SUASANA KELUARGA EXELINO

1.6K 144 1
                                    

Bryan dan Angeline tampak sibuk dengan beberapa dokumen di ruang tengah, sementara Fari kini sudah berhasil menyandang status Nyonya Exelino. Sejak Annora memutuskan untuk tinggal bersama Helian, Fari dan Angeline merasa kesepian. Namun tidak bagi Bryan. Mulutnya penuh dengan ego namun dalam hati lelaki itu sangat berterima kasih atas jasa Annora menyelamatkan perusahaannya dan membiayai perawatannya.

“Sayang, kenapa kamu terlalu keras pada Annora? Aku sangat merindukannya, apa kau sebagai ayah biologisnya tidak merindukannya?” cecar Fari, saat menyuguhkan makan siang.

“Sudahlah, kau jangan ikut campur, suruh siapa dia menikah dengan musuh ayahnya, aku yakin sekarang Maria pati menyiksanya, keluarga Andreas tidak akan pernah menerima anak dari musuhnya, siapapun itu.”

Fari dan Angeline saling melempar tatapan dengan cibiran mulut mereka, keduanya sangta tidak setuju tentang pendapat Bryan terhadap Annora. Gadis yang sudah melewati banyak kesulitan dalam hidupnya.

“Kakak, sebaiknya kau tarik kata-katamu itu, jodoh tidak ada yang tahu, dan mungkin sebaiknya kamu mengambil hikmah saja, dengan bersatunya Helian dan Annora maka dendam kesumat antara dua keluarga terselesaikan.” Lanjut Angeline memberi pembelaannya.

Bukan Bryan namanya, jika dia menerima begitu saja pendapat orang lain. Lelaki itu menatap Fari dan Angeline bergantian dan menimpalinya, “Sampai kapanpun, bendera putih antara dua keluarga itu tidak akan berkibar.”

Bryan melanjutkan makan siangnya. Fari dan Angeline tidak ingin membuat suasana semakin keruh, keduanya memilih diam dan melanjutkan makan siang mereka.

Saat suasana tenang itu berjalan harmonis, deringan ponsel Bryan berdering. Lelaki itu langsung menghentikan makannya dan menghindar untuk menjawab telpon. Tidak seperti biasanya, Bryan biasanya mengacuhkan telpon dari staf atau rekan bisnisnya, tetapi kali ini berbeda. Dia rela tidak melanjutkan makannya dan menjauh dari keluarga.

“Iya, iya, Tuan. Saya belum menerima telpon dari Annora, saya sudah mengusirnya dan saya yakin dia tidak berani kembali.”

“Bagus. Awas kalau kamu memberikan informasi kepadanya, saya tidak akan sungkan lagi memisahkan jasadmu dengan ruhmu.” Suara ancaman dari seberang.

Fari yang sedari tadi menguping, merapatkan telinganya pada daun pintu ruang kerja Bryan. Suara lelaki itu cukup keras, dan ada beberapa tag kalimat yang mencurigakan dari suara Bryan.

“Perusahaanmu bisa berjalan mulus itu semua karena aku, dan Helian hanya alatku. Aku tidak mengganggunya, selama mulutmu itu masih terkunci.”

“Tuan, tenang saja, sampai kapanpun, Helian dan Annora tidak akan mengetahui cerita yang sebenarnya.” Suara Bryan yang terdengar penuh ketakutan.

Di luar, hati Fari tidak berhenti bertanya. Angeline yang merasa kasihan melihat sikap keingin tahuan Fari segera mendekati wanita itu, “Usahmu akan sia-sia saja, Fari. Kakakku bukan tipe orang yang ceroboh, sudahlah sebaiknya kita lanjutkan saja pekerjaan kita. Temani aku di ruanganku.”ajaknya, menyeret tubuh Fari yang terlihat malas mengikuti saran Angeline.

Dikediaman Helian, tepatnya di Villa rahasia Helian. Sebuah mobil mewah berwarna putih terlihat berjalan pelan memasuki halaman luas nan rindang bangunan berdesain alami dengan sentuhan modern.

Zec mendekat seraya membungkuk memberi hormat padanya. “Apa kabarmu, Zec? Apakah Helian ada di dalam?” tanyanya menutup pintu mobilnya.

“Tuan sedang bersama Nona Muda, saya akan menyampaikan padanya jika dia anda sudah tiba.” Katanya menunduk hormat.

Belum sempat Zec berbalik hendak memasuki ruang utama. Dari kejauhan bayangan Annora bersama Janson datang menghampiri keduanya. Annora menatap heran kepada lelaki bersneli itu. Zec yang memahami makna tatapan Annora segera membuka suara dengan penuh kesopanan. “Nona, ini adalah Tuan Junot, dokter pribadi Tuan Helian. Tuan Junot, ini adalah ….”

“Dia pasti Annora, sudahlah aku sudah tahu, Helian sudah menceritakannya padaku. Nona, sebaiknya bersikap baiklah kepadaku, karena jika tidak, kau tidak akan mengetahui rahasia kelemahan Helian.”

“Halo Tuan Junot, senang berkenalan dengan anda.”

“Whoa, bahkan suaramu indah sekali, Nona. Pantas saja sahabatku yang gila itu menjadi tidak waras setelah mengenalmu. Dan lihatlah, Whoa, bocah ini, kenapa dia lebih tampan dari ayahnya. Aku jadi iri.”

“Apa kau kemari hanya untuk mengejek anak dan istriku, Junot?!” suara Helian yang memekik dari dalam. Zec hanya mengulum senyum karena begitu suara Helian terdengar, Junot langsung diam, seakan mulutnya seketka terkunci.

“Baiklah, kau lelaki penuh keberuntungan, aku hanya sisa yang terbuang. Apa kau puas Helian?”

“Sudahlah, mari ke ruang kerjaku. Sayang bisakah kau meninggalkan kami?” ujarnya mengerlingkan matanya.

Annora membawa Janson ke ruang lain, tidak lupa, Salesa mengekori dari belakang. Helian, Junot, dan Zec segera berjalan menuju ruang kerjanya. Ketiga lelaki yang sebenarnya sangat akrab itu kini mulai membahas sesuatu yang penting.

Begitu mereka tiba di dalam, Zec langsung menyerahkan kepada keduanya iPad, yang berisi berita kematian Ernest. “Kau melakukannya, Helian?” tanya Junot, lelaki itu hanya mengangguk tersenyum lega menjawabi Junot, “Apakah Annora mengetahuinya? Bisa bahaya jika wanita itu tahu kalau kau membunuh mantan pacarnya.”

“Itulah akibatnya jika menyentuh barang milikku, Junot. Apalagi barang itu adalah barang sangat berhargaku.” Jawab Helian dengan nada yang tenang. Sejenak ketiganya terdiam, lalu Helian melanjutkan ucapannya, “Junot, kira-kira apakah amnesia ayahku bisa di sembuhkan?”

“Kita akan melakukan CT-Scan terlebih dahulu, kita akan teliti penyebabnya, bisa jadi seseorang mengalami benturan, atau bukan benturan.”

“Apakah usia bisa mempengaruhi?” Junot mengelus dagunya, mencoba menelaah beberapa kemungkinan,

“Jika ayahmu diculik, itu berarti dia tidak mengalami kecelakaan. Dan kemungkinan ia hilang ingatan adalah karena hipnotis. Ada beberapa metode dalam merubah kepribadian dan pikiran seseorang, membuat orang tersebut melupakan masa lalunya, hal ini dilakukan secara bertahap.”

Helian melipat kedua tangannya di dada, ia berusaha mengingat beberapa keganjilan yang ia temukan saat ayahnya dinyatakan meninggal dalam kecelakaan, serta kisah skandal pribadinya.

“Apa hubungan Bryan dalam hubungan ayahku dengan Yolanda?” tanyanya membuka spekulasi antara Zec dan Junot.

“Junot bisakah kau melakukan tes DNA terhadap Huan dan Bryan?” tanyanya lagi.  Junot dan Zec saling berpandangan. Sepertinya dugaan mereka terhadap isi otak  kecil Helian adalah jika Huan bukan anak kandung Jhon melainkan anak dari Bryan.

“Tidak, Helian. Sebaiknya kita lakukan tes DNA sekali lagi antara Huan dan ayahmu. Itu lebih berpeluang.” Usul Junot. Helian dan Zec saling mengangguk. Mereka kemudian mulai memikirkan ide untuk mempermudah rencana mereka.

Malam beranjak tiba, sesuai rencana, Axtar kembali ke markas, namun tidak membiarkan lelaki tua itu berlama-lama di markas, Zec langsung membawanya pergi, agar Merline tidak mengetahui keberadaan Jhon di negaranya. Seperti perintah Helian, Jhon langsung dibawa ke Villa rahasia Helian. Annora terkejut melihat lelaki tua itu. keningnya mengkerut seakan mencoba mengingat sesuatu. “Aku seperti pernah melihat wajah lelaki itu.” gumamnya.

Saking fokusnya mengamati Jhon, Annora bahkan tidak menyadari jika Helian sudah ada di belakangnya, “Apa yang dipikirkan otak kecilmu, sayang?”

“Helian, aku seperti pernah melihat wajah ayahmu, tapi entah di mana. Aku berusaha mengingatnya. Dulu sebelum aku bertemu kamu dan Ernest.” Lirihnya. Kalimat Annora berhasil menarik perhatian Helian. Lelaki itu kini mencari sebuah kisah yang terlewatkan dari pantaunnya melalui Annora. Apa sebenarnya yang dialami ayahnya, sehingga Annora bisa mengatakan pernah bertemu dengan ayahnya? Entahlah.

Teman Ranjang Tuan MudaWhere stories live. Discover now