RITUAL MALAM PENGANTIN

7.2K 260 0
                                    

Seperti yang diharapkan. Annora berhasil menyelamatkan diri dari jebakan Helena. Wajah gadis itu sudah tak meenentu. Ingin rasanya ia segera berlari, menjauh membuang rasa malunya. Tapi sayang, usahanya sia-sia saja, karena pangeran Mike segera memerintahkan anak buahnya untuk menghukum Helena.

Selesai dengan kasusnya, Annora menuruni podium, setelah membersihkan nama baiknya. Fari kini pun sudah mulai membaur dengan tetamu yang lain. Merasa jengkel dengan ketidak nyamanan ini, Annora memilih menyendiri di pojok dindin. Sayang sekali, momen pentingnya terganggu oleh suara Helian yang datang menghampirinya, “Wow, lihatlah, Cinderella sedang menyendiri, boleh saya menemani?”

“Tidak Tuan Helian, tidak, terima kasih.” Jawabnya mengurai senyum keramah tamahannya.

“Kenapa? Bukankah memiliki teman bicara akan lebih baik.” Helian ikut bersender pada terali balkon aula pesta, seperti yang dilakukan oleh Annora.

“Saya sedang tidak dalam suasana hati yang baik, Tuan Helian. Lagipula, saya harus menjauhi anda.” Jawabnya jujur. Kening Helian merengut heran.

“Kenapa, menjauhi saya? Apakah saya ini menakutkan?” tanyanya mengernyitkan alisnya.

“Ya, bahkan sangat menakutkan. Karena saya tidak ingin masuk dalam daftar gossip asmara tentang anda.”

“Hahahaha, imajinasi Nona Annora tinggi sekali. Baiklah saya mengerti, saya pikir aka nada seseorang yang akan merasa marah jika anda dekat dengan saya.”

“Memang benar. Itu adalah alasan yang lain Tuan Helian. Saya permisi dulu.” Tidak ingin terlibat jauh dalam perbincangan, Annora berjalan masuk kembali ke aula pesta. Sebuah notifikasi akhirnya lagi-lagi mengganggunya. Dengan decikan kesal, ia menggeser layar ponselnya ‘ Seperti yang aku katakan, sepertinya kita akan melakukan rituan malam penganting kita, Teman Ranjangku. Karena melihatmu malam ini aku semakin tidak terkendali’

“Cih, dasar pecundang, apa hanya ini yang kau bisa?” tak lama ia pun memberi balasan dengan sebuah pesan pula ‘ jika kau punya nyali, tanpa obat bius, tanpa alkohol, mungkin aku akan berbaik hati kepadamu’ SEND.

‘Baiklah. Lihat saja bagaimana aku melakukannya.’ Kalimat balasan yang sampai di ponsel Annora. Gadis itu sekali lagi berdecih sinis. Ia memutar bola matanya dan menghempaskan napas kasar seraya beranjak pergi.

Tepat kakinya baru melangkah, tiba-tiba saja lampu seisi aula padam. Dan dari arah belakangnya seseorang sudah bersedia membekap mulutnya dengan bius. Annora tak sadarkan diri. Mati lampu di aula tentu bukanlah hal yang kebetulan. Terang saja, beberapa menit lalu, Helian sudah memerintahkan Zec untuk melancarkan rencana penculikan mereka kepada Annora.

Malam beranjak larut, pesta telah usai dan Fari harus pulang tanpa Annora. Dimanakah Annora? Pemadaman listrik ternyata kini terjadi di sebuah ruang kamar hotel ternama. Tepatnya di ruang presidensuite. Apakah seluruh kota mengalaminya? Tidak, hanya di kamar presidensuite.

Annora membuka pupil matanya, dan menemukan ruang yang gelap tanpa cahaya, tapi ada yang aneh dengan tubuhnya, terasa dingin dan seperti sesuatu yang menindihnya, “Apa kau sudah bangun?” suara baritone itu. semakin kuat Annora melabarkan pupil dan mempertajam pandangannya, tetap saja dia tidak bisa mengenali wajah pria yang sudah di atasnya itu.

“Oh, ya Tuhan, sejak kapan kamu di atasku?”

“Sejak kau pingsan di tempat pesta tadi, manisku. Dan sekarang bahkan kita tidak berbusana lagi.

“Kau curang, Teman Ranjang.”

“Sesuai kesepakatan kita, tidak ada bius, tidak ada alcohol, hanya gelap malam, jika demikian kau harus bersiap melayaniku malam ini, Annora.”

Tanpa menunggu jawaban Annora, Helian seketika menggila dan melancarkan ritualnya. Berkali-kali Annora berusaha melepaskan diri, namun kekuatan lelak itu, melebihi dari sebelumnya. Annora menyerah dan berusaha mengimbangi Helian. Oh Tuhan, inikah rasanya bercinta tanpa obat dan alkohol. Apakah aku bisa menahannya. Monolog Annora dalam kegilaan Helian.

Malam yang panjang dilalui Annora dan Helian. Kisah percintaan yang terbilang aneh kini semakin menemui jalannya sendiri. Jauh di tempat lain, ada Ernest yang sedang berusaha menyelamatkan Helena dari hukuman kerajaan, “Mohon Yang Mulia berbaik hati memaafkan tunangan saya. Ucap Ernest yang terlihat seperti pendosa yang meminta pengampunan Tuhan.

“Saya tidak menduga, jika wanita busuk ini adalah tuangan pewaris terhormat seperti anda Tuan Ernest. Baiklah, karena ini adalah hari istimewa saya, saya akan mengabulkan permohonan anda. Tapi dari padangan saya, sebaiknya anda mencari penggantinya.”

Ernest hanya tertuduk menahan rasa malunya. Dari arah ruangan lain terlihat Helena yang berjalan mendekatinya. Namun belum sampai tubuhnya di dekat Ernest, lelaki itu memilih menjauhinya dengan membawa wajah kecewa.

“Sayang! Sayang! Maafkan aku!” teriak Helena dengan gaya seperti yang biasa ia lakukan untuk membujuk Ernest. Dan tampaknya kali ini, metode itu sudah tidak mempan pada Ernest. Lelaki itu tetap saja berjalan tanpa menghiraukan teriakan Helena.

Pagi itu, seperti biasa, langit cerah menemani suasana hati Helian dan Annora yang berbungkus bahagia. Terutama bagi Helian, mendapatkan apa yang teristimewa dari pemberian Tuhan  memiliki nilai bahagia yang berbeda, yaitu cinta Annora.

“Aaaaaaaa!” hal yang sering terjadi ketika Annora menemukan dirinya di tempat yang asing dengan kondisi yang aneh. Ia menarik selimut untuk menutupi setengah tubuhnya. Ada yang berbeda kali ini, seorang pelayan wanita sudah besedia di ujung ranjang.

“Kalian siapa?” tanyanya. Tidak menjawab, para pelayan itu hanya membungkuk menyerahkan sebuah rekaman dari tuan mereka.

“Selamat pagi istriku! Kau sekarang sudah resmi menjadi istriku. Tetapi maaf, jika dengan cara seperti ini. Aku sudah menunaikan janjiku, tanpa bius tanpa alkohol, dan kau juga sudah menunaikan tugas pertamamu, yaitu melayaniku. Makanlah dulu, aku sudah menyiapkan pakaianmu, sampai jumpa lagi Teman Ranjangku.”

Tenaga Annora kini benar-benar lemah. Ia kembali menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dan menyelubungi wajahnya frustrasinya dengan sselimut, “Aaughh! Sial!” keluhnya. Annora pun menuruti apa yang dikatakan teman ranjangnya beberapa menit lalu. Setelah menyelesaikan sarapannya, ia kembali berangkat ke perusahaannya untuk bekerja seperti biasanya. 

Teman Ranjang Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang