55

34.9K 1.6K 76
                                    

Teman2,
Novel karya2 saya tersedia versi buku cetak dan ebook.

Buku cetak READY STOCK, bisa diorder pada saya, WA 08125517788

Untuk ebook, tersedia di aplikasi berikut (unduh aplikasinya di playstore):

> Karya Karsa
> Play Buku
> Lontara

* khusus di karya karsa harganya lebih murah

*semua cerita terbaru saya hanya tersedia di Lontara (cara belinya pergi ke profile dan topup saldo lontara, buat temen2 yang gak bisa top up, boleh hub aku di wa 08125517788, nanti aku bantukan topup)

Cerita dilanjutkan di Wattpad sampai TAMAT!

55

Beberapa jam kemudian, Steven akan mengantar Dina pulang. Mereka baru saja tiba di lobi hotel ketika seorang wanita muda hamil, memasuki hotel.

"Steven," panggil wanita itu.

Steven dan Dina sontak berhenti. Steven mengerut kening, ia tidak mengenal wanita itu.

"Steve, kenapa tidak pernah pulang ke rumah kita? Kau tahu, aku dan anak kita sangat merindukanmu," kata wanita itu sambil mengusap perutnya.

Wajah Steven langsung memucat, begitu juga Dina.

"Dan dia siapa?" lanjut wanita itu lagi sambil melirik Dina.

Wajah Dina yang tadi pucat langsung memerah karena marah. Ia segera melanjutkan langkah, siap pergi.

"Dina!" Steven meraih pergelangan Dina. "Jangan pergi."

"Steven? Malam ini aku ingin tidur denganmu, di suite penthouse-mu. Aku dan bayi kita membutuhkanmu," kata si wanita sambil terus mengelus perutnya, tampak tak acuh pada ekspresi terluka Dina.

"Apa-apaan ini, Nyonya?" bentak Steven marah pada si wanita. "Aku tak mengenalmu sama sekali, bagaimana mungkin itu anakku? Jaga omonganmu!"

Air mata Dina menetes. Steven benar-benar merasa kesal. Kali ini ulah siapa lagi yang berusaha memisahkannya dan Dina?

"Tidak kenal?" tanya wanita itu marah. "Kalau tidak kenal, tidak mungkin aku bisa hamil anakmu!" tukasnya dengan nada tinggi. "Sudah tiga bulan ini kau tidak mendatangiku, aku sangat rindu bercinta denganmu, Sayang," suaranya melunak.

Wajah Steven merah padam. Berani-beraninya wanita itu memfitnahnya! Ia melirik Dina. Melihat air mata tunganngannya yang terus menetes, Steven yakin, Dina seratus persen percaya omongan wanita hamil itu.

"Anda jangan memfitnah saya, Nyonya! Sebaiknya Anda keluar atau saya panggilkan sekuriti!" Amarah Steven sudah benar-benar memuncak.

Dina menyentak pergelangannya sehingga cekalan Steven terlepas. Ia baru akan beranjak pergi saat Steven kembali meraih tangannya, mencekal erat-erat.

"Kau tega membuangku dan anakmu demi wanita simpananmu ini?" teriak si wanita.

Beberapa staf Steven dan para tamu hotel yang ada di lobi memandang mereka penuh ingin tahu. Wajah Steven terbakar oleh rasa malu lelucon tak lucu wanita itu, sekaligus amarah.

"Sekuriti!"

Sekuriti yang sejak tadi siaga menunggu perintah sang bos, datang mendekat.

"Urus dia!" desis Steven geram.

Tanpa menunggu melihat wanita itu pergi, Steven menarik Dina kembali ke kamar suite penthouse-nya.

Dina menolak, berusaha menyentak tangannya dan meronta sehingga Steven terpaksa membopongnya tanpa memedulikan teriak protes Dina atau tatapan para tamu dan stafnya.

Beberapa saat kemudian mereka tiba di suite penthouse-nya. Steven mendudukkan Dina di sofa. Gadis itu masih terus menangis dan terisak. Hati Steven sakit melihat air mata membasahi pipi semulus kelopak bunga gardenia itu.

Steven berlutut di kaki Dina, ia meraih kedua tangan gadis itu.

"Tatap aku, Dina," pinta Steven dengan suara selembut mungkin padahal amarah dan frustrasi siap meledakkan dirinya.

Dina bergeming.

Steven menangkup kedua pipi tunangannya dan memaksa Dina menatapnya. Mata mereka beradu.

"Aku tidak minta apa-apa darimu, selain kepercayaanmu." Steven menghela napas dalam-dalam dan mengembusnya pelan-pelan. "Tanpa itu, hubungan kita tidak mungkin bisa bertahan." Steven mengelus lemput pipi Dina, menghapus air mata yang menodai wajah cantik itu. "Aku tidak kenal wanita itu, apalagi sampai menghamilinya."

Dina masih membisu dengan mata menatap Steven seolah mencari kejujuran.

"Aku sudah putus dengan Clara lima tahun lalu, dan sejak itu, aku tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita mana pun, sampai aku bertemu denganmu."

Air mata Dina terus menetes, tapi Steven yakin kali ini bukan karena kekasihnya itu marah atau sakit hati.

"Steve... aku... aku minta maaf..." ucap Dina terbata.

Steven tersenyum lembut. Jemarinya bergerak mengusap air mata Dina. "Ssst... tidak apa-apa, Sayang. Aku yakin ada seseorang yang ingin menghancurkan hubungan kita. Aku belum tahu siapa. Tapi satu hal yang aku minta darimu, kepercayaanmu. Itulah yang terpenting yang akan menguatkan cinta kita."

Dina mengangguk dengan air mata berlinang. Steven bangkit, duduk di sisi Dina dan menarik kekasihnya ke dalam pelukan.

"Aku mencintaimu, Dina. Hanya kau, sekarang dan selamanya."

"Aku juga mencintaimu, Steven. Maafkan aku."

Steven mengangguk dan mengecup puncak kepala Dina dengan perasaan lega dan bahagia.

***

Temen2
Cek play buku kalian ya
Ada promo dari Google
Dapet voucher Rp. 40.000
Lumayan buat beli ebook karya Evathink

Btw, voucher ini hanya berlaku untuk pengguna baru/gmail baru di PLAY BUKU
*catat ya kawan2, voucher hanya didapat pengguna baru alias email(gmail) baru, dan hanya di app PLAY BUKU. Voucher tidak ada jika kalian beli lewat PLAY STORE

Ebook bisa dibeli pake GOPAY, pulsa, or CC DC

Ebook bisa dibeli pake GOPAY, pulsa, or CC DC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menjadi Kekasih Bos [tamat-part lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang