Benci

511 61 22
                                    

Selamat Membaca









Pecah sudah tangis Taufan yang dia tahan sedari tadi. Hatinya terasa sakit mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Halilintar tadi.

"A-aku sudah tidak ada keluarga lagi, hiks," lirih Taufan.

"KAMU TIDAK AKAN KAMI ANGGAP SEBAGAI SAUDARA KAMI LAGI!"

"Maaf Taufan. Tapi kami sudah terlanjur kecewa denganmu,"

"I don't need a hero like you anymore"

"KENAPA??! KENAPA HIDUPKU HANCUR SEPERTI INI?!" teriak Taufan frustasi.

"Tenangkan dirimu, Taufan. Jangan sampai kamu melukai dirimu sendiri," ujar Rio.

Sekarang mereka berdua berada di rumah Rio. Rio sengaja tidak melanjutkan perjalanan mereka ke tempat dagangan lagi karena melihat kondisi Taufan yang tidak meyakinkan.

"Luka? Lebih baik aku mati dan meninggalkan dunia ini. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Aku hancur, Rio," pasrah Taufan.

"Tapi kamu juga sudah menyakiti saudaramu. Dengan mengecewakan mereka, menganggap bahwa rahasiamu itu bukanlah hal penting bagi mereka. Rahasiamu itu bersangkutan dengan nyawa Thorn.. dan sebagai saudara yang baik, kamu seharusnya memberitahu masalah ini kepada saudaramu yang lainnya. Karena mereka berhak mengetahui itu. Jika kamu merahasiakannya seperti ini, kamu anggap saudaramu itu sebagai apa?" ujar Rio panjang lebar.

"Aku hanya tidak mau mereka marah kepadaku,"

"Sama saja. Apa yang sudah kamu lakukan ini juga membuat mereka marah. Mereka tidak akan memarahimu terus-terusan jika kamu memberitahu mereka dari awal. Kalau seperti ini, masalah akan tambah lebih besar dan rumit,"

"Tidak. Apapun itu alasannya aku tidak akan memberitahu mereka. Ini semua salahku karena aku tidak bisa menjaga Thorn dengan baik saat itu. Jadi aku harus menanggung semuanya sendiri," bantah Taufan.

"Aku juga tidak merasakan kebaikan dari Halilintar. Dia dengan mudahnya menampar dan menyakitiku hanya karena sebuah kesalahpahaman. Dia selalu merasa dialah yang paling benar," lanjutnya.

"Jadi mau kamu apa?" Tanya Rio.

"Aku akan terus berusaha menyelamatkan Thorn sendiri. Aku tidak peduli jika aku mati. Yang kupikirkan hanyalah keselamatan Thorn," jawab Taufan.

"Permisi, aku mau menyalurkan energi ku kepada Akai,"

"Tapi Taufan kondisimu sedang le-"

"Aku tidak lemah! Berhenti mengucap kata sialan itu!" Potong Taufan.

Taufan pun masuk ke dalam kamarnya dan mulai menyalurkan energi kuasanya kepada Akai.

"Huft, masalah ini terlalu rumit. Mereka semua sama-sama salah. Harus ada salah satu dari mereka yang mengalah," gumam Rio.
.
.
.
.
.
"Aargh!"

"A-aku sudah tidak k-kuat,"

"Hiks, maaf Akai aku hanya bisa menyalurkan energi sedikit ini saja karena tubuhku benar-benar tidak kuat. Dan terpaksa Thorn juga harus mendapatkan saluran energi sedikit ini," batin Taufan.

"Huft, dadaku terasa sangat sesak,"

"Sepertinya tidak lama lagi aku akan berakhir,"

"Maaf karena tidak bisa menjadi pahlawan bagi kalian para adik. Maaf karena tidak bisa menjadi adik yang baik untuk Halilintar dan Gempa. Selama ini aku hanya menambah beban kalian. Sekarang, aku akan menanggung semua beban itu agar kalian tidak merasa kesusahan lagi," gumam Taufan.

Painful Life [END]Where stories live. Discover now