HAMIL

4.9K 242 0
                                    

Setelah malam itu, Annora benar-benar menenggelamkan diri pada pekerjaan. Ia menjadi penggila kerja. Apapun akan dilakukan tanpa kenal waktu dan jarak, hanya agar ia bisa menggagalkan pengikatan sperma dan sel ovum miliknya dengan lelaki misterius itu, "Setidaknya dengan kesibukan aku tidak akan hamil." Pikirnya.

Dan dari Helian, seperti yang sudah ia persiapkan, ia menyewa seorang pengawal wanita yang sangat tangguh, untuk mengawasi kegiatan Annora setiap detiknya. Bahkan Annora mendapat pesan chat setiap sisi kegiatannya, mulai ucapan selamat malam ketika ia tidur, sampai ke pertemuannya dengan para klien. Bahkan ketika ia melakukan perjalanan bisnis.

Bukannya hidup tenang, Annora merasa kini setiap sudut kehidupannya sekecil apapun tak terlewatkan dari pantauan lelaki itu. Bahkan saat ia berniat ke apotik untuk membeli pil penggugur, "Halo." Sapanya pada panggilan dari nomor yang tak dikenal.

"Apa kau sedang menghapus jejakku, gadisku?" suara familiar yang sangat lekat di telinga Annora. Gadis itu celingukan, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, untuk mencari pemilik suara itu, "Jangan mencariku, sia-sia saja, aku ada di dalam ruang kantorku sekarang. Tapi menemukanmu di sebuah apotik dan mencoba berkosultasi untuk menggugurkan kandunganmu, aku sangat kecewa. Apa kamu tidak mau bertemu denganku?"

"Dengar Teman Ranjangku, apa sebenarnya maumu? Aku tidak mungkin melahirkan anak sialan ini. Jika keluargaku bertanya siapa ayahnya, apa mereka akan percaya jika aku bercinta dengan mahluk halus?"

"Hahaha, imajinasimu tinggi sekali, sayang. Katakan saja, kau bercinta denganku. Tapi rasanya tidak akan demikian, gadisku. Kau akan melahirkan anakku tanpa mencoreng nama keluargamu. Lihatlah pesan multi mediamu. Aku sudah mengirimkan surat nikah kita dan sekarang kau resmi menjadi istri sahku."

Mata Annora melebar sempurna, ia pun segera menutup telpon dan segera membuka tanda pesan media diterima. Dan betapa terkejutnya dia. Seperti sebuah letupan petir yang menyambar pada siang hari. Dua buah gambar kartu nikah berlegel asli terpampang pada layar ponselnya. Ya tuhan, lelaki ini memang sudah gila.

Belum lama dari lamunannya, ponselnya kini berdering lagi. "Sekarang pulanglah, dan isitirhat yang banyak, agar anakku tumbuh dengan sempurna di dalam rahimmu, gadisku."

Helian menutup telponannya, sungguh menutup. Berkali-kali Annora mencoba menghubunginya namun tidak aktif. Gadis itu terlihat frustrasi ia menghempaskan ponselnya ke bantalan kursi sisi penumpang. Tangisnya pecah, jeritan penyesalan mendengung dalam hatinya. Bagaimana bisa ia terjebak pada hubungan aneh itu.

Beberapa minggu berlalu, Annora belum lagi memberitahu sahabatnya, Fari, tentang kehamilannya. Gadis itu memilih diam dan menyibukkan diri dalam rumah, tanpa beraktifitas apapun.

Siang itu, Fari dan Annora sedang menyaksikan siaran berita bisnis di ruang kerja Annora. Sembari menyantap camilan di meja mereka, mata keduanya tak berali dari kedua sosok lelaki hebat yang sedang berjabat tangan itu.

"Wah, kelihatannya, kerajaan bisnis Atlantis, akan berdamai." Komentar Fari, tak luput dari pesona kedua generasi itu, ia menambahkan lagi, "Uh, mereka memang tampan sekali, lihatlah tuan Helian dan Huan, benar-benar mempesona."

Kalimat memuakkan Fari mengalihkan pandangan Annora ke layar televisi, bukan menatapi Huan, melainkan wajah Helian yang sangat berbeda dalam ingatannya. Entah kenapa, jantung Annora berdebar ketika sorot kamera memfokuskan pada wajah Helian yang tersenyum. Dan tanpa disadari, Annora tersenyum hangat kepadanya.

Fari merengut heran, ia pun tidak ingin jika sahabat sekaligus bos pemilik Star Group itu dicap gila oleh publik. "Kamu kenapa tersenyum, Ra?"

"Oh, Eh, nggak, kok, biasa aja." Dustanya.

"Apa kamu menyukai, Tuan Helian, tidak apa-apa, mengagumi seseorang tidak salah, asal jangan terobesesi saja."

"Kenapa? Apakah mereka sudah memiliki pasangan hidup? Tidak, kan? Jadi aku rasa semua wanita di dunia ini masih berhak mengejar cinta mereka."

"Tapi tidak semudah itu, Nona. Meskipun kau seorang Nona Muda, mereka tidak akan memilihmu. Aku dengar kedua lelaki itu lebih senang dikejar wanita, dari pada mereka mengejarnya. Dan mereka sangat pemilih dalam hubungan. Agh, aku bahkan tidak pernah mendengar mereka satu ranjang dengan wanita manapun, terakhir artis cantik dunia, Pamela Dorantes digosipkan berhubungan dengan Helian, eh ternyata hanya gosip semata, sejak saat itu karir wanita itu menurun." Fari menggelitik ngeri mendengar akibat jika mengganggu dua lelaki itu.

Lama keduanya terdiam, tiba-tiba rasa mual itu kembali menyerang Annora. Gadis itu segera meninggalkan Fari yang berbalik pada tontonannya. "Dia kenapa, sih?" gerutunya. Tak berselang lama, Annora keluar dengan wajah murung dan sedihnya. Fari menatap heran dan menyidik akan sikap aneh gadis itu, "Kamu kenapa,Ra?"

"Fari, tolong jangan beri tahu siapapun, please. Termasuk keluarga gue." Annora menatap Fari dengan wajah memelas. Hati Fari kini diburu perasaan cemas dan khawatir. Untuk pertama kalinya, sahabatnya itu se-frustrasi ini, "Iya, emang kamu kenapa, Annora?" Fari menekan lagi kalimat pertanyaanya.

"Aku ... aku ... aku hamil, Fari." Bebernya seiring pecahnya tangis dalam dekapan wanita itu. Seakan menerima berita duka, Fari terkejut luar biasa. Selain Ernest, Annora tidak pernah mencari lelaki lain, atau berkencan dengannya. Bahkan menyebut satu nama lelaki selain nama klien mereka, tidak pernah. Lantas Fari berpikir dari mana datangnya benih dalam rahim Annora.

"Kamu, tidur dengan siapa, Ra?" gadis itu kembali menegakkan tubuh lunglai Annora. Dan anehnya selama satu bulan lebih, ia menyembunyikan kebenaran ini dari Fari.

"Aku tidak tahu, Fari." Jawabnya menggelengkan kepala di tangah deru tangisnya yang semakin menjadi.

"Masak iya kamu tidak tahu, sih, Ra. Masak ada janin tumbuh tiba-tiba gitu."

"Aku tidak tahu siapa lelaki itu, Fari. Kamu ingat ketika kita bertemu pak Santoso, malam itu aku tidak tahu aku sudah tidur dengan siapa, dia hanya meninggalkan aku cek kosong. Dan saat tante Angeline ingin mengenalkan pacarnya, aku bertemu lagi dan melakukannya lagi. Dia bahkan sudah membuatkan aku surat nikah. Lihatlah."

Annora memperlihatkan semua apa yang sudah diberikan dan kata-kata yang sudah diucapkan lelaki itu kepadanya. Fari semakin bingung, bagaimana seorang pria tanpa menampakkan dirinya bisa melakukan semua ini seperti orang normal lainnya. Ya tuhan, sungguh kamu dalam masalah besar, Annora.

Fari semakin merekatkan pelukannya, ia sangat perihatin dengan apa yang dialami oleh Annora. Bahkan ia kehilangan ide untuk menyelamatkan sahabatnya itu dari amukan Bryan, sang ayah. Bagaimana jika dia tahu, Annora hamil, aku harus menyelamatkan gadis ini. Pikir Fari. Kekhawatiran Fari menyiratkan sesuatu yan aneh. Bahkan seorang sahabat pun tidak akan sekhawatir itu. Entah apa yang dipikirkan Fari?

Teman Ranjang Tuan MudaWhere stories live. Discover now