintar tidak pernah membentakku. Tapi sekarang... Dia membentakku dan mengusirku.

A-aku minta maaf Thorn...

Kesalahpahaman ini tidak bisa dibiarkan seperti ini. Aku akan menjelaskan semuanya besok.

Ya, besok... Aku akan mengurung diri di kamar seharian. Makan malam akan kulewatkan. Aku tidak mau menambah keributan.

Jadi aku lihat" banyak banget yang vote, comment, sama add cerita ini ke daftar cerita kalian

Dan aku sangat-sangat berterima kasih kepada kalian semuaa
Terus aku juga ngerasa bersalah karena udah gak update cerita selama 1 bulan lebih maybe?

And now I'm trying to always update this story!
Jangan pernah bosan sama cerita ini yaa

Painful Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang