HELIAN LEMAH

1.6K 112 0
                                    

Mengetahui Helian mundur dari Eagle, Huan kini keluar untuk melancarkan serangannya. Lelaki dengan wajah penuh kemenangan itu menapaki pasti lantai rumah kediaman Andreas. Helian masih berada di sana. Keduanya dikejutkan dengan kedatangan Huan yang tidak terduga.

“Wow … wow … keputusan yang bijak saudaraku. Aku mendukungmu.” Pekiknya dari arah pintu.

“Dasar anak haram! Mau apa kamu kemari?!” sergah Maria memandang Huan dengan tatapan tidak bersahabat.

“Ayolah ibuku, aku ke sini untuk menawarkan tanganku untuk mengelola seluruh aset ayahku. Dan aku yakin dia lebih menyukaiku dari pada lelaki yang takluk di hadapan wanita ini.”

“Dia bukan wanita sembarangan, Huan. Kalau tidak salah, kau bahkan sangat menginginkan wanitaku.”

“Oho, maaf saudaraku, aku sedang bercanda waktu itu. Baiklah tidak perlu basa-basi, serahkah seluruh aset Andreas, dan pergilah dari kediaman ini. Pulau Andreas akan menjadi milikku.”

Rasa kesal sudah menyerbu diri Maria dan Helian. Tidak berhenti, sebuah telpon dari Mega akhirnya sampai pada telinga Helian. “Tuan, Nona memaksa untuk pergi ke kediaman keluarganya, katanya dia sangat ingin sekali mengunjungi ayahnya.”

Helian terdiam, ia memejamkan matanya sesaat. Rasa kesal yang bertumpuk-tumpuk menyerbu Helian, “Biarkan saja.” Akhirnya sebuah kalimat keputus asaan terdengar dari mulut lelaki itu. Huan masih dengan senyum penuh kemenangannya. Melihat Helian yang sangat tersudut, dan sudah tidak stabil, lelaki itu semakin meluncurkan niat jahatnya. “Aku memberimu waktu satu kali dua puluh empat jam untuk menyerahkan surat pemindahan aset pulau Andreas.” Ancamnya.

Huan meninggalkan kediaman keluarga Andreas. Maria menggelitik gerah terhadap sikap lemah Helian. Ia semakin membenci Annora, dan menyalahkan gadis itu atas lemahnya Helian. “Aku tidak tahu bagiamana kau bisa mengenal wanita sialan itu.”

“Mommy, sudahlah. Dia sama sekali tidak mengetahui apapun, dan yang aku tangkap, ayah justru telah membunuh ibu kandung Annora.”

Maria terkesiap, mendengar keterlibatan keluarga wanita itu dalam cerita masa lalu keluarga Andreas. “Bagaimana bisa Ibunya dibunuh oleh ayahmu?”

“Itulah, Momm, aku juga penasaran, dan sekarang dia sedang menuju ke rumahnya. Aku berharap dia bisa mendapatkan cerita masa lalu yang lebih detail dari ayahnya. Momm, ada yang ingin aku beritahukan. Ayah masih hidup. Tapi saat ini kondisinya tidak baik. Jadi beri aku waktu.”

“Apa kau bersungguh-sungguh, Helian. Di mana Jhon? Di mana ayahmu? Mommy sangat merindukannya. Mommy ingin menemuinya.” Perasaan kecewa Maria berubah menjadi sebuah rasa bahagia karena putranya berhasil menemukan saksi kunci masa lalu itu. Lelaki yang memberinya kebahagiaan sekaligus menoreh derita berkepanjangan itu.

“Tidak sekarang, Momm. Tunggulah, aku sedang menyembuhkan ayah. Demi keamanannya, tolong jangan beritahukan hal ini pada siapapun.”

Maria langsung mengangguk menyanggupi permintaan Helian. Di tempat lain, ada Annora yang sudah bertandang ke rumahnya. Wajah sangar Bryan sudah tercipta di ruang tengah ketika suara salam gadis itu terdengar. Fari dan Angeline terlihat bahagia menerima kedatangan Annora.

“Kenapa pula, kamu datang kemari? Memangnya siapa yang mengundangmu.? Sinisnya.

“Aku yang mengundangnya.” Jawab Fari dan Angeline bersamaan. Kedua wanita itu terdengar kesal dengan kalimat yang dilontarkan Bryan menyambut kedatangan putrinya itu.

Fari dan Angeline membimbing Annora menuju ruang keluarga. Wanita itu terlihat bahagia dan berbagi cerita. Namun pandangan Annora tertuju pada sang ayah. “Jangan hiraukan Ayahmu, yuk kita ke kamarmu. Aku selalu membersihkannya.” Ajak Fari.

“Annora, bukankah seharusnya kamu sudah memberi kami cucu satu lagi?” sela Angeline

“Ya. Fari, Tante, aku memang sedang mengandung sekarang.” Jawabnya.

Jerit kebahagiaan pun melengking dari kedua wanita itu. Fari dan Angeline, seketika memeluk Annora dengan penuh suka cita. Sementara Bryan hanya mengeluh dengan keributan dari para wanita itu, “Ya Tuhan, apa kalian bisa tenang? Aku sedang menyelesaikan pekerjaanku.” Protesnya dari lantai bawah.

“Apa kau sudah meminta izin dari Helian?” tanya Angeline.

“Benar. Kami tidak ingin mendapat masalah dari suamimu itu.”

“Kalian tenang saja. Aku sudah izin.” Detik berikutnya, suara Bryan tiba-tiba menginterupsi dari ambang pintu, “Wah, kelihatannya, suamimu si Helian itu benar-benar akan menjadi ayah yang baik. Dia sudah mengumumkan dunia jika dia sudah keluar dari dunia mafia dan menyerahkan kerajaan bisnis pada Huan. Hah, akhirnya aku lega, si brengsek itu akhirnya menyerah juga.”

Fari dan Angeline mambatu. Mendengar berita turunnya sang putra mahkota dari tahta kemegahan itu. Keduanya menatap Annora penuh tanda tanya. Tidak hanya Fari dan Angeline, Annora pun sedikit terkejut dengan satu berita yang sama sekali tidak ia harapkan yaitu, mundurnya Helian dari kerajaan bisnis dan menyerah pada Huan.

“Ayah, bisakah Ayah menjelaskan kepadaku. Dendam apa yang terjadi antara keluarga Andreas dan Exelino? Kumohon, setidaknya aku memiliki alasan untuk membenci Helian, meskipun ia adalah ayah dari anakku.”

“Annora ….” Lirih Angeline yang menatap heran kepada Annora.

“Keluarga Andreas, menuduhku membunuh Jhon, padahal lelaki itu pantas mati. Malah dia menuduhku selingkuh dengan Yolanda, padahal yang memiliki hubungan saat itu adalah Jhon dan Yolanda. Aku hanya menyelamatkan wanita itu dari amukan Maria.”

“Lalu, bagaimana Ibuku bisa mati? Apa alasan om Jhon menembaki ibuku?”

“Itulah kesalahan fatal yang diperbuat keluarga mereka, dan Ayah belum bisa menerima perbuatan mereka, merenggut nyawa wanita yang sangat Ayah cintai.” Jawaban ringan Bryan yang terdengar datar dan tanpa rasa penyesalan, memberi kesan curiga pada Annora. Namun kalimat yang dilontarkannya itu sama persis dengan dugaan Helian selama ini. Memang ada semacam cinta segitiga dan kesalah pahaman. Namun dalam hatinya masih beradu apakah ia akan membenarkan kenyataan jika ayah Helian membunuh Ibunya?

Terasa berat. Ada yang berbeda dengan tatapan Angeline. Sorot yang sulit dijelaskan. Wanita tu seakan mengetahui sesuatu yang baik Bryan maupun Annora tidak mengetahuinya. Ingin rasanya ia membagi apa yang ia ketahui kepada Annora, namun rasa takutnya pada sang Kakak, lebih besar dari niatnya itu.

Hari itu,Bryan mendapat telpon dari Huan. Seperti biasa, lelaki itu memberi informasi tentang keberadaan Annora, “Wah, rasanya aku ingin bertemu dan berterima kasih kepada Annora yang berhasil membuat jagon itu takluk.” Ucapan Huan dari seberang.

“Hahahaha, datanglah jika kau senggang. Dia ada di rumahku. Dan kelihatannya, hubungan mereka sedang bermasalah.”

“Oh, ya? Dari mana kau tahu, bahkan dia hanya berkunjung saat ini saja.”

“Dia memilih menginap, jika seorang anak perempuan kembali ke rumahnya tanpa memperdulikan suaminya, apa namanya jika bukan bermasalah. Dan tampaknnya, Annora sudah mengetahui jika ayah Helian yang membunuh ibunya.”

“Hahaha, sungguh, keberuntungan ada di pihakku. Baiklah malam ini aku akan datang. Aku sangat penasaran seperti apa gadis hebat itu.”

Pada sebuah kamar, Angeline terlihat sedang menemani Annora melewati malam. Dan sudah berkali-kali pula Annora menolak telpon dari Helian. Ada rasa yang tidak biasa pada wanita itu.

“Tante, apakah wanita hamil mudah terpengaruh?”

“Ya. Emosi mereka sangat labil, kenapa Annora?”

“Aku membenci Helian sekarang. Sangat membencinya. Aku jijik bertemu dengannya. Aku ingin bercerai darinya.”

“Bukankah dia sudah melakukan apa yang kau pinta. Apa lagi yang membuatmu membencinya?”

“Dia pembunuh, membunuh Ibuku. Mendengar fakta itu hatiku terasa hancur, Tante.”

Angeline memutar tubuhnya. Tubuh yang tadinya membelakangi Annora kini memutar menghadap gadis itu. Hal yang sama pula dilakukan oleh Annora. Kini keduanya saling berhadapan dengan menakup kedua tangan di bawah kepala mereka.

Teman Ranjang Tuan MudaWhere stories live. Discover now