👶 Uri Baby -26

320 44 3
                                    

Selalu seperti ini. Jimin akan melempar alarm seharga 10 juta miliknya dengan bantal. Dia pikir alarm ini murah!? Ia harus bekerja ekstra selama setahun hanya agar bisa membeli alarm dinakasnya saat ini.

"Sudah kubilang, berhenti memakai alarm itu atau rusak pada akhirnya!" Ketus Jimin berjalan menuju kamar mandi mendahuluinya.

"Uuuh sayang, kau tak apa kan? Dia jahat sekali membantingmu tiap pagi" ucapnya.

Taehyung meletakkan kembali alarm miliknya. Menendang emosi pintu kamar mandi tak peduli pada Jimin yang membentaknya dari dalam sana. "Kukunci juga baru tau rasa kau sialan! Kenapa pula aku harus selalu berada dalam satu ruangan bersamamu. Tak dirumah, tak diperut eomma, bosan aku melihatmu!" ketusnya.

Begitulah, setiap bertemu ia dan jimin akan selalu bertengkar. Meskipun pada akhirnya jika salah satu pergi, maka mereka akan saling mencari. Terkadang ia heran, mereka kembar tapi tak seperti anak kembar biasanya. Bukankah anak kembar selalu kompak? Kenapa mereka selalu bertengkar? Ia heran.

Namun ia sedikit bersyukur memiliki Jimin sebagai roommate nya. Ia punya teman bicara dan tak kesepian. Tau sendiri bagaimana keadaan keluarganya. Semua sibuk dengan urusan masing-masing. Seringkali bertindak acuh satu sama lain ketika berpapasan. Sudah mirip seperti orang asing.

Ia bosan hidup dengan keadaan rumah sepi seperti saat ini. Tak ada krbahagian atau cahaya dalam hidup mereka meakipun Hoseok sosok matahari. Namun kini meredup, karena mereka berjauhan, kehangatan tak terasa sama sekali.

"Cepat jalan bodoh! Kau menghalangi" ketus Jimin padanya. Sungguh mulut saudara kembarnya itu mirip sekali dengan Yoongi. Bahkan Jimin kini jadi lebih pemarah daripada Jimin yang dulu.

"Uuuh, aku ke kamar Jungkook saja" gumamnya.

Begitulah, kalau tidak Jimin, ia akan datang ketempat Jungkook. Tak peduli seberapa berantakan kamar adiknya itu. "Kook-ah, aku bosan" serunya.

"Ada tempat gym hyung" balas Jungkook masih bergelung manja dengan gulingnya.

"Aku benci olahraga"

"Pantas kau kurus kering mirip toge goreng"

Uh! Harus ia ingatkan jika seluruh keluarganya bermulut pedas, termasuk dirinya. Siapapun yang datang kerumahnya harus bermental baja tentu saja. Kalau tidak, ya satu- kena mental.

Hari-harinya dirumah terlewati tanpa ada sesuatu yang spesial. Hingga hari kedatangan iblis berkedok malaikat datang dengan digendong oleh hyung tertuanya. Ia senang, ia suka anak-anak. "Woaaaah hyung dia imut sekali!" serunya.

"Woaaaah hyung, ayo kita rawat!!"

"Wooaaaah hyung! Ayo kita beri nama!"

"Woaaaah-"

"Woaaaah hyung ayo kita sembelih untuk kurbanan! Berhenti berkata woah idiot!" sahut Yoongi menatap tajam dirinya.

Uh! Kena mental sudah dia. Sudah bagus Yoongi mengurung diri, kini mulut dengan pisau tajam didalamnya kembali keluar dari pengasingannya. Well, setidaknya kini ia kembali melihat para saudaranya verkumpul meskipun berdebat dengan Seokjin mengenai bayi yang diberi nama Uji oleh Hoseok.

Taehyung menyukai bayi itu sungguh. Mulai dari mata berkilauan yang terlihat jernih, pipi tembam dan hidung kecil yang menggemaskan, juga mulut kecil yang imut. Sungguh hanya orang bodoh yang membuang anak semenggemaskan ini.

Lihat! Bahkan sampai saat ini mata itu tetap menggemaskan menatapnya dengan tatapan bosan. Ia tahu jika Uji memang tak punya kegiatan khusus dengannya. Tapi entah kenapa bayi itu suka sekali melihat wajahnya. Well, bayi ini tau mana orang tampan rupanya.

Kegiatan khusus, seperti Seokjin yang selalu mengajak Uji memasak, Yoongi yang mengajak Uji membuat mainan, Hoseok yang memfoto Uji dan berusaha menjadikan anak itu model, Namjoon yang selalu membuat dan membacakan dongen, Jimin yang selalu mengajak Uji berjalan di taman atau mengajari sikecil berenang, juga Jungkook yang menyuruh Uji menendang perutnya.

"Ppa!" panggil Uji.

"Appa tau kau bosan, appa juga bosan" balasnya.

"Ji mayas"

"Appa juga malas..."

Ah, Taehyung baru sadar satu hal. Mereka berdua selalu bermalas-malasan bersama. Uji yang tidur tengkurap diatasnya dan juga dia yang tidur terlentang menatap langit-langit kamar. "Yasudah bermalas-malasan saja. Saat dewasa kau tak akan punya waktu bermalas-malasan seperti sekarang!" serunya.

"Appa! Cak boyeh mayas! Joon appa biyang, mayas icu enyakit!" balas sikecil.

"Ji-ah, malas bukan penyakit. Buktinya aku tak mati karena malas. Malas adalah kata pengganti untuk refreshing tanpa melakukan kegiatan. Artinya, kau bersantai dalam waktu yang lama"

"Oh, uhng? Appa benyal. Mayas-mayasan caja" balas sikecil setuju.

Taehyung tertawa. Anak kecil mudah di tipudaya. Lain kali ia akan meminta maaf pada Namjoon untuk pendidikan unfaedah yang ia berikan. Lagipula ia suka anak nakal, meskipun merepotkan tapi itu menggemaskan. Jika Uji nakal, ia yakin akan banyak memori menyenangkan yang bisa diingat.

Ia heran, para saudaranya mendidik Uji dengan begitu baik. Ia bahkan repot sendiri untuk mengubah pengetahuan anak yang kini berada diatasnya. Harusnya sejak awal ia mengajarkan banyak hal pada Uji. Meskipun ketika sikecil itu tengah berulah, ia yang dijadikan korban.

Hanya saja, rasanya menggemaskan ketika melihat anak kecil begitu jail padanya. Tentu Hoseok menolak keras karena hyungnya itu yang paling sering dijaili oleh Uji. Mulai dari sering mengompol ketika bersama Hoseok, selalu menjambak Hoseok, dan lainnya.

"Ji. Kau tau telur?" tanya Taehyung bosan.

"Teyul yan manya pa?" jawab Uji balik bertanya.

"Telur yang mana? Ya telur yang yang dikulkas, telur ayam. Memang telur ada berapa jenis!?" syoknya.

"Uhng, Imin appa biyang ceyul icu banyak. Ceyul ayam, ceyul pingu, dan ceyul appa imin uga!" balas Uji.

"Astaga!!! Apa yang Jimin ajarkan padamu!?" kagetnya. "Berhenti dekat dengannya" lanjutnya lagi.

"Yayu ceyul apa?" tanya Uji malas menanggapi appanya. Dari semua appanya, Tae appa adalah manusia paling tak jelas yang hidup dibumi. Unik, bagi orang yang memandang positif dirinya.

"Telur ayam. Ingat saat Jin appa membuat cookies dan memecahkan telur? Ingat saat kita melihat telur burung yang menetas dan keluar bayi burung?" tanya Taehyung yang diangguki Uji. "Kau tau maksudnya? Sesuatu yang dipecahkan dari luar hanya akan membawa kehancuran, sedangkan ketika pecah dari dalam, itu membawa kehidupan. Appa harap kau paham, jangan mendengarkan atau memperdulikan komentar apapun yang buruk tentangmu. Itu hanya akan membuatmu menyerah. Tetap pada jalan dan pendirianmu, appa yakin kau akan berhasil nantinya" jelasnya.

"Appa, pa appa bahajia?" tanya Uji melihat sang appa yang terlihat menutup mata sembari berbicara.

"Eoh, appa sangat bahagia. Terutama ketika ada dirimu di hidup appa. Kalau saja halaman kehidupan appa berakhir, bab bersamamu adalah yang menjadi favoritku. Appa menyayangimu tahu! Jadi jangan anggap appa ini aneh! Uji juga, berbahagialah selalu!" balas Taehyung menoel-noel pipi simanis diatasnya.

Taehyung tersenyum sendu, lagipula ini Minggu terakhir mereka bersama Uji. Ia hanya bisa memberikan nasihat pada anaknya itu. Tak peduli jika anak didepannya itu paham, ataupun tidak. Ia menyayanginya.

---To Be Continued---

Ah sumpah gue ngantuk. Jam tidur gue selalu gak teratur. Gue takut malam hari, jadi gue selalu nunggu ketiduran sendiri. Hp? Kadang gk gue charge. Sialnya kalau gue scroll tiktok terus ketiduran, pagi-pagi habis paket internet gue anjing!!!

Nasib emang.

Uri Baby [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang