RAHASIA BRYAN

3.5K 228 1
                                    

Bryan, lelaki mapan dan sukses. Karirnya membangun bisnis Star Group sudah tidak diragukan lagi. namun bagaimanapun suksesnya ia, dia tidak bisa menandingi sepak terjang keluarga Andreas dalam pertarungan bisnisnya. Terbukti keduanya kini menjadi rival dalam dunia bisnis mereka. Helian tidak begitu menyukai lelaki itu karena kebiasaannya yang sudah berganti pasangan dan kini tanpa sepengetahuan Annora, putrinya, ia sedang menjalin hubungan dengan sahabatnya sendiri yaitu Fari. “Bryan, bagaimana jika Annora mengetahui hubungan kita ini?” tanyanya pada suatu malam, saat Bryan menghabiskan waktu di kediaman Fari.

“Kamu tenang saja, dengan memberi dia satu anak perusahaan Star Group, aku akan mengalihkan perhatiannya. Kamu sebagai sahabatnya, jalankan saja tugasmu sebagai sahabat. Fari, aku sangat tergila-gila kepadamu, sejak kudengar kau bersahabat dengan putriku, aku ingin memilikimu.”

“Benarkah itu, Bryan …”

Lelaki penuh nafsu itu seketika menggiring Fari, gadis lugu yang terjerat dalam cinta gila lelaki berumur. Entah apa yang membuat Fari, gadis yang berusia dua puluh tahun itu, percaya begitu saja pada lelaki berumur empat puluh tahun, bahkan sudah tidak muda lagi.

Sangat jauh bebeda dengan Helian yang terpaut lima tahun lebih muda darinya, “Menjijikkan.” Sinisnya ketika memergoki Bryan dengan wanita lain.

Sejak hubungan Fari dan Bryan berlanjut, gadis itu melakoni dua perannya dengan sangat bak yaitu menjadi sahabat sekaligus simpanan ayah dari sahabatnya.

Malam ini, Bryan untuk pertama kalinya kembali ke kediaman keluarganya. Raut beringas sudah memasang di wajah lelaki berbadan gemuk itu. sejak Annora mengelola salah satu anak perusahaannya dan perselingkuhannya dengan Fari, baik Annora maupun Bryan sangat jarang bertemu dalam satu meja makan. Seakan tidak memperdulikan nasib putrinya. Lelaki itu bahkan tidak pernah pulang. Namun kali ini berita yang disampaikan Fari kepadanya telah menuntun lelaki itu untuk menapaki lantai rumah besarnya.

“Dasar anak tidak tahu diri! Anak siapa yang kau kandung itu?!” hentaknya menyeret tubuh Annora dan menghempaskannya dengan kasar ke sofa ruang keluarga. Suara Bryan sudah menguap tinggi. Bahkan membangunkan seisi komplek perumahan itu. Suara isakan kembali pecah pada wajah Annora, “Ayah, aku tidak tahu, sungguh, aku tidak tahu.”

“Bagaimana kamu bisa hamil jika kamu tidak mengenali lelaki yang sudah menidurimu! Gugurkan anak itu!” hardiknya melemparkan berlembar-lembar uang ke tubuh Annora.

“Tidak, Pi. Aku tidak akan menggugurkannya, aku akan melahirkannya. Anak ini bukan anak haram, dia punya ayah.”

“Punya ayah? Di mana ayahnya?! Siapa ayahnya?! Cepat katakan!” Bryan terus menerus mendesak Annora, menghentak bahkan menunjuk-nunjuk jidat Annora dengan hina. Kalimat-kalimat sarkas dan hina terlontar dari mulut lelaki itu.

Bahkan saat ia pertama kali bertemu dengan putrinya itu, bukan tatapan hangat penuh kerinduan seorang ayah, melainkan tatapan hina, jijik, dan murka yang diberikan kepada Annora. Lebih sial lagi, Annora tidak memiliki jawaban tepat untuk pertanyaan ayahnya itu. yang ia tahu bahwa kini ia adalah istri seseorang yang bahkan nama suaminya tidak ia ketahui. Karena gambar media yang diterima hanyalah sampul atas namanya dengan mensensor nama pasangannya.

Dunia tenang Annora hancur seketika. Berkeping, remuk, tak bersisa. Sayatan perih sembilu, menyerang uluh hatinya bertubi-tubi. Air mata, hanya itu jawaban atas semua keganjilan yang di alami. “Pelayan! Bawa semua barang-barang miliknya, usir perempuan hina ini. Aku malu menyebutmu anak. Dasar pencoreng nama keluarga.” Ucapnya.

Annora beringsut memegangi lutut sang ayah. Mengemis belas kasih lelaki yang sudah berjasa membesarkannya itu. “Ayah, aku minta maaf, aku akan melakukan apapun, tapi jangan suruh aku menggugurkan bayi tidak berdosa ini.”

“Ya. Bayi itu tidak berdosa, karena itu, dia harus menebus dosa orang tuannya, gugurkan!” amarah Bryan semakin menggila, ia pun melanjutkan kalimatnya, “Kematiannya akan lebih baik dari pada kelahirannya.”

Bryan meninggalkan tubuh Annora yang meringkuk lemah. Gadis itu terus saja menangis meratapi apa yang dialami saat ini. Ia termenung, berdiri membawa koper berisi beberapa pakaiannya. Namun belum sampai tubuhnya melewati pintu rumah itu suara Bryan kembali terdengar menderu, “Aku sudah membekukan kartu kredit dan debitmu, aku mengeluarkanmu dari ahli warisku. Jadi mulai sekarang kau hanyalah gembel dan bukan siapa-siapaku lagi.”

Hati Annora semakin remuk. Sebuah hubungan darah yang sangat kental kini terputus begitu saja. Kalimat yang tidak seharusnya ia dengar dari kerabatnya sendiri. Ratapan pilu itu semakin terlihat jelas ketika butiran bening itu kembali menyapa pipi cantiknya. Ironis, setelah sekian lama ia tidak pernah bertemu ayahnya, merasakan kasih sayang yang didambakan selama ini, kini justru kalimat terbuang yang ia terima hanya karena kesalahan kecil yang sama sekali tidak ia ketahui dan inginkan.

Seringai melukis di wajahnya. Kaki lemahnya terus berjalan menelusuri jalanan sepi kompleks perumahan besar itu. Ia berbalik sejenak, menatap istana megah yang sudah dibangunkan oleh kedua orang tuanya. Masih membekas dalam lembaran ingatan Annora kalimat hangat yang dilontarkan kedua orang tuanya tatkala itu, “Inilah istana kita sayang. Kau dan ibumu tidak boleh meninggalkan tempat ini. Karena di sinilah kaluarga bahagia kita akan bermula. Kau satu-satunya Nona Muda kami, sayangku.” Kalimat terindah yang pernah diucapkan Bryan untukknya.

Jarak beberapa radius dari tubuh Annora, pada sebuah bilik kendaraan, ada seseorang yang sedang mengamatinya dari kejauhan. Benar, itu adalah Helian, yang mendapat laporan beberapa menit lalu dari mata-matanya tentang keadaan Annora, “Tuan, Nona muda mengalami masalah, ia dibuang oleh keluarganya dan memintanya untuk menggugurkan kandungannya, tetapi Nona menolak.”

Hanya dengan sepenggal kalimat itu, darah Helian seketika mendidih. Rasa murka kini semakin menimbun dalam pikirannya kepada Bryan.

“Tuan Muda, kenapa kita tidak menolong Nona? Dia diusir oleh keluarganya, dan sekarang, Nona akan tinggal di mana?” Zec membuka suaranya, melihat gadis kesayangan Tuannya itu sedang dirundung masalah akibat perbuatan Tuannya.

“Ya, kau benar Zec. Tapi tidak dengan membawanya ke tempatku. Aku akan datang setelah ia melahirkan anakku. Sekarang aku akan membantunya membuka matanya terlebih dahulu. Aku hanya akan memberinya sebuah belati, sisanya, itu keputusan Annora.”

Zec merengut heran. Sejenak ia berpikir apa makna yang tersirat dari kalimat lelaki itu. Ia pun memilih menunggu dan memandangi drama sedih nona mudanya itu. Sementara di kursi penumpang, Helian sedang mengirimkan sebuah notifikasi pesan ke ponsel Annora.

Anda : Datanglah ke rumah Fari, kamu akan tahu sesuatu di sana. Diamlah, jangan bercerita apa-apa, katakan saja jika ayahmu mengusirmu.

Tak berselang lama sebuah balasan tiba di layar ponsel Helian,

Gadisku : Apakah kau melihatku?

Anda : Hm, aku bahkan tahu kalau kau mengenakan baju yang kuberikan padamu. Read.

Annora terkejut. Ia menghentikan langkah kakinya. Sejenak ia mengamati tubuhnya yang memang benar sedang mengenakan dres yang diberikan Helian ketika ia bercinta di dalam mobil.

Gadis itu mengedarkan pandangannya lagi. Mencoba menemukan sebuah bayangan benda di sekitarnya, tapi sayang, beberapa menit lalu, mobil Helian sudah meninggalkan tempat. Ia kecewa tetapi juga bahagia, karena setidaknya, meskipun tak berwujud, perasaan peduli dari ayah cabang bayi yang dikandungnya dapat ia rasakan. “Aku tidak sendiri.” Gumamnya.

Teman Ranjang Tuan MudaWhere stories live. Discover now