ANNORA HAMIL LAGI

2.1K 126 0
                                    

Kepanikan helian sudah tidak dapat dijelaskan, tanpa sedetikpun, lelaki itu enggan meninggalkan sisi Annora. Tangannya tidak lepas memegangi tangan Annora. Airmata, jerit kekhawatiran terus mengalir dari diri Helian. Racauan menyalahkan diri sendiri tak henti-hentinya ia lontarkan. Helian yang berbeda, sangat berbeda. Setidaknya itulah penilaian Junot kepada sahabatnya yang sudah mengenal lelaki itu sejak dulu.

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan terhadap tubuh Annora, Junot melepaskan stetoskopnya. Lelaki itu tertegun melihat kegilaan Helian. “Annora, maafkan aku sayang, ini semu salahku, ini semua salahku, aku janji aku tidak akan menyinggungmu, aku tidak akan melakukan apapun yang tidak kau sukai. Annora kumohon bukalah matamu.”

Junot mematung bukan karena air mata dan kegalauan lelaki itu, tetapi kalimat ajaib yang untuk pertama kalinya terucap dari lelaki berdarah dingin itu. Helian yang tangguh, Helian yang hebat, disegani seluruh dunia. Apa yang tidak bisa ia dapatkan, akan tetapi di hadapan wanita biasa ini, lelaki hebat itu tertunduk tidak berdaya. Sungguh cinta Annora sudah menyihir jiwa lelaki itu.

“Bagaimana Junot? Apa yang terjadi padanya?” Helian beralih pada Junot, lelaki itu menghela napas dalam, ia sedang mempersiapkan diri untuk berita yang entah menggembirakan atau menyedihkan bagi keduanya. Karena situasi saat ini tidaklah bersahabat, “Helian, Annora sedang mengandung.”

Helian membatu, detak jantungnya serasa berhenti berdetak. Berita ini memang sangat membahagiakan Helian, tapi kini irisnya menatap wajah Annora yang terpejam, “Apakah Annora akan menerima ini?” lirihnya.

Larut malam menyapa ruang udara kamar Helian. Lelaki itu tertidur di sisi Annora dengan memeluki tubuh gadisnya itu. Salesa kembali pada pekerjaannya. Sebuah gerakan kecil tampak di balik tumpukan selimut, Annora mengerjap sesaat mengamati sekelilingnya.

Pandangannya mendarat pada sebuah tubuh yang sudah memeluknya. Dimiringkannya pandangan ke pemilik wajah itu. Lama ia menatapi, menikmati  bulu mata yang tebal dan panjang, runcingan hidung yang tertata rapi, “Suamiku.” Lirihnya mengelus pipi lelaki itu.

Sanjungannya seketika berhenti, tatkala ingatannya kembali pada pertengkaran merekan. Saat itu juga emosinya berubah kepada Helian.

“Kau sudah bangun sayang?” tanya Helian yang terjaga saat itu. begitu terbangun, Helian sontak menahan kedua tangan Annora. Gadis itu terperanjat dengan sikap Helian yang terkesan menahan, “Annora, kumohon, mengertilah, aku sangat mencintaimu, aku tidak mau kehilanganmu, dan aku tidak ingin kau disentuh oleh bahaya. Aku minta maaf atas Ernest, aku  berjanji akan muncur dari dunia mafia, dan tidak lagi membunuh siapapun. Aku memberikan semua aset keluarga Andreas dan memulai hidup baru denganmu dan anak kita.”

Annora mengerjap lagi, ia terkejut dengan pernyataan Helian yang meracau dan mengucapkan kalimat-kalimat penyesalan. Annora mengulum senyum, namun karena sulit menahan tawanya, akhirnya gelak kecil itu mulai terdengar.

Helian merengut heran, melihat ekspresi Annora yang aneh, setelah mendengar pengakuannya itu, “Apa yang kau tertawakan, Annora? Aku … aku … aku kenapa?”

“Hahaha, sayang, kau lucu sekali jika sedang gelagapan. Hahahaha.” Annora terdiam, ia memandangi wajah bingung Helian. Tak lama sebuah kecupan mendarat di bibir Helian.

“Aku memaafkanmu, tapi berjanjilah, kau tidak akan mengekangku, aku butuh kebebasan, Helian. Aku lelah terkurung di dalam sini.”

“Benarkah? Aku mencintaimu Annora. Aku berjanji tidak akan mengekangmu dan tidak akan membunuh lagi. Besok aku akan mengumumkan pada geng Eagle kalau aku mundur.”

“Aku hanya tidak ingin, anak kita mengetahui jika ia anak seorang pembunuh, Helian.”

Tepat saat Helian akan memberikan ciumannya, Annora tiba-tia menahannya, “Helian, tunggu, aku rasanya ingin muntah.” Keluhnya. Helian tidak marah karena ia tahu itu adalah pengaruh kehamilan Annora, “Tentu saja, sayang. Kau akan mengalaminya dalam beberapa bulan ke depan.”

