HARI PENUH KEJUTAN

4.4K 258 0
                                    

Matahari tampaknya sangat bersahabat, musisi alam sudah menyanyi, mengantarkan jiwa Helian dan Annora ada setumpuk aktivitas yang padatnya sudah tidak bisa dibayangkan lagi. Annora yang sibuk dengan desain perhiasannya, Helian dengan projek Atlantis.

“Tuan Muda, ini dari Nyonya besar.” Kata Zec, saat menyerahkan ponsel pada Helian.

“Ya, Momm.”

“Sayang, Juliana sudah tiba di kediaman mu, sambutlah dia.”

“Momm, aku sudah katakana, aku tidak mau lagi. dan perlu Mommy tahu, aku sudah mendapatkan wanita yang kuinginkan, dan akan segera melahirkan anak untukku. Tunggulah, bersabarlah.”

“Tapi, dia sudah di sana, temuilah dia sebentar, jika kamu tidak suka, itu terserah kamu.”

Helian sangat malas berdebat hari itu, ia pun menutup sambungannya dan kembali pada rencana semula. Zec yang sudah mendapat perintah membuat akta nikah beberapa jam lalu, kini telah kembali dengan dua kartu itu. Difotonya kartu tersebut kemudian mengirimkannya pada Maria. Dalam pesannya kepada sang ibu, Helian sudah menceritakan bagiamana hubungan dia dan wanitanya.

Tidak banyak berkomentar, Maria hanya tersenyum lega dan percaya begitu saja dengan penjelasan putranya, “Semoga saja kali ini, kau benar-benar mendapatkannya.” Tak berselang sebuah notifikasi masuk lagi, ada foto Annora di sana, ‘Inilah dia wanitaku, Momm.’ Isi pesan tersebut.

Di tempat lain, ada Ernest dan Helena yang sengaja berkunjung ke toko showroom perhiasan Star Accessories. Disengaja, karena memang Helena dan Ernest ingin memamerkan kebersamaan mereka di depan Annora.

“Apakah kalian kemari hanya untuk membuat pelangganku kabur?” suara Annora menginterupsi ketika menyaksikan kedua orang itu membuat keributan di tokonya. Helena menatap sinis dengan senyum penuh kemenangnan.

“Lihatlah sayang, aku tidak tahu, kenapa kau bisa memacari wanita kuno seperti dia.”

“Ah, sudahlah , Helena. Aku menyesal. Dan lagi pula sekarang aku sudah bebas darinya, hai Exelino, apa kabarmu?” sapaan Ernest yang terdengar asing saat menyebut nama belakang keluarga Annora. Sesaat gadis itu bepikir, kemanakah kemesraan yang beberapa waktu lalu ia habiskan bersama Ernest, dan panggilan ‘sayang’ itu kini berubah menjadi sebutan keluarganya ‘Exelino’ ironis.

“Aku baik-baik saja, Ernest. Bahkan sangat baik.” Jawabnya dengan melayangkan senyum yang ia paksakan. Fari yang sudah memasang wajah tak sukanya, kini berjalan maju melayani keduanya, “Silahkan, Nona Helena dan Tuan Ernest, pintu toko kami ada di sebelah sana, jika anda sudah puas memamerkan kemesraan anda, sebaiknya anda meninggalkan tempat ini, karena staf saya akan segera melakukan penyemprotan anti bakteri, ruangan kami ini harus steril dari virus.” Sindirnya.

Saat itu juga raut ekspresi Helena dan Ernest berubah masam mendengar sindiran dari Fari. Dengan perasaan gerah, Ernest menyeret tubuh Helena untuk meninggalkan tempat Annora. Namun tidak lama, Helena kembali dan menunjuk-nunjuk pada Annora, “ Aku akan mengalahkanmu di kontes berlian nanti malam, dan akan mempermalukanmu, Annora.” Ancamnya. Hush … Hush … Hussh … suara usiran Fari yang mengibaskan kedua tangannya seperti mengusir anak itik.

Para staf yang lain hanya terkekeh geli melihat lelucon Fari. Annora menghela napas dalam. Pikirannya menerawang pada pemilik cincin yang tersemat di jari manisnya, “Maafkan aku Teman Ranjangku, aku bahkan tidak bisa memamerkanmu di depan Ernest, dan memperkenalkanmu sebagai pemilikku.” Gumamnya dengan suara yang hanya didengar olehnya.

Semenit dari kalimat gumam Annora sebuah notifikasi, masuk ke ponsel Annora. Mata wanita itu melebar sangat sempurna seperti bulan purnama tanpa garis. Sebuah pesan media berisi dua kartu nikah atas namanya sendiri berikut pasangannya, sayangnya nama pasangannya itu sudah disensor.

Belum lagi dia keluar dari terkejutnya, sebuah telpon berdering. Ia segera mengambil tempat ke luar untuk menghindari jika ada yang mendengar perbincangannya, “Halo.” Sapanya.

“Apa kau menyukai kejutanku?” suara lelaki yang terdengar sangat bahagia. Sementara Annora masih dengan raut kesalnya. Ya Tuhan, sungguh sial nasibnya bertemu lelaki aneh seperti itu.

“Suka kepalamu! Apa-apaan kamu ini, Teman Ranjangku? Aku benci dengan pengecut sepertimu.” Timpalnya penuh amarah.

“Hahahaha, tenanglah, sekarang kau sudah menjadi istri resmiku, jadi jangan pernah berpikir untuk mendekati lelaki lain. Oh, ya, aku dengar malam ini kamu akan hadir di acara perjamuan bisnis Glory Pearl Ratu Kerajaan. Kita akan bertemu di sana, di ruanganmu aku sudah menyiapkan gaunmu, kenakan itu. Kau akan terlihat paling cantik di pesta nanti. Dan … tampaknya kita harus merayakan pernikahan kita ini, sayang.”

“Tutup mulutmu, Tuan Teman Ranjang. Aku dan kamu tidak akan pernah terjadi apa-apa lagi. Dan satu hal lagi, aku tidak akan mengenakan gaun gila yang kau berikan itu.”

Annora beranjak masuk, ia sangat ingin tahu apa yang dikatakan lelaki lewat telponannya itu adalah benar. Fari keluar dengan wajah paniknya membuat Annora merengut heran melihat tampang wanita itu, “ Ada apa dengan wajahmu, Fari?”

Mulut Fari seakan terkunci rapat. Hanya suara yang tertahan dapat ditangkap Annora. Wanita itu hanya menunjuk-nunjuk ke dalam ruangan Annora. Gadis itu mempercepat langkahnya. Pandangannya dikejutkan oleh deretan buket bunga segala rupa, dan sebuah gaun tergantung di sudut kaca Jendela, “Whoa, indahnya.” Puji Fari melihat kagum pada gaun mewah itu. “Siapa yang melakukan ini, Annora? Apa kau punya penggemar?” lanjut Fari.

Annora mendekat ke arah gaun yang tergantung. Tangan perlahan meraih dan menikmati keindahan desain terindah itu. Sebuah catatan kecil menyelip di sudut kain ‘ Ini adalah rancangan desainer dunia, hanya dua buah, yang satu sudah dimiliki oleh keluarga kerajaan, dan yang satu, kini kubelikan untukmu.’

Ya Tuhan, apa? Dia meminta Annora untuk mengenakan gaun edisi terbatas ini. Sekaya apakah orang ini? Hingga mampu menyaingi keluarga kerajaan. Kecuali pembisnis Atlantis dan ayah Ernest. Tapi tidak mungkin Annora berurusan dengan kedua billionare itu.

Fari berjalan mendekati Annora, namun belum sampai tubuh wanita itu pada Annora, gadis itu segera melipat catatan kecil yang ditinggalkan lelaki misteriusnya itu. Keduanya kembali pada gaun superglamor itu, “Annora, ini edisi terbatas, lihat ada label dan tanda tangan asli desainernya.” Tunjuk Fari pada sudut selipan gaun.

Annora tidak menyangkal ucapan wanita itu. Karya desainer ini memang tidak akan bisa ditiru oleh siapapun, sepintar apapun dia. “Aku dengar, rancangannya kali ini menyediakan satu bandul batu Rubi, coba kau periksa Annora, apakah benar?” lanjut Fari.

Gadis itu mulai mencari-cari bonus dari gaun megah itu. Di sebuah sisi kotak gaun, ada sebuah kotak kecil berisi kalung mewah berbandul batu Rubi. Begitu retina keduanya menangkap bayangan kotak antik itu. Secepat kilat keduanya membuka kotak kecil tersebut.

“Whoa, indahnya.” Seru keduanya serempak. “Aku memang perancang perhiasan terhebat, tapi karyaku tidak seindah Tuan Laffete.” Ujar Annora, yang sangat mengagumi perancang dunianya itu. Setelah membereskan semua bunga-bunga itu, Fari kembali pada persiapan perhiasan yang akan diberikan kepada keluarga kerajaan nanti malam.

Annora masih larut dalam lamunannya, memikirkan setiap kalimat yang diucapkan lelaki misteriusnya itu. Lamunan Annora tak berlangsung lama, sebuah deringan telpon meminta perhatiannya, “Halo.” Sapanya.

“Apa kau menyukai hadiahku. Kenakan itu, Teman Ranjangmu ini akan membuatmu menjadi wanita paling cantik di pesta nanti malam. Dan tidak hanya itu, kita harus melakukan ritual malam pengantin kita, sayang.”

“Aku tidak mau. Untuk pemberianmu, aku terima. Tapi untuk melakukannya lagi denganmu aku tidak mau.”

“Apa kau hanya ingin memerasku?”

“Aku tidak memerasmu, bukankah semua ini adalah kemauanmu sendiri. Apa aku memintanya? Tidak bukan? Jadi berhentilah menggangguku. Dan mengenai surat nikahmu. Aku menolak.”

“Tapi maafkan aku, sayang. Jika malam ini kamu menolak, maka terpaksa aku menggunakan cara yang sedikit kasar kepadamu.”

“Coba saja, Tuan Teman Ranjang.”

Teman Ranjang Tuan MudaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora