PROLOG

11.1K 301 2
                                    

Hei hei hei....komen di bukuku GEJOLAK GAIRAH TUAN MUDA. Gratis di fizzo. Seruuu Tom n jerry Jordan & Disa... Big love buat kalian ❤️❤️❤️😘😘😘



Lorong lobi hotel masih terlihat lengang. Tidak ada satu pun bayangan berkelebat. Seorang gadis yang sudah dalam pengaruh minuman keras tampak berjalan sempoyongan. Sesekali tubuhnya goyah, namun dengan sekuat tenaga ia kembali menyeimbangkan diri.

BUKK. "Ough." Pekiknya. Gadis itu memegangi kepalanya yang terbentur oleh benda lunak tapi cukup padat dan kekar. "Sakit." Keluhnya.

Pengaruh alkohol itu sudah berhasil membuat pandanganyan buram. Bahkan ia tidak mengenali wajah pemilik tubuh tinggi dan tegap itu. "Hehehe, Ernest! Si bajingan, ternyata kamu masih juga mengikutiku." Racaunya, terkekeh seperti orang gila.

Seulas senyum menyungging di ujung bibir lelaki itu. "Hm, tampaknya aku akan bersenang-senang malam ini." Ucap pemilik suara bariton itu, "Hm, cantik juga, suaramu seksi dan wajahmu lumayan." Puji lelaki itu.

Hari itu Annora baru saja diputuskan oleh Ernest, membuat gadis itu terpukul dan membenamkan diri pada alkohol. Namun kini keteledorannya membawanya pada sebuah peristiwa naas di luar dugaan. Hm, katakanlah demikian.

Helian Andreas merebahkan tubuh Annora. Gerutuan demi gerutuan terucap dari bibir mungilnya, "Panas ... ah... panas." Selalu itu yang diucapkannya. Lelaki itu mengulas senyum dan sudah mulai melucuti pakaian Annora dan juga pakaiannya sendiri. "Sebentar lagi kau tidak akan kepanasan, gadis. Aku akan membuatmu nyaman." Helian bermonolog sendiri.

Matanya mulai menikamati tubuh polos bebas hambatan itu. Tangannya kini mulai berpelesir pada setiap lapisan kulit putih Annora. Mendengar gadis itu semakin mendesah, kelaki-lakian Helian mulai menyeruak, ia kini semakin tidak bisa mengendalikan keinginan biologisnya.

"Ernest, bajingan kau! Aduh, sakit Ernest! Apa yang kau lakukan padaku." Racauan Annora ketika Helian Andreas sudah mulai menggila di atas tubuhnya, perlahan merobek selaput daranya hingga memberi bekas cairan merah pada 'pusaka' Helian Andreas, "Hm, ternyata kamu masih perawan ... menyenangkan." Gumam Helian Andreas.

Lelaki itu merasa semakin menikmati permainannya. Apalagi setelah mengetahui bahwa gadis yang kini berada di bawahnya dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan itu, masih perawan.

"Sudah, sudah, hentikan Ernest." Teriak Annora yang terus menahan kekuatan lelaki di atas tubuhnya itu. "Aku bukan Ernest, gadis. Aku Andreas, ingatlah namaku ini, aku Andreas." Ucapnya, menyamarkan nama aslinya, di sela tempo gerakannya yang semakin cepat.

Desahan dan jeritan kenikmatan terlontar silih berganti dari mulut Annora. Suaranya yang seksi dan lembut, semakin membuat Helian Andreas menggila, "Sial, aku semakin menyukai gadis ini, aku semakin menikmatinya." Monolog Helian.

Semakin lama, Helian semakin menggila, dan perbuatannya ia lakukan berulang kali, membuat Annora benar-benar kehabisan tenaga, dan menyerah. Derai butiran hujan di tengah malam yang semakin pekat, semakin menambah sensasi yang dirasakan oleh keduanya. Seakan terhiponotis oleh desahan Helian, Annora kini perlahan semakin melunak dan bahkan berusaha mengimbangi Helian.

Merasakan mendapat balasan dari Annora, lelaki itu semakin bersemangat dan menggila, "Jangan berhenti, Andreas." Lirihnya. "Apakah kau mulai menyukaiku, gadis?" Helian melontarkan sebuah kalimat pertanyaan di tengah desahan mereka yang saling bersambut. Ada rasa bangga dalam hati lelaki dingin itu ketika mulut kecil Annora menyebut namanya. "Hm, aku menyukainya ... sangat menyukainya ... lakukan sekali lagi." Kini sebuah kalimat permintaan yang datang dari mulut Annora, entah dia sadari atau tidak.

Rasa kecewa karena diputuskan sang pacar kini membuat Annora tenggelam dalam gelora asmara semalam bersama lelaki asing yang entah tidak diketahui asal usulnya itu.

Malam terus beranjak, meminta hujan berhenti, dan berganti dengan sang surya. Fari, sahabat Annora, terkejut ketika gadis itu terbangun dan belum juga menemukan tubuh sahabatnya di sisi tempat tidur, "Hm, nyasar kemana lagi, tuh, anak?" gerutunya mengangkat tubuh malasnya. "Hari ini aku mesti cepat-cepat berangkat ke kantor." Guman Fari sembari berjalan menuju kamar mandi.

Di tempat lain, kamar berukuruan luas dengan desain interior Eropa itu, dikejutkan dengan suara jeritan kecil dari seorang gadis. Gadis yang duduk di balik tumpukan selimut tebal. "Aaaa, ya Tuhan, apa yang kulakukan? Apa yang terjadi padaku? Bajuku? Oh tidak! Aku kenapa? Aaaahh, kenapa aku bisa lalai begini. Matilah aku!" sekali lagi Annora meracau, merutuki dirinya yang sudah tidak perawan lagi. Mahkota yang ia pertahankan selama bertahun-tahun kini terenggut oleh lelaki yang tidak jelas.

Benar, Annora hanya menemukan secarik lembaran cek kosong, yang sudah dibubuhi tanda tangan. Berikut sebuah catatan kecil yang ditinggalkan oleh sang empunya.

Permainan ranjangmu sangat bagus. Aku suka itu. isilah cek ini sesuai keinginanmu. Biasanya aku selalu menuliskan sejumlah bayaran pada teman ranjangku. Tapi untukmu special, karena pertama, kau masih perawan, dan kedua, suaramu seksi, aku menyukainya, dan sangat menyukainya. Salam perkenalan dariku. TEMAN RANJANGMU.

Annora Exelino, seorang Nona Muda dari keluarga Bryan Exelino, sebuah pemilik perusahaan property terkemuka benama Star Group. Setelah mengetahui perselingkuhan Ernest dengan rivalnya, Helena. Annora merasa hancur dan sangat membenci Ernest, lelaki hidung belang itu. Namun ia tidak menyangka kecerobohannya kini malah semakin membuatnya hancur, ia kehilangan keperawanannya dan sebentar lagi akan menghacurkan nama baik keluarga besarnya.

"Selamat pagi." Sapanya ketika sepatu Highheelnya terdengar di lantai empat gedung perusahaan miliknya. Annora memang sangat dihormati oleh semua karyawan dan stafnya. Keramah tamahan dan rendah hatinya membuat mereka merasa nyaman bekerja di tempat Annora.

"Pagi, Nona Annora. Ini ada dokumen kerja sama dari PT. Baleza. Beliau meminta desain perhiasan yang sudah anda perlihatkan pada keluarga kerjaan Britani beberapa bulan lalu, mereka tertarik dan ingin membeli desain anda untuk dimodifikasi pada rancangan gaun mereka." Jelas Rista, salah satu manager marketing Star Group, bidang penyedia perhiasan.

"Oh, mari saya periksa dulu." Ucapnya seraya menyandarkan tubuh lelahnya di kursi putar Ceo." Setelah tidak mendapat perintah lagi, Rista akhirnya keluar. Saat wanita itu melewati pintu ruang Ceo, Fari, sahabat sekaligus sekretaris Annora datang dengan wajah kesalnya.

"Kamu, kemana semalam, neng?kayak kuntilanak saja, tiba-tiba hilang gitu." Rocehnya mengambil tempat duduk di depan Annora yang masih menutupi wajahnya dengan map dokumen yang barus aja diserahkan Rista. "Nggak kemana- mana, kamu saja yang nyarinya pakai mata buta. Kalau nyari itu matanya melek, bukan merem." Ketusnya menutupi apa yang terjadi padanya semalam. Tidur seranjang dengan pria asing, ya Tuhan, Annora benar-benar sudah tidak waras.

"Gila, aku nggak nyangka kalau si tua Bangka itu,licik , Ra." Fari mengalihkan percakapan mengingat pertemuan mereka semalam dengan klien, hingga membuat Annora terjebak pada percintaan semalamnya.

Annora menghempaskan dokumen itu ke atas meja, membuat sebuah suara yang keras. Meski tidak terlalu keras tapi cukup membuat Fari terperanjat dan ketakutan melihat tatapan bengis Annora, "Aku, kan, udah bilang sama kamu, jangan percaya sama pak Santoso. Tapi kamu saja yang kekeh ketemu, tuh, orang. Kalau saja aku nggak pintar cari alasan buat kabur, kita berdua mungin udah jadi santapan pak Santoso." Omel Annora.

Fari merasa sangat bersalah, gadis itu memilih diam dan menunduk mengingat bagaimana ia mendesak Annora untuk menemui pak Santoso klien mereka. Namun malah Annora bermonolog dalam hatinya sendiri, "Dan aku malah kabur ke ranjang orang lain." Suara hati nnora. "Dah aku mau pulang, tidur. Badanku remuk semua kayaknya. kamu reschedule jadwalku, ya." Pintanya lagi. Terang saja badan Annora terasa remuk, sebab semalam ia sudah dihajar habis-habisan oleh pria asing yang tidak tahu keberadaannya sekarang.

Kening Fari mengerut, namun Annora tetap saja berjalan melewati gadis itu. Tidak ingin mendapat ketusan lagi dari Annora, Fari memilih diam dan menuruti perintah sahabatnya itu.

Teman Ranjang Tuan MudaWhere stories live. Discover now