“Apa maksudmu? Aku merasa tidak nyaman, Helian.”

“Kau akan segera menjadi ibu untuk yang kedua kalinya.” Balasnya dengan raut bahagia.

“Apa? Aku … hamil?” mengetahui dirinya yang hamil, Annora melupakan mualnya dan langsung menciumi Helian penuh semangat. Lelaki itu terlihat geli melihat sikap kekanak-kanakan Annora.

Pagi menyapa, setelah berdiskusi dengan Junot dan menyampaikan niatnya untuk mundur dari geng Eagle demi Annora. Sejujurnya, Junot tidak menyukai idenya itu. Tapi jika Helian sudah berniat maka tidak ada yang bisa merubahnya kecuali Annora. “Aku tidak menyangka demi wanita itu kamu akan menyerah pada Huan, Helian.”

“Tidak, Junot. Aku rasa niat Annora baik, dia hanya tidak ingin anak-anak kami mengetahui kalau ayah mereka seorang pembunuh.”

“Tapi apa kamu tahu resikonya? Huan adalah orang yang licik. Lihat saja begitu berita kemunduranmu ini tersebar, mereka akan berpesta tujuh hari tujuh malam, Helian. Kumohon, pikirkanlah, selama ini orang-orang yang tertindas seperti kami ini bisa hidup tenteram karena adanya kamu. Tidak bisakah kau memikirkan jalan lain?”

“Junot, aku sudah berjanji.” Zec datang dengan wajah murunganya. Bukan karena berita yang akan disampaikan melainkan karena sang Tuan akan segera mengumumkan pengunduran dirinya. Kemunduran Helian dari dunia mafia, adalah kabar terburuk bagi pendukungnya. Dan kabar gembira bagi musuh-musuhnya. Setidaknya tidak ada lagi yang mereka takutkan ketika melakukan kriminal mereka.

“Tuan ….” Zec tidak sanggup melanjutkan kalimatnya, ada nada sedih dari suara lelaki yang setia menemani Tuannya itu, “Apa kamu juga akan mencegahku, Zec? Sudahlah aku yakin Axtar akan bisa mengatasi masalah Eagle tanpa diriku. Lagi pula ayahku sebentar lagi akan sembuh.”

Kunjungan pertama, Helian mengunjungi markas Eagle. Ada Merline dan ayahnya di sana. Di depan seluruh anggota Eagle, Helian mengumumkan pengunduran dirinya. Seluruh anggota Eagle tertunduk, seakan berduka dengan berita mundurnya sang jagoan. Terkecuali Merline. Diam-diam wanita itu langsung mengabari Huan akan berita tersebut.

Maria juga seluruh dunia bisnis sudah menerima berita itu. Wanita itu tentu saja tidak menyetujui keputusan Helian. Wanita itu segera menghubungi putranya dan mulai mengadili Helian. “Tuan, Nyonya besar menelpon anda.” Seperti sudah menduga apa yang akan dikatakan ibunya, Helian meminta Zec menjawabi ibunya, “Tuan bilang, dia akan menemui anda sekarang.”

“Bagus. Aku menunggunya, tidak lebih dari sepuluh menit.” Ketus Maria yang langsung mematikan sambungan telpon.

Seperti sebuah ujian terberat, ada peperangan dalam batin Helian ketika dia mengambil sebuah keputusan demi ketakutannya pada Annora. Dia tidak ingin ditinggalkan oleh wanita itu, hingga memutuskan untuk menuruti permintaan Annora.

Hasilnya, tak hanya perkumpulan dan orang setianya yang kecewa,bahkan ibunya kini sudah mengamuk dengan keputusannya itu, “Apa yang ada di kepalamu itu? apakah aset Andreas tidak begitu penting bagimu? Lalau meembiarkan anak haram itu merajainya? Ya Tuhan, aku tidak menyangka kau seperti ini? Jangan katakana, jika kau dan si jalang itu masih berhubungan? Jawab aku Helian!” cecar Maria begitu tubuh putranya memajang di depan matanya.

“Ya, Momm. Aku sangat mencintai Annora. Dan aku percaya dia masih suci. Dia hanya dijebak oleh Merline dan Ernest. Momm, Merline tergila-gila kepadaku. Dia bahkan telah bekerja sama dengan Huan dalam rencana ini.”

“Jangan asal tuduh kamu, Helian. Merline, putri Axtar, orang paling setia dalam keluarga Andreas, tidak mungkin dia membelot.”

“Momm, tolong, beri aku waktu untuk membuktikan semuanya. Jika waktunya tiba aku akan membawa buktinya, dan asal Mommy tahu, ayah massih hidup. Jika Mommy tidak percaya, tanyakan saja pada Merline, wanita itu sudah menahan ayah.”

Teman Ranjang Tuan MudaWhere stories live. Discover now