ERNEST MENINGGAL

1.7K 138 0
                                    

Malam semakin beranjak larut. Waktunya bagi pemburu jiwa bergerak. Mereka menyelinap, membututi, dan segala hal yang mengerikan termasuk menghilangkan nyawa seseorang. Seperti yang dilakukan oleh Helian, kali ini.

Selesai mencumbu Annora, saatnya bagi Helian untuk menyelesaikan satu persatu penghalang kebahagiaanya dan mengungkap skandal masa lalu keluarga Andreas. “Kita ke tempat Ernest, apakah kau sudah menyiapkan semuanya?” tanyanya pada Zec yang masih memfokuskan pandangannya pada jalanan di depannya.

“Sudah, Tuan.” Jawabnya tegas. Helian terdiam, ia mengerti arti ‘sudah’ yang dimaksudkan oleh Zec. Lelaki itu tidak pernah lalai ataupun melewatkan secuil semua persiapan ia lakukan sesempurna mungkin, demi kepuasan Tuannya.

Di tempat Ernest seorang wanita berpakaian seksi sudah bertamu dengan segala pesona menggodanya. Ernesr cukup terkesan, namun ia juga merasakan sebuah keanehan. Ia tidak pernah memanggil siapapun, akan tetapi daun pintu sudah terbuka, dan mau tidak mau dia harus mempersilahkan tamunya masuk.

“Maaf, Nona, mungkin kau salah kamar.” Ujarnya berjalan mundur, sementara wanita itu masih berjalan dengan tatapan genitnya.

“Cinderella tidak pernah salah mengenali sepatu kacanya, Tuan Ernest, begitu juga dengan aku. Cinderella malam ini memang khusus datang untuk anda.”

“Tetapi aku tidak pernah mengundangmu, Nona.”

“Cinderella malam ini tidak butuh undangan untuk datang, Tuan Ernest.” Tepat saat kakinya menempel pada bantalan sofa, Ernest terduduk, sedang wanita itu semakin mendekatkan tubuhnya pada Ernest. Tidak sampai di sana, wanita itu bahkan mengangkat kakinya dan memamerkan pahan putihnya.

“Tuan Ernest, aku ingin mengajakmu bersenang-senang malam ini, Tuan.” Bisiknya mendekatkan bibir ke telinga Ernest, membuat lelaki itu mengeli karena tiupan napas wanita itu.

“Maaf Nona, sebaiknya kau pergi, sebelum aku memanggil keamanan.”

“Siapa yang akan kau panggil, Ernest.” Suara Helian dari balik pintu yang datang bersama Zec. Lelaki itu berjalan santai sementara wanita itu segera berdiri begitu juga dengan Ernest.

“Sudah kuduga, kau rupanya di balik permainan ini, Helian Andreas.”

“Aku sangat kecewa Ernest, jika pertemuan kita harus berakhir seperti ini, karena pertama kau mencoba menyentuh wanitaku dan bahkan membawanya ke permainan dramamu, dan kedua, aku sangat jijik kepada lelaki yang sudah mengganggu wanitaku. Kau tahu, setiap apapun yang dimiliki oleh Helian Andreas, tidak boleh disentuh oleh siapapun, jadi untuk kelancanganmu kau harus menerima hukumannya, Ernest.” Suara mengancam Helian yang terdengar dingin dan menakutkan.

Tapi semua itu tidak digubris oleh Ernest, lelaki itu justru terlihat santai dan menatap rendah padanya, “Dengan mengirimiku wanita jalang ini? Hahahaha!” suara tawa Ernest seketika melambung dan menggelegar, ia tidak tahu kehebatan wanita yang berpenampilan seperti pelacur itu.

“Dengar Tuan Helian, aku Ernest, adalah penakluk wanita. Bahkan sekelas Annora bagiku itu level terendah. Buktinya dia masih gampang saja percaya padaku, karena itulah dia datang kepadaku dan kami bercinta.”

Helian tertawa geli, lelaki itu masih mengendalikan emosinya. Meski hatinya ingin sekali menelan bulat Ernest. “Benarkah? Tapi yang aku lihat ketika istriku pulang dari sana dia masih bersih, bahkan aku sudah memeriksakannya ke dokter, jadi sebaiknya kecerdasanmu sebagai pengarang kau salurkan melalui menulis cerita saja. Dan untuk malam ini, berdoalah semoga Tuhan menerima jasadmu, Ernest. Cinderella, bereskan!”

Lama berdialog, Helian berbalik dan beranjak keluar, wanita itu langsung bereaksi, mengeluarkan sebuah semprot berisi sianida cair, dan seketika suara jerit kesakitan Ernest terdengar. Seringai kemenangan tersirat di wajah manis Helian. Lelaki itu masih terlihat santai menelusuri kediaman Ernest, “Apakah CCTV sudah kamu alihkan?” tanyanya pada Zec, yang berjalan di belakangnya, “Sudah, Tuan.” Jawabnya sopan.

Teman Ranjang Tuan MudaWhere stories live. Discover now