38

109K 3K 74
                                    

38

Steven memandang bingkisan di atas mejanya dengan kening berkerut. Bingkisan itu tertuju untuk dirinya dan Dina.

Steven menyobek kertas kado yang membungkus bingkisan tadi. Seketika jantungnya berdegup kencang. Bingkisan itu ternyata berisi sebuah foto sepuluh inch yang sudah dibingkai.

Suara pintu terbuka membuat Steven gelagapan. Ia berniat membuang foto tersebut ke tong sampah, tapi ia melihat Dina sedang melangkah menujunya. Secepat kilat Steven memasukkan foto itu ke dalam laci meja.

"Ada apa? Kenapa wajahmu pucat?" tanya Dina heran.

Steven tersenyum mesra. Berusaha menutupi kegugupannya. "Tidak ada apa-apa, Sayang. Sudah selesai?"

"Sudah." Dina menyerahkan satu berkas kepada Steven.

"Terima kasih, Sayang. Omong-omong, bagaimana kalau kita pergi makan nasi ayam?"

Dina melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. "Baru pukul sebelas, Steve."

Dina mendekati Steven dan dengan manja duduk di pangkuannya.

Dada Steven berdebar tak menentu. Ia takut kalau Dina tiba-tiba membuka lacinya sebelum ia sempat mengungsikan foto tersebut.

Steven memeluk Dina dan mencium bibirnya, memagut dengan mesra. Dina membalas ciumannya tak kalah panas. Sekarang Dina memang sudah tidak malu-malu lagi bila berciuman dengannya.

Lama mereka berpelukan dan berciuman, sampai akhirnya Dina menarik diri dan tersenyum dengan wajah memerah.

Steven senang melihat wajah yang merona malu itu. Tangannya bergerak, menyentuh dada Dina dengan lembut.

"Eits... katanya mau makan siang." Dina menahan tangan Steven.

Steven tertawa lebar. Dina memang bukan gadis sembarangan. Sudah menjadi tunangannya pun, Steven tidak pernah bisa bertindak lebih panas. Namun Steven tidak ingin memaksa. Ia justru bangga kekasihnya ingin mempertahankan keperawanannya hingga malam pengantin mereka.

Steven kembali meraih Dina dan menciumnya dengan ciuman yang jauh lebih liar. Tangannya juga bergerilya, tapi kali ini Dina tidak mencegahnya. Napas keduanya memburu. Lidah saling menggoda.

Lama kemudian, Dina menarik diri. Steven tersenyum melihat pakaian Dina yang sudah berantakan oleh ulahnya.

"Kau nakal..." bisik Dina sambil membelai bibir Steven dengan jemarinya.

Steven menggigit kecil jari Dina. Spontan Dina menarik tangannya dengan wajah merona. Tawa kecil keluar dari bibir seksinya.

Dengan gemas Steven kembali akan mencium Dina, tapi gadis itu menolak.

"Sudah, ayo, makan siang," kata Dina sambil turun dari pangkuan Steven dan merapikan blus dan roknya yang sudah kusut.

Steven tersenyum. Dina memang sangat lihai menggodanya. Dengan menekan gairah yang masih membara, akhirnya Steven mengajak Dina makan siang di tempat favorit mereka.

***

Evathink
IG : evathink

Ebook versi tamat tersedia di GOOGLE PLAY BUKU & LONTARA APP(unduh aplikasi di google play)

Untuk versi buku cetak, bisa diorder pada Evathink, WA 08125517788, READY STOCK! (Pengiriman dari Surabaya, bisa via JNE, J&T, Pos, dll
*GRATIS ONGKIR!)

*untuk yang membeli ebook di playbuku menggunakan pulsa, pastikan pulsa kalian lebih banyak 15% dari harga buku, ya. Karena pulsa dikenakan pajak.

Menjadi Kekasih Bos [tamat-part lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang