👶 Uri Baby -15

442 48 0
                                    

Pagi datang seperti biasanya. Yoongi dan Seokjin yang membuat sarapan kemudian Taehyung dan Namjoon yang mencuci piring. Saat Ini Jungkook yang menjaga Uji, memilih mengajak sikecil itu bermain gitar dikamarnya.

"WOAAAH YANG BENAR SAJA!? APA TAK ADA PENGHUNI DIKEDALAMAN DANAU INI HAAA!?" Teriak Seokjin menggelegar. Namjoon dan Taehyung yang tengah bermain badminton pun sedikit kaget mendengarnya. Keduanya pikir hyungnya tenggelam, maka damailah dunia tanpa Jin.

Yoongi menikmati bacaan buku yang ia pinjam dari Namjoon hanya menatap malas Seokjin diatas sampan. Tak ada hari tanpa teriakan hyungnya itu. Bahkan suara Jimin yang tengah memukuli kayu untuk diukir saja kalah. Dan lagi, ia lelah bung karena banyak menghabiskan waktu untuk menghapus semua data mengenai Uji yang ia publikasikan. Well, semoga saja tak ada yang tau mengenai hal itu. Terhitung sudah 5 bulan postingan Uji tersebar, lagipula ia memberikan sedikit informasi mengenai bayi itu dimana. Seokjin akan membunuhnya jika seseorang mencoba merebut Uji dari mereka.

"Sudah Tae, aku akan melukis saja" sahut Namjoon. Ia memberikan raketnya pada Jimin yang baru datang dengan wajah murungnya. Sepertinya ukiran yang ia buat berakhir buruk. Terbukti dari bekas kayu yang terbelah menjadi dua.

"Jim, kau disana!" Perintah Taehyung yang dituruti secara malas oleh kembaran yang sayangnya lebih pendek darinya.

Jimin yang masih meratapi nasib ukiran kayunya mengayunkan raketnya malas, berakhir lemparan raket yang mengenai punggungnya akibat ulah Taehyung. "Sakit bodoh!" umpatnya.

"Nah sadar kau! Main yang benar! Bagus buat menambah tinggi tubuhmu!" balas Taehyung.

Jimin yang awalnya murung makn murung. "Sudahlah, aku tau aku pendek. Aku tidur saja" lanjutnya.

Nah kan, Taehyung jadi merasa bersalah. Heran, kenapa kembarannya murung sekali sekarang. Taehyung memilih melempar raketnya sembarangan, menuju kearah kamar Jungkook dan melihat dongsaeng nya itu bermain gitar bersama Uji. "Apa Jimin hamil?" gumamnya, menghasilkan suasana hening setelah Jungkook memainkan gitarnya.

"Lelaki tak punya rahim hyung. Aku tau kau bodoh, tapi tak mengira sebodoh ini" balas Jungkook.

"Ani- lihat saja dia, aneh sekali. Aku tadi mengatainya pendek dia tak marah. Ini mustahil mengingat dia selalu marah" jelas Taehyung.

"Benarkah? Jimin hyung tak marah kau mengatainya pendek? Kejadian langka! Aku harus mencobanya!" Seru Jungkook.

Lagi, Taehyung ditinggalkan sendirian setelah Jungkook memilih berlari dan menemui Jimin. Ia bahkan menatap Uji yang juga melihatnya seolah berucap 'Wah appa, sepertinya memang nasibmu selalu ditinggalkan. Lebih baik jangan cari istri' begitulah. Anak itu memiliki tatapan mata savage dari hyungnya yang kedua.

Berbeda dari para maknae. Kini Seokjin selaku hyung tertua geram sendiri karena tak mendapat ikan satupun dari kedalaman danau didepan rumah. "Hyung, sebenarnya apa yang kau lakukan??" Sahut Namjoon. Seokjin melirik adiknya itu tajam seolah bilang apa adiknya itu buta? Jelas-jelas ia tengah melukis masih bertanya.

"Ani, aku tau kau melukis, tapi apa yang kau lukis? Kenapa tak ada nilai seninya sama sekali?" lanjut Namjoon.

"Yak! Aku membuat lukisan agar keberuntunganku bertambah!" sahutnya.

"Woaaaaah hyung, lukisanmu seperti lukisanku waktu TK. Bagus sekali tak ada unsur seninya" sahut Hoseok yang baru datang entah darimana.

"Cih, aku memang tak pandai melukis bodoh!" ketusnya.

Hoseok hanya terkekeh mendengar jawaban dari hyungnya. Ia memilih ikut melukis disamping Namjoon, membuat pola hati dan- lukisannya abstrak. Well, dia memiliki jiwa seni yang cukup tinggi setelah Namjoon.

Yoongi yang melihat keheningan dirumah itu mulai merasa aneh. Apa ia sudah mati? Mana mungkin rumah yang dihuni para saudaranya menjadi sehening ini. Yeah, kecuali umpatan Jimin pada Jungkook tentunya. Baru juga berpikir positif, suara menggelegar Seokjin kembali terdengar.

"YAK!!! BERHENTI MENGOLOK LUKISANKU!!!"

Ah, mereka tengah melukis rupanya. Baru juga ia tinggal untuk buang hajat, mereka jadi pecinta seni- dia akan membatalkan ucapannya. Melihat karya Seokjin membuatnya berhenti untuk memuji.

"Aku akan ikut melukis" ucapnya. Mengambil kanvas paling besar yang tersedia dan mulai mengeluarkan cat berwarna kelabu.

2 jam berlalu. Jimin yang masih panas karena ejekan Jungkook memilih memukuli samsak yang ada dihalaman. Meninggalkan Jungkook yang kini tidur bersama Taehyung dan Uji- Tunggu, apa Uji ada bersama mereka?

Jimin berlari menuju kamar Jungkook, melihat kembaran dan adiknya tidur tanpa ada Uji disana. Kembali berlari mencari Uji kesegala penjuru dan tak menemukannya. Mendadak ia melihat kearah danau, menatap aliran air itu horor. "Wah, Uji tak mungkin kesana" gumamnya santai sebelum- WUUUSSHHH...

"UJI!! YAK KAU DIMANA!? HEI! APPA PUNYA PERMEN UNTUKMU!!" Teriaknya mencoba menarik perhatian anak kecil yang tengah hilang itu. "UJI!! KAU TAK DENGAR APPA MEMANGGIL EOH?? KAU JADI ANAK NAKAL SEKARANG?" Teriaknya lagi.

Jimin berlari kesana kemari, jujur saja merasa khawatir. Beruntung aliran air di danau itu tenang, tak ada riak sama sekali. Kalau pun Uji tenggelam, dia pasti mengambang. "Berhenti berpikir bodoh idiot!" ucapnya pada diri sendiri. "KIM UJI YANG CANTIK, KEMARI!!" Teriaknya lagi.

"Uji hilang?"

"ASTAGA DRAGON!!" Kaget Jimin melihat Yoongi dibelakangnya dengan wajah datar luar biasa.

"Aku habis melukis dan mengecat wajah Hoseok" balas Yoongi tak peduli jika Jimin tak bertanya apapun.

Jimin mengernyit mendengar ucapan Yoongi. Sebelum akhirnya hyungnya itu berlari cepat meninggalkannya. Disusul Hoseok dengan wajah penuh cat minyak berwarna abu-abu yang mengejar Yoongi. Dia paham sekarang, keluarganya tak normal.

"Appa!" pekik Uji dari jauh.

Jimin menoleh melihat Uji yang berlari dari dalam tenda milik Seokjin. Syukurlah anaknya itu baik-baik saja. Ia berjongkok ketika si manis berlari menuju kearahnya. Berakhir dengan memeluk dan menggendong Uji tinggi-tinggi.

"Kau tak mendengar appa memanggilmu ha?" Tanyanya gemas mencubit pelan pipi anak angkatnya.

"Ji! Ain aiy!" Seru Uji. Tentu Jimin paham, melihat selang air yang masih menyala. Pertanyaannya, bagaimana bisa tangan kecil tanpa tenaga itu membuka kran air?

1 detik

2 detik

3 detik

"Uji-ah, ayo sembunyi" ucapnya. Lanjut menggendong si kecil menuju kamarnya.

"Woah, lelah sekali aku setelah melukis. Dasar Hoseok, sok tau tentang seni padahal lukisan miliknya juga abstrak" ucap Seokjin berjalan menuju tenda miliknya.

Jimin masih berada dikamarnya. Bermain dengan Uji setelah mengunci pintunya. Bahkan sikecil dengan senang bergerak kesana kemari ketika sang hot appa itu menguncir rambutnya.

"YAAAAK!!! APA YANG KALIAN LAKUKAN DENGAN TENDAKU SIALAN!!! MENGAKU KALIAN PARA ANAK SETAN!!!"

"KEMARI KAU HYUNG!!! CAT DIWAJAHKU TAK BISA DIBERSIHKAN SIALAN!!"

"YAAAK!!! TAK ADA YANG MAU MENGAKU!? LIHAT SEMUA BAJUKU BASAH SEMUA!!!"

"ASTAGA HYUNG!! BERHENTI MERUSAK GENDANG TELINGAKU!!"

Begitulah keramaian di halaman. Jimin meringis pelan mendengar teriakan yang saling bersahutan. Memilih tak peduli dan melanjutkan untuk menguncir rambut si manis.

---To Be Continued---

Bentar, gue capek. Mata gue ngantuk juga. Intinya gue sayang kalian para readers meskipun gue selalu bilang Anjing ke kalian ya. Puppy kan lucu, kan kan kan😌

Jan marah kalau dipanggil anjing, soalnya mereka lucu.

See you next chap

Uri Baby [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang